Friday, November 29, 2013

JAZZ ISTAMBUL --- Sungguh merdu dan indah . . . .

IBRAHIM ISA
Jum'at, 29 Nov 2013
------------------------------


Bung Chalik y.b.,   --


Enggak disangka . . . .  ada . . . .  ÓRANG AWAK . . .  di Amsterdam Noord, PENGGEMAR JAZZ ISTAMBUL . . . ??!!

Sungguh merdu dan indah . . . .

*    *    *

Musik  JAZZ yang tadinya menjadi kesukaan banyak ORANG HITAM di Amerika . ..

SUDAH MENGGLOBAL . . .

Memang, budaya itu,  . . .  khususnya musik, 

BISA MENEMBUS SEGALA  . . . . . !!

*    *    *



Terima kasih atas kirimannya . ..

Salam


----------------


Chalik Hamid schreef op 29-11-2013 7:01:
Nikmatilah Consert Jazz Istambul, klik tautan di bawah ini:


Pada Jumat, 29 November 2013 0:52, k.djie menulis:
 
 
Subject: Fwd: Fw: ENJOY JAZZ IN ISTANBUL....Just superb!
 
 
---------- Forwarded message ----------
Turn up your sound volume, switch on full screen mode and enjoy this high resolution video.

                                              beautiful music and dance.
 Keep in mind Turkey is a Muslim nation. But Turkey is a Muslim nation the men are without beards and the women do not wear burkas. The reason for this is men are not permitted to have a beard and the women cannot wear burkas in Turkey, they were outlawed after the 1st World War.          JAZZ CONCERT IN ISTANBUL. MOST FANTASTIC AND ENJOYABLE..KEEP SOUND ON.  Click here:      
 
 


 
 
 
 
 
 
 
No virus found in this message. Checked by AVG - http://www.avg.com/ Version: 2013.0.3392 / Virus Database: 3211/6575 - Release Date: 08/13/13
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
Berita dan Tulisan yang disiarkan GELORA45-Group, sekadar untuk diketahui dan sebagai bahan pertimbangan kawan-kawan, tidak berarti pasti mewakili pendapat dan pendirian GELORA45.
.

__,_._,___


--

---
Anda menerima pesan ini karena Anda berlangganan grup "Jaringan Kerja Indonesia" dari Grup Google.
Untuk berhenti berlangganan dan berhenti menerima email dari grup ini, kirim email ke jaringan-kerja-indonesia+berhenti berlangganan@googlegroups.com .
Untuk opsi lainnya, kunjungi https://groups.google.com/groups/opt_out.

DR ASVI W. ADAM SEKITAR TUDUHAN PROF SALIM SAID -- “KETERLIBATAN SUKARNO DNG G30S”




Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 28 November 2013
--------------------------------------

DR ASVI W. ADAM SEKITAR TUDUHAN PROF SALIM SAID -- “KETERLIBATAN SUKARNO DNG G30S”

* * *

Beberapa tahun yang lalu sejarawan berbangsa Canada, John Roosa, menulis buku studi dan analisis mengenai G30S dan Pembantaian Masal 1965, berjudul “Dalih Pembunuhan Masal – Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto di Indonesia. . . “ (Aslinya: . Pretext for Mass Murder - The September 30th Movement and Suharto's Coup d'État in Indonesia).

Sebegitu jauh buku John Roosa tsb adalah yang mutkhir dan ditulis rapi berdokumentasi lengkap dengan argumentasi. Buku John Roosa tsb mengupas masalah-masalah, sbb:

  1. Pengungkapan dan penganalisaan G30S dan kelanjutannya
  2. Kampanye pembantaian masal” terhadap PKI dan Kiri,
  3. Penggulingan Presiden Sukarno dan
  4. Jendral Suharto menggantikan Sukarno sebagai presiden RI –
    Buku “Dalih Pembunuhan Masal . . . “ . . . . . sarat dengan bahan lama dan baru, demikian “beratnya” dan cukup meyakinkan pembaca – sehingga begitu terbit , Jaksa Agung RI kontan mengeluarkan larangan terhadap buku John Roosa tsb. Namun digugat melalui Mahkamah Konstitusi, -- larangan Jaksa Agung itu, batal (Keputusan MK 13 Oktober 2010) .
    Dengan demikian buku John Roosa itu “legal” beredar kembali di Indonesia.

* * *

Sampai saat ini masih belum tampak adanya suatu bahan studi baru yang mampu melegimitasi versi Orde Baru, bahwa G30S didalangi PKI dan atau Presiden Sukarno. Juga masih belum ada bahan baru yang meyakinkan bahwa Presiden Sukarno ada di belakang G30S … atau bertanggung-jawab atas pembantaian masal yang berlangsung di bawah regi Angkatan Darat di bawah Jendral Suharto.

