Wednesday, April 1, 2009

Kolom IBRAHIM ISA - MAU JALAN SOSIALIS

Kolom IBRAHIM ISA

Senin, 30 Maret 2009

-------------------------------


MAU JALAN SOSIALIS – TANPA

PENDUKUNG SOSIALISME

ADALAH ORASI BELAKA!


Berargumentasi, memberikan alasan wajar dan masuk akal, dengan kepala dingin melakukan perdebatan, tanpa terjerumus dalam vulgarisme atau hujatan pribadi, ---- mengenai suatu ide atau konsep ekonomi/politik, itu pasti ada maanfaatnya! Lebih-lebih bila hal itu mengenai masalah begitu penting dan menyangkut nasib rakyat, seperti halnya mengenai 'JALAN SOSIALIS'.


Sebelum tulisan ini dilanjutkan, baik kiranya dikemukakan di sini suatu pandangan: Bahwa adalah MUSTAHIL hendak membangun SOSIALISME di INDONESIA, TANPA MEMOBILISASI SEMUA PENDUKUNG SOSIALISME yang terdapat di kalangan masyrakat.


* * *


Suatu realita adalah: Sejak Presiden Sukarno ditumbangkan kemudian sebagai gantinya, rezim Orba ditegakkan, , mau ngomong saja tentang perkataan 'SOSIALISME', apalagi memperdebatkan apa itu Sosialisme – adalah TABU. Hal ini dipastikan oleh Orba dengan direkayasanya TAP MPRS No XXV/1966 mengenai pelarangan ajaran Marxisme. TAP MPRS No XXV, 1966 adalah strategi dan taktik Orba untuk menangkal pengaruh Sosialisme di Indonesia. Tindakan anti UUD Republik Indonesia yang dilakukan oleh Orba adalah menyusul dibubarkan dan dilarangnya PKI oleh Jendral Suharto sebagai panglima Kopkamtib. PKI adalah sebuah parpol yang dalam konstitusinya menyatakan bertujuan SOSIALISME INDONESIA.



Strategi dan taktik Jendral Suharto dan Orba sepenuhnya masuk akal! Karena, bukankah yang dibangun Orba selama 32 th, adalah sistim ekonomi/politik menurut konsep dan rencana IMF dan World Bank? Suatu rencana yang disodorkan kaum modal mancanegara kepada Orba. Konsep IMF dan World Bank itu menjadikan Indonesia 100% negeri neo-koloni. Yang hanya dalam kata-kata merdeka dan berdaulat. Tetapi nyatanya, sampai saat ini, meskipun Presiden Suharto sudah tiada, adalah sistim ekonomi/politik feodal-kapitalis warisan kolonialisme Belanda, yang 'dimodernisasi' menjadi ekonomi kapitalis. Namun, bukan sistim ekonomi kapitalis seperti negeri-negeri Barat. Sistim ekonomi Indonesia adalah sisitim ekonomi yang sepenuhnya bersandar, tergantung dan dikontrol oleh negeri-negeri pemilik modal monopoli global.


Tecatat pula, bahwa tujuan utama digulingkannya Presiden Sukarno (1965), adalah untuk mencegah dilaksanakannya cita-cita beliau melaksanakan SOSIALISME INDONESIA. Presiden Saukarno hendak menegakkan Indonesia yang berkedaulatan nasional, bebas melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif melawan imperialisme dan menegakkan perdamaian dunia, berdikari di bidang ekonomi, serta berkepribadian Indonesia di bidang kebudayaan. Konsep pembangunan ekonomi tsb ditetapkan dalam dokumen DEKLARASI EKONOMI – DEKON. Suatu konsep ekonomi yang tak pernah dapat kesempatan untuk dilaksanakan. Pemerintah Presiden Sukarno keburu digulingkan dan digantikan dengan Orba.


* * *


Menulis dan/atau bicara soal Sosialisme, dengan lebih terang-terang, muncul sejak gerakan Reformasi dimulai pada tahun-tahun 80-an abad lalu. Setelah gerakan Reformasi dan Demokratiasi menumbangkan Jendral Suharto, masalah Sosialisme pelan-pelan mulai diangkat kembali dan dibicarakan secara terbuka paling tidak di dalam media dan literatur. Suatu ketika bahkan kedengaran suara, antara lain oleh jurnalis senior Rosihan Anwar, tentang perlunya mendirikan PSI – Partai Sosialis Indonesia. Tentu menurut keyakinan mereka, PSI adalah suatu parpol yang punya program sosialis, paling tidak membangun ekonomi menurut konsep sosial-demokrasi seperti yang dilaksanakan di sementara negeri Eropah Barat ketika itu, suatu 'welfare-state'. Yang menjamin kehidupan warganegara sejak lahir sampai ke liang kubur. Namun omong-omong hendak mendirikan PSI tsb tidak tampak ada kelanjutannya. Entahlah, jika 'follow-up'-nya berlangsung dengan cara lain.


Menjelang pemilu, pelbagai parpol, termasuk para tokoh dan elite politik sipil maupun mantan petinggi militer, tampil ambil bagian berkompetisi untuk menjadi caleg atau capres. Namun, persaingan yang berlangsung itu tidak difokuskan pada konsep Indonesia yang bagaimana yang hendak dibangun bila kekuasaan berhasil diraih melalui pemilu.


* * *


Makin dekat ke pemilu 2009, situasi di Indonesia menunjukkan meningkatnya suhu politik nasional. Halmana tampak pada kegiatan dan keaktifan parpol-parpol lama maupun baru. Sekaligus meningkat pula persaingan di kalangan elite kekuasaan, baik politisi maupun mantan militer. Persaingan untuk merebut kedudukan pemimpin dalam kekuasaan pemerintah dan negara adalah sesautu yang wajar di suatu negara demokratis. Melakukan kegiatan bagi suatu parpol atau tokoh politik dengan maksud untuk menduduki posisi kekuasaan pemerintah dan negara adalah sesuatu yang paling normal dalam kehidupan demokrasi. Itulah tujuan sesungguhnya dari sesuatu parpol atau tokoh politik.


Bangsa kita mulai mengenai kembali pemilu yang relatif 'luber' sejak Presiden Suharto ditumbangkan. Namun, pemilu kali ini, di lihat dari perangai parpol dan tokoh politik ada sedikit perbedaan.


Yang dimaksud ialah bahwa dalam pemilu kali ini tampil antara lain parpol baru bernama 'Gerindra'. Jurubicaranya, Yopi Lasut, menyatakan bahwa partai tsb bertujuan membangun SOSIALISME di Indonesia. Sementara tokoh nasional seperti Amien Rais, pendiri PAN, tokoh religius Gus Dur, bahkan memberikan komentar yang diluar dugaan orang mengenai program 'sosialis' Gerindra untuk Indonesia. Di Jawa Timur, partainya Gus Dur bahkan mengadakan 'koalisi' dengan Gerindra.

ini gejala baru dalam kehidupah politik pasca Presiden Sukarno, dan juga merupakan suatu gaya mendobrak dan menembus tabu tentang sosialisme.


Karenanya tidaklah heran orang mulai menganalisis dan mencoba menarik kesimpulan tertentu dari gejala tsb. Beralasan bahwa masyarakat, orang bayak, jutaan calon pemilih dalam pemilu mendantang ini, perlu tau SOSIALISME itu bagaimana persisnya. Apakah itu sekadar menghapuskan utang luar negeri dan menasionalisasi perusahaan-peruahaan yang mengkhayati hidup sebagian besar rakyat? Bagaimana dengan UU Agraria yang telah disahkan sebagai uu oleh pemerinah Presiden Sukanrno. Mengenai masalah tanah dsb? Itu semua belum jelas.


Gerindra sebagai partai baru, tampil dengan menyatakan maksud membawa Indonesia ke jalan sosialisme. Masuk akal. Karena sekarang ini bahkan di skala internasional orang sudah tiba pada pendapat bahkan pada kesimpulan bahwa --- KAPTILASIME, NEO-LIBERALISME, PERSAINGAN BEBAS, menyerahkan perkembangan ekonomi pada 'pasar' SEMATA-MATA, penswastaan lembaga dan perusahaan-perusahaan yang menyangkut nasib peri kehidupan rakyat, pembatasan seminimal mungkin 'campur tangan negara' terhadap ekonomi negeri dsb -------- dasar-dasar kapitlisme itu semua sudah menunjukkan keasorannya. Sudah berada di ambang kebangkrutannya. Sehingga ada sementara pers Barat yang dengan hati yang gundah menyatakan bahwa kapitalisme yang sekarang ini sudah menjadi kapitalisme yang 'merah'. Bahwa kita ini menuju ke dunia yang 'sosialis'. Majalah AS Time bahkan mentayangkan di halaman cover, gambar Karl Marx, bapak sosialisme ilmu, dengan sebuah artikel yang mengatakan bahwa kritik-kritik Karl Marx terhadap sistim kapitalisme masih banyak yang relevan.

GERINDRA, mengajukan perlunya menempuh jalan Sosialisme bagi Indonesia. Karena sistim ekonomi dan kenegaraan warisan Orba yang ditempuh sekarang ini dirasakan menempuh jalan buntu dan berada diambang kebangkruta. Namun, masih tetap adalah sistim kapitalis atau neo-liberlisme. Dikemukakan pula bahwa sistim neo-liberalisme, mendatangkan kemiskinan dan kemelaratan belaka bagi rakyat. Bahwa sistim ekonomi yang didasarkan atas 'pesaingan bebas', dan menolak atau membatasi seminimal mungkin campur tangan negara dalam urusan ekonomi negeri – adalah suatu sistim yang membawa negeri dan mancanegra dari satu krisis konomi ke krisis ekonomi yang lebih gawat lagi.

Membicaralam masalah SOSIALISME sebgai ide dan program parpol di Indonesia, sesunggunya adalah baik, lagipula tidak rumit.


* * *


Asal saja mau menyimak sedikit saja, sejarah bangsa, pasti bisa menarik pelajaran. Kebangkitan gerakan kemerdekaan nasional, nyatanya tak terpisahkan dengan peranan sementara tokoh pimpinan gerakan kemerdekaan Indonesia, seperti HOS Tjkoroaminoto, Sukarno, Hatta, Tan Malaka, Syahrir dan Amir Syarifudin. Beliau-beliau itulah yang mengajukan ke hadapan bangsa ini, Indonesia yang bagaimana yang bisa memberikan keadilan dan kemakmuran pada rakyat. Dalam pelbagai pernyataan dan tulisan para pemimpin gerakan kemerdekaan itu menggugat serta mengecam sistim kapitalis/imperialis yang digunakan oleh kolonialisme Belanda untuk mengeruk kekayaan bumi dan laut serta memeras rakyat Indonesia.


Sejak periode kolonialisme Belanda masih mendominasi Indonesia, aliran SOSIALIS telah hadir di negeri kita, seperti termanifestasi dengan terbentuknya gerakan buruh, berdirinya Indische Sociaal Demoratische Partai yang berkembang menjadi Partai Komunis Indonesia. Gerakan tsb sejak awal diinspirasi dan bertujuan menegakkan sosialisme di Indonesia.

Timbullah pertanyaan jalan apa yang harus ditempuh negeri-negeri di dunia ini, khususnya negeri-negeri yang sedang berkembang, yang sesungguhnya terbelakang ekonominya, seperti Indonesia dll.?

Tiongkok sudah memilih dan sedang menempuh jalan 'sosialis Tiongkok'. Korea Utara, dan Vietnam tetap menempuh jalan sosialis mereka dengan menarik pelajaran dari praktek SOSIALISME TIONGKOK. Kuba juga mempertahankan jalan sosialis Kuba dengan juga menarik pelajaran dari Tiongkok.

Semakin banyak negeri-negeri Amerika Latin yang mengambil haluan 'ekonomi kerakyatan' atau 'jalan sosialis' versi mereka sendiri, untuk menyelamatkan negeri dan membangun ekonomi nasional yang mengabdi pada kepentingan negeri dan rakyatnya sendiri.


    * * *



    Bila Gerindra, Yopie Lasut, atau siapapun punya ide untuk membangun SOSIALISME INDONESIA, pertama-tama harus mengadakan PERHITUNGAN TUNTAS dengan konsep ekonomi Orba, konsep ekonomi Golkar, konsep partai-partai yang selama ini berkuasa, yang dalam pernyataan hendak menempuh jalan baru, hendak melaksanakan 'ekonomi kerakyatan' , tetapi dalam praktek ketika berkesempatan berkuasa, samasekali tidak menjamah apalagi menggugat ekonomi Orba yang dibangun selama 32 tahun lebih oleh mantan Presiden Suharto dan pendukung-pendukungnya.

    Mau menampuh jalan baru? Deklarasikan secara terbuka kepada seluruh rakyat, bahwa yang sedang kita tempuh sekarang ini adalah konsep pembangunan EKONOMI ORBA, konsep ekonomi kapitalisme, KONSEP ASING. Nyatakan secara terbuka dimuka rakyat bahwa KONSEP EKONOMI ORBA yang masih berlangsung terus di negeri kita, harus diakhiri.

    Hendak merintis jalan Sosialis bagi Indonesia? Tak ada jalan yang bisa dipercaya selain secara nyata menghimpun dan mempersatukan semua kekuatan nasional yang punya konsep dan kehendak tulus untuk membangun Indonesia yang benar-benar berdikari di bidang ekonomi, Bhineka Tunggal Ika di bidang politik dan Berkepribadian nasional di bidang kebudayaan.

    Nyatakan STOP terhadap masa lampau -- LAKSANAKAN REKONSILIASI NASIONAL ATAS DASAR REHABILITASI NASIONAL. Urus kongkrit masalah pelanggaran HAM di masa lalu, terutama pelanggaran Ham terbesar dalam sejarah bangsa kita -- yaitu PEMBUNUHAN MASAL 1965. Hak-hak politik dan sipil semua korban pelanggaran HAM oleh Orba harus dipulihkan. Nama baik mereka harus direhab.

    Setiap warganegara yang punya faham hendak menegakkan Sosialisme sebagai jalan keluar bagi Indonesia, apakah dulunya anggota ataupun pendukung PNI, PSI, PKI, Masyumi, Partindo stau parpol lainnnya, harus punya hak dan kebebasan mendirikan organisasi ataupun parpol dengan nama apapun, untuk merealisasi cita-cita sosialismenya tsb.

    Dengan sendirinya TAP MPRS No XXV, 1966 dan semua uu, ketentuan, kebijakan dan peraturan yang mendiskriminasi warganegara yang punya pandangan politik yang berbeda – harus dinyatakan tak berlaku lagi. Tuntaskan penghapusan uu, peraturan dan kebijaksanaan yang mendikriminasi segolongan warganegara asal etnis lain, seperti warganegara Indonesia turunan Tionghoa. Haluan yang baru itu, pertama-tama harus dinyatakan, kongkrit dimanifestasikan dalam kebijaksanaan dan tindakan pengurusan masalah pelanggaran demokrasi dan HAM di masa lalu. Dinyatakan dalam tindak kongkrit mengadili pelaku-pelaku pencurian dan penggelapan kekayaan negara dan koruptor-koruptor.

    Masih ada waktu untuk melakukan hal-hal tsb. Jelas kiranya: – - Jjika hanya dalam kata-kata saja hendak menempuh JALAN SOSIALIS, tetapi hal-hal kongkrit seperti tsb diatas tak dijamah samasekali -- maka pernyataan dan deklarasi partai manapun, oleh tokoh siapapun, semua itu – HANYA JANJI KOSONG BELAKA UNTUK MEREBUT SUARA DALAM PEMILU MENDATANG. * * *



IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita - Mendiang Prof Dr BOB HERING

IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita

Kemis, 26 Maret 2009

---------------------------------------


Mendiang Prof Dr BOB HERING


Dari satu atau dua kali tulisan saja, terasa amat kurang bila hendak sedikit mengenal siapa Bob Hering. Maka tulisan SEKITAR MENDIANG BOB HERING dilanjutkan lagi.


Mengomentari tentang Prof Dr Bob Hering, Prof Dr Clive Moore, menulis bahwa ketika Bob tiba di Australia DALAM TAHUN 1971 ia sudah menjadi seorang pakar-sarjana tentang masalah Indonesia. Kemudian di Twonsville ia berhasil menerbitkan suatu usaha uag benar-benar heibat melalui penerbitan sebuah jurnal akademik mengenai Asia Tenggara, 'KABAR SEBERANG' pada tahun 1977. Kegiatan ini banyak sekali menuntut penelitian dan tenaga penerbitan. Hal itu merupakan monumen atas usahanya yang ia lakukan boleh dikatakan sendirian. Tujuannya ialah untuk merealisasi keberadaan Asia Tenggara yang lebih luas.


Selama tahun-tahun tsb Bob Hering sangat mengagumi Sukarno dan pemimpin-pemimpin nasional Indonesia lainnya. Siaran-siarannya menjelajahi tokoh-tokoh pimpinan PKI dan PNI, dokumen-dokumen tentang Sukarno dan para pemimpin Indonesia lainnya.


* * *


SATU-SATUNYA KARYA BESAR MENGENAI HUSNI THAMRIN:


Tulis Prof Dr Clive Moore selanjutnya: Perhatian Bob Hering terhadap Husni Thamrin muncul bersamaan dengan terhadap Presiden Sukarno. Bob semakin menyadari betapa pentingnya peranan Thamrin dalam proses penciptaan Indonesia. Betapa pula Husni Thamrin direnggutkan dari kedudukan-sahnya di dalam memori nasional disebabkan ia tiba-tiba meninggal dunia dalam tahun 1941.


Tesis-doktoral Bob Hering mengenai Thamrin adalah satu-satunya karya besar mengenai pemimpin Indonesia yang krusial ini. Karya ini dalam waktu panjang akan tetap merupakan buku yang eminen di bidang ini. Ia merupakan karya keserjanaan yang cermat. Dikatakan selanjutnya bahwa karya itu merupakan suatu tesis yang ditulis selama bertahun-tahun, karena terhalangi oleh sakit. Kemudian diteruskan lagi setelah mengambil waktu istirahat panjang.


Bagi saya, kata Prof Moore, adalah suatu privilise untuk bisa ambil bagian dalam proyek ini, karena saya yakin hal itu sangat penting bagi nasion Indonesia.


Sesudah menyelesaikan karya tsb perhatian Bob kembali lagi ke SUKARNO. Halmana merupakan perhatian akademik lama yang sesungguhnya. Biografi tentang Sukarno yang ditulisanya kemudian, unggul karena memiliki latar belakang tentang Husni Thamrin. Yang pada gilirannya memberikannya pengetahuan mendalam mengenai Sukarno dalam tahun-tahun awal yang krusial itu.


Menurut pendapat saya, kata Prof Moore, tak ada cendekiawan yang memiliki kedalaman pengetahuan serupa, juga mengenai kekagumannya sebagai manusia terhadap presiden.


Jilid I mengenai Biografi Sukarno, mendapat sambutan hangat dari para cendekiawan, yang menantikan jilid terakhir dari karya tsb.


Saya, kata Prof Moore, telah membantu Bob dengan pengeditan Jilid II. Itulah sebabnya saya dapat memberikan jaminan pembaca bahwa ia akan meneruskan penulisan sejarah tsb dengan ketinggian-taraf yang sama seperti sebelumnya.


SUMBANGAN BESAR TERHADAP SEJARAH INDONESIA


Bob Hering telah memberikan sumbangan besar sekali terhadap sejarah rakyat Indonesia. Ibunya adalah orang Indonesia dan beliau dilahirkan di sana, halmana menyebabkan keistimewaa atas pemahamannya terhadap kultur Indonesia. Kelancarannya dalam bahasa Indonesia, Inggris dan Belanda, memberikan kepadanya kemampuan untuk mengakses semua bahan yang ada.


Latar belakang Bob Hering dalam kehidupan akademik memberikannya syarat mencapai kedewasaan sebagai seorang sarjana. Di James Cook University ia telah melestarikan Indonesia 'pada sebuah peta' dalam tahun 1970 dan 1980, serta menimbulkan kesadaran dalam berbagai cara terhadap masalah tsb..


Ia mengintrodusir lukisan dan cita-batik di Townsville dan menjadi advokatur untuk Indonesia.


Di negeri Belanda, Bob telah menciptakan taraf kesadaran tertentu mengenai Indonesia, dan memberikan sumbangan terhadap proses rekonsilidasiantara Indonesia dan Nederalnd.


Maka Bob Hering akan dikenang sebagai salah seorang cendekiawan agung Australia dan Nederland mengenai masalah Indonesia dan di dunia internasional termasuk pada kedudukan terbaik. Demikian Prof Dr Clive Moore.


* * *


KETUA YAYASAN SOEKARNO


Bob Hering dilahirkan pada periode-'tumbuh'-nya Hindia Belanda. Masa tsb merupakan saat-saat yang ditandai oleh meningkatnya gerakan nasional untuk kemerdekaan Indonesia.


Pada periode pendudukan Indonesia oleh Jepang, setelah menyerahnya kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia kepada Balatentara Jepang, bersama bapaknya Bob Hering masuk kamp-interniran Jepang. Usai Perang Pasifik Bob Hering (medio 1947) masuk HBS di Jakarta, yang dilanjutkannya ke Akademi Militer kemudian masuk KNIL.


Namun, dalam tahun 1956 Bob meninggalkan tentara Belanda dengan pangkat kapten. Ia melanjutkan studinya di Universitas Toronto, Canada. Di situlah beliau memberikan kuliah sejarah Indonesia. Selanjutnya sebagai profesor UNESCO ia berangkat ke West Indies, seterusnya mengajar di James Cook University, Townsville , Australia.


Di situ Bob menjadi ketua Pusat Studi Asia Tenggara, dan redaktur sebuah berkala 'KABAR SEBERANG'. Ia juga menjadi ketua YAYASAN SOEKARNO di Australia dan Nederland.


* * *




IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita - ''BERPISAH'' Dengan PROF DR BOB HERING

IBRAHIM ISA – Berbagi Cerita

Selasa, 24 Maret 2009

---------------------------------------


''BERPISAH'' Dengan PROF DR BOB HERING


Berpisah” dengan Bob Hering. Kata “Berpisah” sengaja ditulis diantara dua tanda kutip. Jelas, – – – – karena dengan Bob Hering perpisahan itu hanya jasmaniah. Bob Hering, namanya, tokohnya, pandangan, visi dan dedikasinya, kepudilannya, karya ilmiahnya – – – sehubungan dengan perjuangan kemerdekaan Indonesia, – – – RAKYAT INDONESIA, selama-lamanya tak akan berpisah dengan Bob Hering.


Bob Hering, adalah peraih Penghargaan Pemerintah Dan Masyarakat Kota Blitar (tempat kelahiran, makam dan Perpustakaan Bung Karno), atas jasa beliau dalam mengungkap sejarah perjuangan bapak Indonesia Merdeka SOEKARNO. Beliau meninggal dunia dengan tenang, dirumahnya di Vleugelmorgenstraat 2, Stein, Nederland, pada tanggal 18 Maret 2009 yl.


* * *


Dengan diantar oleh tiupan angin musim semi yang cukup dingin dan hujan rintik-rintik, berempat kami, --- Sahabat-sahabat Indonesia Bob Hering: Azis Burhan (Amsterdam), Anna Siregar (Utrecht), A. Supardi (Zaandam), Djoemeini (Den Haag) --- dan aku, pagi tanggal 23 Maret 2009, dengan mobil Burhan, dikemudikan A Supardi, pagi itu berangkatlah kami ke Crematorium Nedermaas, Vouershof 1, Geelen. Di sana jumpa dengan teman-teman Indonesia Bob Hering lainnya, a.l. Sarmaji dan Arke (dua-duanya dari Amsterdam), Soewarto (Almere), Gogol (Amsterdam), Lili dan Moenadji (dua-duanya dari Achen, Jerman). Kujumpai juga diplomat-diplomat KBRI Den Haag yang khusus datang untuk upacara perpisahan dengan Bob Hering: – – Minister Counsellor For Economic Affairs Henk E Saroinsong dan sahabatku Minister Councellor Firdaus Dahlan.


Ruangan upacara perpisahan penuh dengan hadirin. Sesuatu yang unik pertama kali kusaksikan dalam suatu upacara belasungkawa: Pada sebuah layar ditayangkan foto-foto Bob Hering bersama keluarga dan sahabat-sahabat beliau. Di sela-sela pembicara berpidato diperdengarkan musik dan lagu-lagu yang disenangi Hob Hering semasa hidupnya. Suatu suasana yang mengharukan dan penuh dengan kenangan!


Diantaranya juga terdapat sahabat dekat lainnya dari Bob Hering: Prof De Harry A. Poeze (Direktur Penerbit KITLV), penulis Biografi Tan Malaka, berjudul 'VERGUISD En VERGETEN, TAN MALAKA , de linkse bewegingen en de Indonesische Revolutie, 1945 – 1949' – Deel I, II en III.


Semua yang bicara dan menyampaikan pesan belasungkawa tertulis pada kesempatan tsb seperti Joesoef Isak – Pemipin Penerbit Hasta Mitra(Jakarta yang mempublikasi edisi Indonesia karya Bob Hering tsb.; Cipto Moenandar (Rotterdam, Ketua St Azië Studies, Onderzoek En Informatie), Dr Frietjof Tiegelman (mantan anggota pengurus Stichting Wertheim), A. Burhan (pidato dalam bahasa Indonesia), inklusif Minister Councellor Henk Saroinsong dari pewakilan KBRI, DenHaag, menekankan satu hal penting. Yaitu, mengenai jasa Prof Dr Bob Hering sehubungan dengan studi dan karya ilmiahnya mengenai sejarah kemerdekaan Indonesia, khususnya karya seumur hidup beliau 'SOEKARNO, FATHER OF INDONESIA 1901 – 1945' (Penerbit KITLV, Leiden).


Atas permintaan Ibu Netty kusampaikan (dalam bahasa Belanda) kata-kata 'perpisahan' sbb:



Stein, 23 maart 2009



Geachte Ibu Netty Hering,

Geachte families van Ibu Netty en van Pak Bob,

Geachte aanwezigen,


Op het moment dat ik vernomen heb dat Prof Dr Bob Hering overleden was op 18 maart jongsleden, werd ik even een moment stil, van het verdriet en van het verlies. In mijn gedachten zag ik de gedaante en het gezicht van Bob Hering, zijn glimlach die altijd zo vriendelijk en optimistisch was. Ook zag ik in mijn gedachten Ibu Netty en de familie in hun verdriet, door het verlies van hun geliefde.


Ik wens hun veel sterkte.


Bob Hering was een boezem vriend die je levenslang nooit zal vergeten.

Onvergetelijk was, in het bijzonder deze historische gebeurtenis: de

lancering van het boek van Bob Hering, getiteld SOEKARNO, VADER VAN DE INDONESISCHE NATIE, 1901 – 1945, die plaatsvond in de Indonesische Ambassade te Den Haag. Zowel voor ons als voor Bob persoonlijk, was die dag een dag vol trots en vreugde.


Het boek van Prof Dr Bob Hering was het resultaat van een wetenschappelijke studie van zijn leven. Uiteindelijk kwam Bob tot een conclusie en een hele nieuwe visie wat betreft de vrijheidsstrijd van het Indonesische volk. In het bijzonder over Bung Karno, de vader van het Indonesiche natie.


Nu is Bob Hering er niet meer.


Maar de naam Bob Hering zal altijd in ere blijven en nooit vergeten

worden, niet alleen door vrienden en kennissen, maar ook door het Indonesische volk, die Bob Hering waarderen en respecteren als een eerlijke objectieve historicus en Indonesië-deskundige. Hij heeft de vriendschap tussen Indonesië en Nederland versterkt.


Ons dank is groot voor het werk dat Prof Dr Bob Hering heeft verricht, zijn hele leven lang, een blijk van zijn betrokkenheid en liefde voor het Indonesische natie en volk.



Vaarwel Pak Bob, en rust in vrede!


Stein, 23 maart 2009.


* * *


(Terjemahan Indonesia):



Ibu Netty Hering Yth,

Para Keluarga Ibu Netty dan Pak Bob Hering Yth.,

Hadirin Yth.,


Ketika mendengar Prof Dr Bob Hering meninggal dunia tanggal 18 Maret y.l , aku terhening sejenak menahan rasa sedih dan kehilangan. Terbayang sosok serta wajah Bob Hering yang selalu senyum ramah dan optimis. Terbayang Ibu Netty Hering serta keluarga yang sedang dirundung kesedihan, ditinggalkan suami tercinta.

Semoga mereka tabah adanya.


Bob Hering adalah sahabat karib dan sejati yang tak akan terlupakan seumur hidup. Khususnya tak terlupakan peristiwa bersejarah: -- -- Diluncurkannya buku Bob Hering 'SOEKARNO FOUNDING FATHER OF INDONESIA 1901 -- 1945', di KBRI Den Haag. Bagi kami dan Bob pribadi, hari itu adalah saat-saat yang teramat membanggakan serta menggembirakan.


Buku Prof Dr Bob Hering adalah hasil studi ilmiah seumur hidup. Akhirnya Bob tiba pada kesimpulan dan pandangan yang baru samasekali terhadap Indonesia dan perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia, khususnya terhadap bapak nasion Indonesia, Bung Karno.


Kini Bob Hering sudah tiada.

Tetapi dihati kami nama Bob Hering akan tetap harum, akan selalu diingat, tidak saja oleh sahabat dan kenalan, tetapi juga oleh rakyat Indonesia yang menghargai dan menghormati Bob Hering sebagai seorang sejarawan Indonesianis yang tulus dan obyektif. Beliau telah mempererat rasa persahabatan antara Indonesia dan Belanda.


Tak terkira rasa terima kasih kita atas usaha seumur hidup Prof Dr Bob Hering, suatu realisasi kepedulian dan rasa cinta beliau terhadap negeri dan bangsa Indonesia.


Selamat jalan Pak Bob, istirahatlah dalam kedamaian.

* * *


Mengesankan dan amat mengharukan adalah kata-kata perpisahan Ibu Netty Hering yang diucapkannya pada akhir ucapacara.


Selesai upacara kremasi atas undangan Ibu Netty Hering sekeluarga kami bersama-sama berangkat ke Kasteel Elsloo, untuk bersilaturahmi.


* * *



IBRAHIM ISA - IN MEMORIAM PROF. DR. BOB HERING

IBRAHIM ISA

Kemis, 18 Maret 2008


IN MEMORIAM PROF. DR. BOB HERING


Ketika mendengar dari seorang sahabat dekat melalui tilpun, bahwa Prof Dr Bob Hering telah meninggal pada tanggal 18 Maret dinihari , aku betul-betul terkejut tak terhingga. Sejenak seperti tak tau apa yang difikirkan. Terbayang sosok badannya, wajah Bob Hering yang selalu senyum ramah dan optimis. Terbayang Ibu Netty Hering yang sedang dirundung kesedihan, ditinggalkan suami tercinta.


Sungguh tak terduga samasekali. Fikiranku kemudian terrundung kesedihan teramat sangat serta rasa berat sekali kehilangan seorang sahabat akrab. Sahabat pribadi dan sahabat Indonesia sejati.


Tak lama kemudian aku tilpun Ibu Netty Hering: 'Ibu Netty', kataku, saya ingin dari lubuk hatiku meyampaikan rasa sedih dan belasungkawa yang teramat sangat kepada Ibu Netty berhubung dengan meninggalnya Pak Bob! Sejenak terdengar isak sedu-sedan Ibu Netty. Makin hatiku rasa teriris-iris.


'Pak Isa', kata Ibu Netty, 'Bapak meninggal dalam usia 83 tahun. Akhir tahun lalu Pak Bob bilang kepada saya untuk cari Pak Isa. Ia ingin bicara. Sayang, ketika itu Pak Isa ada di Indonesia. Taukah Pak Isa mengapa Pak Bob ingin bicara?', tanya Ibu Netty. 'Ya, tentu sebagai sahabat dekat yang sudah lama tak ketemu', kataku.


'Ya, tetapi juga karena Pak Isa adalah dari 'Stichting Wertheim', kata Ibu Netty. Tak lama kemudian penyakit yang beliau derita rupanya semakin serius. Akhirnya, sungguh sayang dan rasa menyesal sekali, keinginan Pak Bob untuk cakap-cakap dengan aku tak terjadi. Akupun sudah lama ingin berkunjung kerumah beliau di Stein dan bertukar-fikiran mengenai banyak hal menyangkut Indonesia.


Rupanya aku hanya bisa 'jumpa' lagi dengam Bob Hering, pada hari Senin, 23 Maret 2009, jam 14.00 pada hari kremasi beliau nanti.


Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Rajiun! Semoga Ibu Netty Hering dan keluarga beliau tabah menghadapi musibah ini.


* * *


Bob Hering adalah sahabat karib dan sejati yang tak akan terlupakan seumur hidup. Pertama kali aku jumpa langsung dengan Prof Dr Bob Hering adalah pada hari peluncuran karyanya historiobiografi brilyan, 'SOEKARNO FOUNDING FATHER OF INDONESIA 1901-1945 '. Sebagai orang Belanda yang dari lubuk hatinya adalah pencinta Indonesia, negeri dan rakyatnya Bob Hering punya s a t u idam-idaman yang teramat sangat, yang perealisasiannya tidak sederhana, yaitu ---- agar peluncuran bukunya itu dilakukan di WILAYAH REPUBLIK INDONESIA. Tak ada tempat lain di negeri Belanda untuk itu, salain di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), Den Haag.


Yaitu: -- Di Aula NUSANTARA, KBRI Den Haag.


Tak terkirakan betapa gembiranya Bob Hering, ketika Dubes Indonesia Untuk Nederland ketika itu, Abdul Irsan, mendukung keinginan Bob Hering itu. Demikianlah terjadi suatu peristiwa bersejarah: – – Diluncurkannya buku Bob Hering 'SOEKARNO FOUNDING FATHER OF INDONESIA 1901 – 1945', di KBRI Den Haag, Nederland. Bertepatan pula dengan hari bersejarah, yaitu Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2002.


Bagi Bob Hering tak ada hari yang lebih menggembirakan baginya ketika peluncuran bukunya itu berlangsung di wilayah Republik Indonesia, di KBRI Den Haag, Nederland.


Ketika memperkenalkan buku Prof Dr Bob Hering tsb, penerbitnya 'Koningklijke Instituut voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV) Nederland, menulis sbb: Bob Hering adalah seorang (mantan) Pofesor Studi Asia Tenggara di James Cook University of North Queensland, Austrlia --- yang kini tinggal di Stein, Belanda. Biografi yang ditulisnya tentang Soekarno, ditulis dengan menggali banyak sumber yang hingga dewasa ini tidak diketahui, adalah h a s i l dari studi-seumur hidup yang dilakukannya mengenai Soekarno.


* * *


Adalah untuk pertama kalinya seorang asing, dalam hal ini seorang Belanda, yang menjadikan masalah Bung Karno, sebagai tema pokok studi seumur hidup dan penulisannya. Dalam pembicaraan yang berkali kulakukan dengan Bob Hering, terkesan sekali betapa beliau terpesona, mengagumi dan mencintai tokoh Bung Karno.

Aku balik sangat kagum dan hormat sekali pada Bob Hering. Melalui studi yang cermat ia tiba pada kesimpulan yang begitu tegas dan mantap mengenai Bung Karno. Lebih-lebih kita yang kagum karena kesimpulan itu muncul dari seorang Bob Hering yang tadinya adalah seorang letnan KNIL yang ketika itu dapat tugas sebagai personil Belanda dalam Misi Militer Belanda (MMB) di Indonesia, dalam rangka pelaksanaan Perjanjian Konferensi Meja Bunda (KMB).


Demikianlah, setelah melakukan penelitian dan studi yang menyeluruh dan mendalam, selama bertahun-tahun, Bob Hering akhirnya tiba pada kesimpulan dan pandangan yang baru samasekali terhadap Indonesia dan perjuangan kemerdekaan Indonesia, khususnya terhadap Bung Karno.


JOESOEF ISAK , pemenang pelbagai Award internasional termasuk Wertheim Award 2005, untuk usaha, kegiatan serta perjuangannya demi hak kebebasan menyatakan pendapat, menulis dalam sambutan terbitnya buku Bob Hering itu, antara lain.:


'Walaupun tidak hadir, saya sungguh gembira menyambut hari ini, hari peluncuran buku Biografi Bung Karno oleh sahabat baik saya, Bob Hering, hari yang sudah saya tunggu-tunggu sejak lima tahun yang lalu.

'Selamat sehangat-hangatnya kepada Penulis! Dan juga penghargaan saya sampaikan kepada KITLV Leiden sebagai penerbit yang memungkinkan inteligensia dunia mengenal Bung Karno dari satu sudut-pandang berbeda dari biografi-biografi sebelumnya yang pernah ditulis mengenai Soekarno.

'Saya melihat dua aspek istimewa dalam peluncuran buku biografi Soekarno ini; pertama karena untuk pertama kali Soekarno disorot dengan satu sudut-pandang yang saya anggap sudah bersih sama sekali dari berbagai "reïficaties", kedua - meskipun ditulis dalam bahasa Inggris - buku ini ditulis oleh seorang Belanda dan diluncurkan pertama kali di negeri Belanda.

'Saya garis-bawahi -- oleh orang Belanda dan terbit di negeri Belanda, karena saya mengharapkan buku baru Bob Hering sekarang ini akan merangsang publik Belanda untuk menilai kembali Soekarno secara lebih wajar dan proporsional. Sebenarnya sejarah telah membuat Indonesia-Belanda memiliki hubungan kultural yang khusus, tetapi semua itu lenyap atau rusak karena sikap keliru pemerintah Belanda mau pun pers Belanda secara umum terhadap Soekarno.


Demikian antara lain penilain tinggi Joesoef Isak, Pemimpin Penerbit Buku Bermutu HASTA MITRA, Jakarta.

* * *


Kedua kalinya aku bertemu langsung dengan Prof. Dr Bob Hering, yaitu ketika bersama-sama dengan istri beliau, Ibu Netty Hering, hadir dalam kesempatan HARI PERINGATAN SEABAD BUNG KARNO, yang diadakan di Amsterdam. Meskipun beliau harus menggunakan korsi-beroda untuk bergerak kesana-kamri, namun bersama istri beliau yang mendampingi dan merawatnya dengan penuh kasih sayang, beliau memerlukan jauh-jauh datang dari Stein untuk hadir dalam Hari Peringatan 100th Bung Karno.


Mengikuti acara pada hari itu, mendengarkan pidato-pidato, sajak-sajak dan esai-esai yang dibacakan, serta kemudian nyanyi dan tari Indonesia yang dipertunjukkan pada kesempatan itu, aku lihat betapa BOB HERING MENCUCURKAN AIR MATANYA KARENA BEGITU TERHARUNYA BELIAU. Suatu pencerminan betapa cintanya dan rindunya Bob Hering dengan Indonesia dan rakyatnya.


* * *


Kini Bob Hering sudah tiada.


Tetapi nama Bob Hering akan tetap harum, akan tetap diingat sepanjang massa, tidak saja oleh sahabat dan kenalan beliau, tetapi juga oleh banyak orang Indonesia, oleh rakyat Indonesia yang menghargai dan menghormati Bob Hering sebagai seorang sejarawan Indonesianis yang tulus dan obyektif.


Generasi muda Indonesia, lebih-lebih akan merasa bahagia dan beruntung sekali diwarisi Bob Hering dengan sebuah karya yang begitu tinggi mutu dan nilainya sperti SOEKARNO FOUNDING FATHER OF INDONESIA 1901 – 1945 dalam khazanah literatur sejarah Indonesia.


Tak terkira rasa terima kasih kita atas usaha seumur hidup Prof Dr Bob Hering, suatu pencerminan dan realisasi nyata kepedulian dan rasa cinta beliau terhadap negeri dan bangsa kita.


* * *



Kolom IBRAHIM ISA - HAK PEREMPUAN ADALAH HAK HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA

Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 16 Maret 2009
-----------------------------

HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA

Menulis tentang hak-hak perempuan, apakah mesti pas jatuh pada tanggal 08 Maret? Kalau memang bisa, tentu itu yang paling baik. Bahkan jika bisa sebelumnya lebih baik lagi. Tetapi tidak mesti 'kan? Bisa juga pada hari-hari berikutnya.

Jangan salah faham. Alasan ini bukan suatu dalih. Ini yang terfikir: – - Bila menulis sesuatu sebaiknya setelah bahan-bahan dan pemikiran dirasa cukup. Penulisan kali ini memang menantikan pemberitaan lebih lanjut sekitar peringatan HARI PEREMPUAN SEDUNIA yang pasti dilakukan di pelbagai penjuru dunia. Tulisan ini jadinya mungkin agak lain.

'HARI PEREMPUAN SEDUNIA' -- setiap tahun diperingati pada tanggal 8 MARET. K
Karena sekitar periode itulah lahirnya kesadaran kaum pekerja perempuan di Eropah dan Amerika Serikat. Ini menyangkut masalah mengenal identitasnya sebagai kaum perempuan, yang selama itu masih didiskriminasi. Masih dianggap tidak 'setara', tidak 'sama-hak' dengan kaum lelaki. Bukan saja menyangkut masalah hubungan kekeluargaan, tetapi juga hak-hak sipil dan hak-hak kewarganegaraan. Lahir dan tumbuhnya kesadaran kaum perempuan tentang dirinya sendiri dan pengertian perlunya berorganisasi serta menggunakan organisasi sebagai alat perjuangan untuk hak-hak sipil dan hak-sama dengan laki-laki, merupakan tonggak baru dalam perjuangan untuk hak-hak azasi manusia.

Benarlah semboyan yang mengatakan bahwa HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA.

* * *

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, sebagai hasil usaha, kegiatan dan perjuangan demi hak-hak azasi manusia, PBB sebagai organisasi mancanegara, mengumumkan Deklarasi Universil Hak-hak Azasi Manusia (1948). Juga sudah ada konvensi internasional mengenai hak-hak perempuan dan anak-anak. Dalam kehidupan bernegara, sudah terdapat sejumlah tokoh-tokoh terkemuka perempuan di dunia yang menduduki jabatan-jabatan penting seperti presiden, perdana menteri, ketua parlemen, anggota legeslatif maupun menteri- menterinya. Demikian juga di lapangan sosial, budaya dan bisnis. Jelas, ini adalah suatu kemajuan penting sebagai hasil perjuangan yang terus-menerus.

Namun, -- realita kehidupan juga menunjukkan bahwa sebagian besar kaum perempuan di dunia ini masih didiskriminasi dan dilecehkan. Hak-hak mereka sebagai manusia dilanggar dengan sewenang-wenanang. Pelanggaran ini tidak semata-mata dilakukan oleh kaum priya. Tetapi terutama oleh kekuasaan negara dan tradisi lama konservatif yang berpadu dengan penyalahgunaan kepercayaan dan religi.

Maka perjuangan untuk hak-sama kaum perempuan dengan kaum lelaki pasti memerlukan waktu panjang, keteguhan serta kordinasi dengan perjuangan umum untuk demokrasi dan hak-hak azasi manusia.

* * *

'Hari Perempuan Sedunia' diperingati dipelbagai tempat dan negeri dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang memperingatinya dengan cara memberikan 'award (wanita) dunia', World Award, kepada tokoh-tokoh perempuan mancanegara yang menonjol. Yang dianggap teladan dalam pengabdian dan perjuangan kongkrit demi sama-hak dengan kaum priya; maupun yang amat sukses dalam kehidupan sosial, budaya maupun bisnis. Semua itu untuk menunjukkan dengan contoh-contoh nyata bahwa perempuan punya kecerdasan dan kemampuan sama dengan kaum priya.

Tujuan utama dilangsungkannya peringatan dan pemberian award tsb ialah untuk menghormati dan mendorong maju semangat yang konsisten, kegiatan, perjuangan dan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh kaum perempuan sekitar masalah sama-hak dengan priya.

Dalam pada itu kesempatan ini digunakan untuk minta perhatian dunia lebih besar lagi, bahwa di banyak negeri, diskriminasi, kesewenang-wenangan, penindasan bahkan kekerasan masih saja berlangsung terhadap kaum perempuan.

Sungguh disayangkan bahwa di sementara negeri upaya untuk mempertahankan diskriminasi terhadap kaum perempuan, melestarikan 'superioritas' lelaki atas perempuan yang dianggap 'inferior' itu, dilakukan dengan mengunakan tradisi dan kebiasaan lama, ataupun ajaran maupun dalil-dalil agama, bahkan dengan menggunakan interpretasi sendiri atas masing-masing kitab suci.

* * *

Tak bisa dibantah bahwa dalam pelbagai usaha, kegiatan serta perjuangan untuk pelaksanaan hak-hak azasi manusia seperti tercantum dalam UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS U.N.O, 1948, perhatian khusus dan istimewa m a s i h t e t a p h a r u s
d i b e r i k a n pad a m a s a l a h h a k – h a k p e r e m p u a n . Sering terjadi bila suatu malapetaka menimpa manusia, 'when things went wrong' -- maka yang paling terkena, yang banyak menderita adalah kaum perempuan. Tidak peduli apakah itu bersangkutan dengan masalah ekonomi, seperti pemecatan dsb; menyangkut bencana alam ataupun konflik kekerasan antar-etnik maupun antar-agama, serta konflik-konflik politik lainnya.

Sering tersirat dalam fikiran, di mana (lagi) letak sumber pandangan, sikap, kebijakan serta perlakuan sewenang-wenang, diskriminatif dan tidak adil kaum laki-laki dan masyarakat terhadap kaum perempuan?

Sesekali tersirat dalam fikiran --- kira-kira fikiran apa yang menjadi penyebab perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Mungkinkah sumber itu lebih dalam, lebih mendasar?

Di alam fikiran banyak sekali orang, di banyak sekali negeri, -- termasuk di negeri kita, sudah tertanam pandangan, kesimpulan, yang dianggap 'alamiah', dikuatkan dengan ajaran religi, tradisi adat istiadat yang sudah turun temurun, --- bahwa laki-laki itu lebih unggul terbanding perempuan. Fikiran dan pandangan seperti itu, bisa dikatakan lintas-etnik, lintas-suku-bangsa, lintas-bangsa, lintas-politik dan lintas religi. Bahkan lintas ideologi yang dianggap progresip sekalipun. Pandangan tsb dalam teorinya, dalam kata-kata, maupun hitam diatas putih, menyatakan bahwa 'perempuan itu penyandang separuh langit'.

Tetapi dalam prakteknya tokh menganggap lelaki itu lebih unggul terbanding perempuan. Misalnya, orang-orang yang berpandangan seperti itu, merasa LEBIH SENANG PUNYA ANAK LAKI-LAKI terbanding punya anak perempuan. Tak punya anak perempuan dianggapnya tak begitu soal. Tetapi, bila tak punya anak laki-laki, wah, ini soal besar. Lalu menganggap TIDAK AKAN PUNYA KETURUNAN LAGI. Masalahnya menjadi benar-benar gawat!

Difikirkan secara waras dan ilmiah, keturunan itu adalah hasil dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Satupun tak bisa ketinggalan. Mereka itu sama-derajat. Tokh kongkritnya, tempat terjadi dan tersimpannya telur manusia itu adalah di dalam rahim perempuan. Sesudah menjadi embryo-manusia, dikarenakan persenyawaan dengan sperma laki-laki, tanggung-jawab alamiah untuk terus menghidupkan, membesarkan dan melahirkannya adalah pada fihak perempuan.

Coba ikuti pengalaman dan jalan fikiran ini: -- Untuk pertama kalinya aku menyaksikan sendiri putri sulungku melahirkan bayinya.

Masya-Allah, apa yang kulihat dengan mata-kepalaku sendiri: Benar-benar adalah perjuangan hidup-mati putriku itu, ketika ia melahirkan bayinya. Susah payah yang dideritanya dan darah yang tertumpah, serta kemungkinan yang tak dikehendaki hilangnya nyawa sang ibu, itu semua membikin siapapun seyogianya menjadi sadar bahwa perempuan itu memikul tanggungjawab langsung dan lebih besar terbanding laki-laki bila itu menyangkut masalah keturunan.

Bahwa masalah kelanjutan hidupanya ras manusia di dunia ini tanggungjawab dan beban lebih berat ada pada kaum perempuan.

Bila setiap individu laki dalam fikiran dan kesadarannya benar-benar menganggap perempuan itu sama derajat dengan laki-laki, diharapkan perjuangan kaum perempuan untuk hak-sama dengan laki-laki akan punya perspektif yang lebih cerah!

Semoga!


* * *

Kolom IBRAHIM ISA - 'SUPERSEMAR' 1966 -- AWAL BENCANA

Kolom IBRAHIM ISA

Kemis, 11 Maret 2009


'SUPERSEMAR' 1966 -- AWAL BENCANA NEGARA HUKUM R.I.


Empatpuluh tiga tahun yang lalu, 11 Maret 1966, dengan bergegas-gegas dan tergesa-gesa datang ke Istana Bogor tiga orang jendral TNI: Jendral Amir Machmud, Jendral M Jusuf danJendral Basuk Rachmad, menemui Presiden Sukarno. Mereka mendesak, mamaksa bahkan (menurut sementara saksi mata) 'menodong' Presiden Sukarno untuk menandatangani SURAT PERINTAH kepada Jendral Suharto. Surat perintah tsb kemudian terkenal sebagai 'SUPERSEMAR'. Sepintas lalu Supersemar seperti secarik kertas biasa yang berisi perintah-perintah atasan pada bawahannya.

Secara formal Supersemar adalah PERINTAH dari PRESIDENPANGLIMA TERTINGGI SUKARNO kepada Panglima KOSTRAD Jendral Suharto. Perintah-perintah tsb bersangkutan dengan tugas-tugas keamanan dan ketertiban, menjaga kewibawaan dan ajaran-ajaran Presiden Panglima Tertinggi Sukarno serta memberikan laporan kepada Presiden RI mengenai tugas-tugas yang tercantum dalam SUPERSEMAR.

Namun, tidak sesederhana itu persoalannya!

Kedatangan tiga jendral TNI ke Istana Bogor untuk memperoleh SUMARSEMAR, segera menimbulkan pertanyaan sbb:
Mengapa tiga jendral itu khusus datang ke Istana Bogor untuk minta surat perintah dari Presiden Sukarno kepada Jendral Suharto? Mengapa tidak Jendral Suharto sendiri datang menghadap Presiden RI. Bukankah dia sudah mengangkat dirinya sendiri menjadi penanggungjawab pimpinan TNI? Ini terjadi ketika Jendral Suharto membangkang terhadap atasannya, Presiden Sukarno yang mengangkat Jendral Pranoto Suryosamudro sebagai pimpinan harian Angkatan Darat?


Tercatat dalam kronik peristiwa saat-saat sesudah dihancurkannya Gerakan 30 September, bahwa kedatangan tiga jendral TNI ke Istana Bogor 'menghadap' Presiden Sukarno, terjadi setelah sidang kabinet pemerintahan Presiden Sukarno di Istana Negara di bawah pimpinan Presiden Sukarno terganggu dan akhirnya dihentikan. Petugas keamanan Istana Negara melaporkan bahwa di muka dan sekitar Istana Negara, terjadi demo oleh 'massa' yang menggugat kebijaksanaan Presiden Sukarno. Di sela-sela kaum demonstran tsb terdapat orang-orang besenjata yang tak dikenal. Belakangan diketahui bahwa orang-orang tak dikenal tsb adalah personil-personil Kostrad yang disusupkan ke tengah-tengah 'massa berdemo' tsb. Suatu pertanda yang sangat berarti: Jendral Suharto yang sehrusnya hadir dalam sidang kebinet iut, absen. Dengan alasan kesehatan terganggu.

Presiden Sukarno dengan Waperdam Dr Subandrio dan rombongannya terpaksa 'mengungsi' dengan helikoter ke Istana Bogor. Karena keamanan dan keselamatan Presiden RI dianggap sudah tak terjamin lagi bila terus memimpin sidang kabinet.


SUPERSEMAR PALSU

Dan Pahlawan Nasional Pemalsu Agung

Oleh: Harsutejo

Seperti kita ketahui dalam pewayangan Jawa, Semar bukan sekadar ayah spiritual anak-anaknya yakni Gareng, Petruk dan Bagong, ia juga pengasuh para ksatria, lima ksatria Pandawa. Di samping itu Ki Semar juga merupakan aktualisasi atau penjelmaan Dewa dari kahyangan untuk ikut melempangkan kehidupan dunia manusia yang carut-marut. Ki Semar dan kerabatnya selalu membuat gara-gara dalam artian positif dalam adegan goro-goro ketika para penonton wayang kulit semalam suntuk mulai mengantuk maka mereka perlu dibangunkan dengan mengocok perut, berisi celetukan dan sekaligus kritik santai dan kocak tentang kehidupan sehari-hari. Ki Semar selalu memberikan pendapat dan nasehatnya yang bijak bukan saja kepada kerabatnya, utamanya juga kepada para ksatria yang resminya menjadi majikan tempat mereka mengabdi.

Demikianlah Jenderal Suharto selama kekuasaannya mengidentifikasikan dirinya bukan saja pada tokoh Semar yang setengah dewa itu, tetapi juga sebagai Supersemar, Semar yang super. Supersemar alias Surat Perintah 11 Maret 1966 dari Presiden Sukarno berisi perintah yang menugaskan dirinya untuk menjamin keamanan dan ketenangan, menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Presiden Sukarno, melaksanakan dengan pasti ajaran BK. Selanjutnya melaporkan tugasnya kepada Presiden Sukarno. Semuanya diingkari oleh Jenderal Suharto dengan melakukan penindasan dan pembasmian lebih lanjut terhadap PKI dan kaum kiri serta seluruh pendukung BK, menangkap 15 orang menteri pembantu dan yang loyal kepadanya, tanpa pernah melaporkan serta mempertanggungjawabkan, bahkan untuk menjatuhkan Presiden Sukarno.

Lebih lanjut Jenderal Suharto telah menyalahgunakan surat perintah ini menjadi alat melegitimasi seluruh tindakannya, bahkan kemudian dipakai sebagai alat pelimpah kekuasaan Presiden Sukarno kepada dirinya. Apa kata para pakar tentang hal ini? Pertama-tama menurut sejarawan Dr Asvi Warman Adam pada jam 10.00 pagi 11 Maret sudah ada permintaan untuk menyiapkan konsep pembubaran PKI dari Pangkopkamtib Jendral Suharto. Ini berarti sebelum terbitnya Supersemar isinya sudah diketahui. Dengan kata lain konsep kelanjutan SP itu apa pun juga isinya sudah ada di tangan Suharto. Sejarawan PJ Suwarno dari Sanata Dharma menyatakan Supersemar adalah mandat militer, mandat untuk melakukan operasi pengamanan, bukan mandat politik. Pembubaran PKI adalah masalah politik. Pendeknya Suharto telah menyalahgunakan surat perintah itu. Sedang pakar hukum tata negara Universitas Pajajaran, Sri Sumantri tak ragu menyatakan bahwa dengan demikian Suharto ketika itu melakukan kudeta.

Seperti disebut berdasar penelitian Benedict Anderson, Supersemar diketik di atas kop MBAD, maka mungkin sekali surat ini kemudian dihilangkan. Sebagai dikatakan BK kepada Hanafi yang menemuinya keesokan harinya di Bogor bahwa surat itu sudah mereka bawa dari Jakarta. Karena naskah itu sudah dipersiapkan dari Jakarta dan dibawa oleh Amirmakhmud cs, agaknya benar naskah aslinya pada kop MBAD.

Agaknya itulah alasan kuat yang membuat nekat Suharto menghilangkan Surat Perintah 11 Maret 1966 untuk digantikan dengan dua versi palsu yang termuat dalam buku resmi terbitan Sekneg 30 Tahun Indonesia Merdeka jilid 3, termuat dua macam kopi Supersemar yang penampilan fisiknya amat berbeda. Dewasa ini keduanya disimpan di Arsip Nasional yang diserahkan oleh Sekretariat Negara dan satunya berasal dari Mabes ABRI dan diserahkan oleh Jenderal Faesal Tanjung sebagai Panglima ABRI. Kedua naskah itu diragukan keotentikannya karena terdiri dari dua versi dengan 23 butir perbedaan, alias palsu. Dalam hubungan ini usaha pihak ANRI untuk menemui mantan Presiden Suharto meski telah dijanjikan belum pernah berhasil sampai ia palastro.

Menurut Amirmahmud SP tersebut diserahkan oleh Mayjen Basuki Rakhmad kepada Jendral Suharto di Kostrad. Informasi lebih rinci menyatakan malam hari 11 Maret 1966, Letnan Murdiono mendapat perintah dari atasannya Letkol Sudharmono untuk membuat konsep pembubaran PKI. Ketika mencari bahan ia mendapatkan hasil penggandaan Supersemar di Kostrad tanpa melihat aslinya. Menurut Aloysius Sugianto, pensiunan perwira intel Opsus, Supersemar terdiri dari dua lembar. Pada malam itu ia diperintahkan oleh atasannya Kolonel Ali Murtopo untuk memperbanyaknya. Ia mendatangi rekannya yang mempunyai kamera polaroid, [di Jakarta ketika itu belum ada mesin fotokopi] dengan kamera itulah surat tersebut digandakan. Selanjutnya hasilnya diserahkan kepada Jenderal Sucipto. Majyen (Purn) Kivlan Zen, putra Jenderal Sucipto, menemukan Supersemar dalam arsip almarhum ayahnya. Mendengar penemuan itu Jenderal Wiranto dan Hartono saling hendak memperolehnya. Selanjutnya surat itu diserahkan kepada Suharto oleh Jenderal Sugiono yang dikenalnya dekat. Demikian yang terungkap dalam Seminar Supersemar, 8 Maret 2007 di Jakarta.

Jadi tangan terakhir yang memegang dokumen Supersemar ialah Jenderal Suharto, dialah yang bertangungjawab akan keberadaannya dan harus menyerahkan kembali ke Arsip Nasional. Apabila ia menolak atau tidak dapat menyerahkan dokumen itu ia dapat diancam hukuman sampai 10 tahun karena melanggar UU No.7/1971 tentang kearsipan. Dengan perkara “kecil” ini saja Suharto sudah dapat dijerat ke pengadilan untuk dijebloskan ke dalam penjara.

Selama lebih dari 30 tahun negeri ini telah diperintah dan dirusak oleh rezim militer Orba Suharto antara lain berdasarkan barang palsu itu juga! Sejarah perlu dikupaskuliti untuk membongkar barang haram barang palsu. Ia memang patut diangkat sebagai Pahlawan Nasional Pemalsu Agung.


Kolom IBRAHIM ISA - PERLU MENYADARI PENGKHIANATAN JENDRAL SUHARTO

Kolom IBRAHIM ISA

Sabtu, 07 Maret 2009

-----------------------------------


PERLU MENYADARI PENGKHIANATAN JENDRAL SUHARTO THDP PRESIDEN SUKARNO


Seorang sahabat dari Jerman, Arif Harsana, pengelola Mailist TEMU EROPAH, menulis sebuah komentar sekitar PENGKHIANATAN Jendral SUHARTO. Arif Harsana menyimak ke belakang, ke periode sejarah perjuangan rakyat Indonesia melawan kolonialisme Belanda.


Dikemukakan fakta sejarah bahwa sejak mudanya Suharto sudah dalam posisi yang berhadap-hadapan dengan rakyat Indonesia. Pada saat itu Suharto adalah seorang serdadu KNIL – Koninglijke Nederlandsch Indische Leger, Tentara Kererjaan Hindia Belanda. Oleh karene itu, sejak saat itu, Suharto sudah mengkhianati rakyat Indonesia, demikian Arif.


Dikemukakan juga fakta yang lebih serius lagi. Yaitu tanggungjawab Suharto atas pembunuhan masal 3 juta warga Indonesia yang tak bersalah, atas tuduhan terlibat dengan G30S.


Masalah pengkhianatan Jendral Suharto terhadap Presiden Sukarno menjadi hangat dibicarakan kembali, disebabkan oleh kaitannya dengan SARAN MENTERI AGAMA RI, untuk MENOBATKAN SUHARTO MENJADI PAHLAWAN NASIONAL. Bahkan Menag RI itu berkisah bahwa selama dalam tentara Suharto tidak pernah cacad. Padahal semua tau bahwa karena keterlibatannya dengan kasus penyelundupan ekspor di Jawa Tengah ketika ia menjabat sebagai panglima Divisi Diponegoro, Suharto dilorot dari jabatannya kemudian di sekolahkan lagi. Itu terjadi ketika Jendral Nasution ada dalam pimpinan AD TNI.


Suharto juga terlibat dalam kasus skandal korupsi besar-besaran melalui yayasan-yayasan yang didirikannya ketika ia menjabat Presiden rezim Orba. Ketika itu ia masih berpangkat jendral. Bahkan pangkatnya kemudian dinaikkan menjadi jendral besar. Bagaimana mau dikatakan bahwa Suharto sebagai tentara tidak cacad.


Belum lagi dusta besar mengangkat Letkol Suharto menjadi pemrakarsa SERANGAN 1 MARET 1948 TERHADAP JOGYAKARTA. Orba di bawah Suharto khusus membuat film 'JANUR KUNING' untuk menyebarkan kebohongan itu. Baru setelah Suharto turun panggung, terungkap bahwa pemrakarsa serangan 1 Maret itu adalah Sri Sultan Hamengku Buwono. Kedustaan yang disebarkan rezim Suharto sekitar SERANGAN 1 MARET 1948 atas kota Jogyakarta, bisa dibaca perinciannya dalam tulisan baru-baru ini oleh Batara Hutagalung, Ketua Komite Utang Kehormatan Belanda.


Gerakan Reformasi dan Demokratisasi, 1998, yang secara formal telah mengakhiri rezim Orba dan melorot Suharto dari jabatan kepresidenan yang dikeloninya selama 32 tahun, mengajukan tuntutan MENGADILI SUHARTO. Program yang lebih fundamental gerakan Reformasi adalah MEMBANGUN INDONESIA BENAR-BENAR MENJADI SUATU NEGARA HUKUM, suatu RECHTSSTAAT.


Alasan sementara kalangan elite Indonesia dan pendukung-pendukung nya di media, yang mengklaim bahwa pergantian kekuasaan 'tanpa kekerasan', sebagai sesuatu yang 'sah' ditinjauu dari pemikiran perjuangan politik, --- adalah puncak penghinaan terhadap kemampuan berfikir bangsa Indonesia tentang apa itu NEGARA HUKUM. Bagaimana orang bisa menutup mata terhadap kekerasan dan pembunuhan masal ekstra-judisial, pemenjaraaan dan pembuangan ke pulau pengasingan Buru tanpa proses hukum apapun, dan menyatakan itu bukan tanggungjawab mantan Presidan Suharto. Bahwa itu adalah peralihan tanpa kekerasan?


Juga pelbagai teori dan argumentasi untuk menyanggah fakta perebutan kekuasaan 'merangkak' yang dilakukan oleh Jendral Suharto akan sia-sia belaka. Sejumlah dokumentasi, saksi hidup dan analisis mengenai perebutan kekuasaan Suharto yang beredar sampai sekarang, dan masih akan tambah lagi, menjadi saksi sejarah bagaimana Suharto menggulingkan Presiden Sukarno dan mengangkat dirinya sendiri menjadi Presiden.


Menegakkan pengertian tentang NEGARA HUKUM, hanya bisa berhasil, bila dengan obyektif dan ilmiah meneliti kembali dan merekamkannya dalam catatan sejarah, bahwa pergantian kekuasaan di INDONESIA DALAM TAHUN 1965-66, ADALAH SUATU TINDAKAN DI LUAR HUKUM, ADALAH SUATU KUDETA!


* * *


Lampiran: Tulisan Arif Harsana.

ARIF HARSANA

Sabtu, 07 Maret 2009


Suharto bisa dibilang mengkhianati Bung Karno, karena pada mulanya
Suharto menyatakan membela Bung Karno dari usaha perebutan
kekuasaan yang dilancarkan oleh G30S.

Belakangan, para petinggi G30S justru menyatakan, bahwa Suhartolah
yang secara licik mengkhianati Bung Karno.

Tetapi kalau dilihat dari riwayatnya, ketika Suharto masuk jadi KNIL,
sebenarnya dia sebagai orang Indonesia bisa dibilang sbg. pengkhianat
terhadap kepentingan Rakyat Indonesia yang menghendaki kemerdekaan, sebab sebagai serdadu KNIL tugas Suharto justru mengabdi penjajah.

Jadi, ketika Suharto mengkhinati Bung Karno itu bisa diartikan dia
menarik kembali pengkhianatannya terhadap penjajah ( 1945-1965)
dan kemudian selama 32 tahun kembali menjadi anjing penjaga
paling setia bagi kaum penjajah model baru ( kaum Neokolonial).
Selama berkuasanya Suharto, kaum penjajah menggunakan serdadu
Suharto dengan militernya untuk menindas perlawanan Rakyat demi
mengamankan pengurasan kekayaan alam melimpah.

Sebagai imbalannya, MNC / Neokolonial menghadiahi suap kepada crony Cendana yang bergelimang harta korupsi dari budaya KKN. Hutang najis milyaran dollar juga dijeratkan oleh MNC terhadap Indonesia dbp. Suharto.

Pada akhir hidupnya, Suharto dikenal dunia sebagai presiden
paling korup didunia dan kekuasaan otoriternya dinyatakan sangat
kejam dalam menindas lawan-lawan politiknya.

Suharto juga dikenal sebagai penanggung jawab atas Genosida '65,
pembunuhan massal berencana tanpa proses hukum terhadap
lebih satu juta orang tak bersalah.

Kalau ada orang yang ingin menjadikan Suharto -penjahat besar
terhadap Kemanusiaan itu sebagai pahlawan, berarti orang itu
buta terhadap kejahatan Suharto, atau orang itu ikut diuntungkan
oleh Suharto, berarti tangan orang itu ikut berlumuran darah.

Arif Harsana.


* * *




Kolom IBRAHIM ISA - MENGKHIANATI PRESIDEN PANGLIMA TERTINGGI

Kolom IBRAHIM ISA

Selasa, 03 Maret 2009

-------------------------------------

MENGKHIANATI PRESIDEN PANGLIMA TERTINGGI SUKARNO, MANA MUNGKIN JADI PAHLAWAN NASIONAL!

Diukur dengan fikiran wajar, sehat dan logis usul-usul untuk menobatkan mantan Presiden Suharto jadi 'pahlawan nasional', samasekali tak masuk akal. Karena itu harus ditolak!

Tapi, . . tokh usul absurd itu muncul beberapa tahun yang lalu. Celakanya . . . hal itu diajukan s e s u d a h prahara Reformasi melanda negeri kita dan merenggutkan Suharto dari jabatan presiden yang dikeloninya selama 32 tahun.

Usul 'mempahlawankan' Suharto diajukan setelah meninggalnya mantan Presiden Suharto. Pelbagai kalangan tertentu militer, sipil, politik, birokrasi, bisnis dll, rupanya dapat 'Ilham', yang sempat bikin heboh masyarakat. Meskipun riuh rendah genderang ditabuh untuk maksud itu, namun Presiden SBY tampak cukup lama 'fikir'fikir' dulu. Ditimbang-timbang 'untung-ruginya' menerima usul Suharto jadi 'pahlawan nasional'. Apalagi SBY jelas berniat untuk jadi pemenang lagi dalam pemilu 2009 tidak lama lagi.

Menerim usul absurd Suharto jadi pahlawan nasional -- bisa-bisa berakhir pada suatu 'political suicide' , 'bunuh-diri politik'. Suatu perspektif yang mengerikan bagi seorang politikus bukan?

Mengapa usul menobatkan mantan Presiden Suharto menjadi pahlawan nasional, adalah suatu usul yang absurd? Suatu ide yang bila dilaksanakan akan bikin mancanegara dan siapa saja yang berakal sehat mengerutkan keningnya, dan bertanya-tanya: "Apakah sudah sampai begitu merosotnya kemampuan yang bersangkutan untuk berfikir realis dan jujur, sampai bisa menerima usul itu?

Sudah menjadi catatan dalam sejarah Republik Indonesia, bahwa Jendral Suharto adalah perwira tinggi AD pertama yang terang-terangan membangkang terhadap Panglima Tertinggi Presiden RI. Ini terjadi ketika dia mensabot keputusan Presiden Sukarno menetapkan Letnan Jendral Pranoto Reksosamudro untuk memegang pimpinan harian Angkatan Darat. Kasarnya bawahan meludahi perintah atasannya. Dalam kemiliteran ini berarti i n s u b o r d i n a n s i . Harusnya Jendral Suharto diadili oleh suatu mahkamah militer.

Suharto membangkang, dan sekaligus mengambil oper, merebut pimpinan AD di tangannya sendiri.

Bahwa dialah, Jendral Suharto, yang menyalahgunakan 'Surat Perintah Sebelas Maret 1966'. 'Supersemar', nama yang menjadi populer, adalah surat perintah Presiden Republik Indonesia. Jelas sekali untuk menjaga kewibawaan Presiden dan ajaran-ajarannya. Yang mewajibkan Jendral Suharto selalu melapor kepada Presiden, sebagai pemimpin besar revolusi.

Tetapi 'Supersemar' dimanipulasi, disulap, disalahgunakan menjadi 'transfer of power', menjadi 'pelimpahan kekuasaan' negara dari tangan Presiden Sukarno ke tangan Jendral Suharto. Lebih dari itu, dengan 'Supersemar' di tangannya Suharto melorot Presiden Sukarno jadi tahanan rumah, dan akhirnya menggulingkannya. Sampai beliau meninggal dunia Bung Karno berada dalam keadaan sebagai tahanan rumah Jendral Suharto. Apa namanya ini kalau bukan PENGKHIANATAN TERHADAP PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SUKARNO!

Supaya pembaca ingat kembali apa isi "Supersemar" maka ada baiknya dikutip di bawah ini teks legkap 'Supersemar' seperti yang tertera dalam risalah 'Hasil-hasil Sidang Umum MPRS Ke-IV yang dikeluarkan oleh pemerintah RI sbb:


PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

S U R A T P E R I N T A H

I. Mengingat:

1.1. Tingkatan Revolusi sekarang ini, serta keadaan politik baik Nasional

maupun internasional.

1.2. Perintah Harian Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata/Presiden

Panglima Besar Revolusi pada tanggal 8 Maret 1966.


II.Menimbang:

2.1. Perlunya ada ketenangan dan kestabilan Pemerintahan dan jalannya

Revolusi.


2.3. Perlu adanya jaminan keutuhan Pemimpin Besar Revolusi dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan dan rakyat untuk memelihara kewibawaan Presiden/ Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi serta segala ajaran-ajarannya.


III. Memutuskan/Memerintahkan:

Kapada: Letnan Jendral Soeharto, Menteri Panglima Angkatan Darat Untuk: Atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi:


1. Mengambil segala tindakan yang dianggap perlu, untuk terjaminnya keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya Revolusi, serta menjamin keselamatan pribadi dan kewibawaan Pimpinan

Presiden / Panglima Tertinggi/Pemimpin Besar Revolusi/Mndataris

M.P.R.S. Demi untuk keutuhan Bangsa dan Negara Republik Indonesia,

dan Melaksanakan dengan pasti segala ajaran Pemimpin Besar Revolusi.


2. Mengadakan koordinasi pelaksanaan perintah dengan

Panglima-Panglima Angkatan-2 lain dengan sebaik-baiknya.


3. Supaya melaporkan segala sesuatu yang bersangkut paut dalam tugas dan tanggung jawabnya seperti tersebut diatas.


IV. Selesai.


Jakarta, 11 Maret 1966

Presiden/Panglimna Tertinggi/

Pemimpin Besar Revolusi/Mandataris M.P.R.S.,

ttd.

Sukarno


(Kutipan selesai)



Membaca kembali teks 'SUPERSEMAR', kita mendapat gambaran yang jelas-jemelas, sampai dimana pengkhianatan Jendral Suharto terhadap atasannya, Presiden RI Sukarno.



Satu saja alasan ini, kiranya sudah lebih dari cukup untuk MENOLAK USUL SUHARTO DINOBATKAN JADI PAHLAWAN NASIONAL.



* * *



Dari fihak pengusul kiranya jelas, pertimbangan mereka samata-mata bertolak dari kepentingan-sendiri masing-masing. Mereka berfikir, reputasi Suharto yang sudah diskredit, harus ditolong dengan jalan apapun. Kalau tidak akan tiba waktunya mereka-mereka sendiri akan menjadi diskredit sama seperti nasib Suharto. Maka menobatkan Suaharto jadi 'pahlawan nasional' merupakan suatu 'solusi' untuk menyelamatkan nama mereka sendiri, sebagai pendukug rezim Orba, yang sudah bergelimang dan berkubang di lumpur rezim Orba.



Pertimbangan penting mereka ialah, bahwa mereka bisa beruntung dapat memperoleh 'simpati dan dana' dari 'orang-orangnya Suharto', yang masih banyak bertengger pada kedudukan bisnis dan politik yag masih kokoh. Tidak mustahil masih cukup pengaruhnya di kalangan aparat negara, termasuk di bidang jurisdiksi. Meskipun mereka-mereka itu sementara 'tiarap' dulu, liat-liat kemana angin kencang akan bertiup. Namun, mereka tetap menantikan saat baik untuk 'kiprah' lagi. Jalannya ialah selamatkan nama Suharto.



Reputasi rezim ORBA yang mewarisi Indonesia dengan utang luarnegeri meliputi 150 milyar USD, hutan-hutan yang gundul, dan kekayaan bumi dan alam lainnya habis tergadaikan pada kaum modal uang mancanegara, ditambah lagi dengan membudayanya korupsi, kolusi dan neportisme, -- membikin pemerintah sekarang ini, paling tidak 'ragu-ragu' tentang tepat-tidaknya megangkat Suharto jadi 'pahlawan nasional'. Jelas, pertimbangan itu bukan lagi mengenai benar atau tidaknya, adil atau tak-adilnya usul tsb, tetapi, pertama-tama dan terutama, apa untung-ruginya mengusahakan supaya diterima usul Suharto dinobatkan jadi 'pahlawan nasional'.



Itulah sebabnya mengapa sampai sekarang, meskipun cukup 'rame' dan gemuruh yang mendukung Suharto jadi 'pahlawan nasional', hal itu masih tidak menjadi kenyataan.



Kali ini, genderang nyaring mengedepankan lagi mantan Presiden Suharto jadi 'pahlawan nasional' mulai ditabuh lagi. Rupanya dalam rangka diperingatinya 'Serangan 1 Maret 1948 atas kota Jogyakarta'. Dilihat dari tingkat kemampuan masyarakat berfikir kritis, usul absurd itu akan menemui kegagalan lagi.



* * *



Masih ada sejumlah alasan fundamental mengapa usul absurd menobatkan mantan Presiden Suharto jadi pahlawan nasional, samasekali tidak dapat diterima oleh fikiran waras. Terutama yang menyangkut pelanggaran HAM terbesar di bawah tanggungjawab Jendral Suharto yang menyebabkan jatuhnya kurang lebih 3 juta korban warga yang tak bersalah!


Tetapi, kali ini cukup satu alasan saja seperti diuraikan diatas, yaitu insubordinasi dan pengkhianatan Jendral Suharto terhadap Panglima Tertinggi Presiden Sukarno, yang menyebabkan usul tsb tidak bisa dan tidak boleh diterima, demi kewarasan berfikir, demi keadilan dan tegaknya negara Republik Indonesia sebagai suatu Negara Hukum yang terhormat dan ingin dihormati.



* * *