    Juga buku Prof Salim Said, diluncurkan bertepatan dengan ultah ke-70 penulisnya bulan ini, yang mencoba menyeret Presiden Sukarno sebagai yang juga bertanggungjawab atas pembantaian masal warga tidak bersalah, sekitar 1965,'66, '67 – atas dasar, ketika itu Sukarno masih Presiden RI – (dan “kalau tidak mampu, mengapa tidak mundur saja” -- merupakan argumentasi yang dicari-cari dan amat lemah, tidak ada syarat untuk disebut sebagai suatu argumentasi!
    Wartawan Aboeprijadi Santoso menganggap “argumentasi” Salim Said itu “absurd”.

Kita kembali mengulang pertanyaan yang sering diajukan publik: MENGAPA ADA G30S? Pertanyaan tsb mendapat jawaban John Roosa, sebagai sejarawan profesional, sbb: G30S itu adalah dalih, adalah alasan-bikinan, untuk melegitim pembasmian kaum Kiri dan Komunisme, dan kelanjutannya merebut kekuasaan dengan menggulingkan Presiden Sukarno.

Tujuan sejalan adalah untuk memperoleh kepercayaan dan kemantapan dukungan Amerika. Karena Suharto dkk tahu betul kekuasaan mereka hanya bisa tegak dan berlangsung, jika itu didukung, dibiayai dan dipersenjatai AS.

* * *

Kemis 28 November aku menerima sebuah kopi artikel yang ditulis oleh Peneliti Senior LIPI, Dr Asvi Warman Adam, berjudul: CULIK DALAM SEJARAH INDONESIA, dimuat tanggal 27/11/'13 di koan Tempo.

Artikel Asvi Warman Adam memfokuskan pada “budaya culik”yang sudah berlangsung dalam perjuangan politik Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan. Tulis Aswi a.l :

Konsep culik pula yang melekat dalam benak Soeharto ketika berpidato tahun 1980 tentang rencana menculik seorang anggota MPR bila jumlahnya berimbang dalam proses pengubahan  dasar negara Pancasila. Penculikan terjadi menjelang tahun 1998, pada beberapa aktivis muda yang dilakukan tim “Mawar” Kopassus.  Dari tahun 1945 sampai era reformasi, penculikan ini selalu menjadi kasus yang tidak pernah dituntaskan karena itu berpotensi terulang kembali.  
Selanjutnya Aswi: --- “Bila dibaca buku John Rossa “Dalih Pembunuhan Massal”, maka gerakan 30 September itu tak lain gerakan penculikan terhadap beberapa orang jenderal yang akan dihadapkan kepada Presiden Soekarno. Hanya saja manuver ini dilakukan sangat ceroboh sehingga dalam waktu sekejap bisa dirontokkan.


Tibalah Aswi Warman Adam pada isi buku baru Salim Said:
Teori John Rossa ini dimanfaatkan Salim Said dalam buku terbarunya “Dari Gestapu sampai Reformasi”. Salim juga setuju dengan penculikan yang dilihatnya sudah terjadi sejak zaman “daulat” pasca 1945. Hanya saja pada kasus G30S, Salim Said menuduh Soekarno sebagai dalang peristiwa ini.  Ia menulis “gagasan awal yang kemudian muncul dalam bentuk Gestapu, bukan berasal dari Aidit, melainkan justeru berasal dari Soekarno sendiri. Pemimpin PKI itu hanya menumpang dengan memanfaatkan gagasan sang Presiden”. Mengapa demikian, Salim melanjutkan “Soekarno waktu itu memang sudah sangat kehilangan kepercayaan kepada Yani, di satu pihak, di pihak lain sang Presiden juga tidak cukup kuat dan yakin untuk begitu saja dengan normal menyingkirkan Panglima Angkatan Darat itu…Soekarno yang ingin tetap berkuasa sambil melindungi PKI (mempertahankan Nasakom), tidak melihat jalan lain, kecuali kembali kepada cara tradisional, daulat”. Rencana Soekarno itu bocor dan ditumpangi oleh PKI lewat Biro Chusus pimpinan Sjam.


* * *


Selanjutnya Dr Asvi Warman Adam menjelaskan bahwa tuduhan Salim Said tidak didukung oleh alasan dan argumen yang kuat.


Silakan baca lengkapnya artikel Dr Asvi Warman Adam, sbb:
Dimuat pada Koran Tempo, 27 November 2013
CULIK DALAM SEJARAH INDONESIA
Asvi Warman Adam
Penculikan para pemimpin sudah terjadi di negeri ini sejak Indonesia merdeka. Yang pertama diculik adalah menteri negara Oto Iskandar di Nata Desember 1945. Sekelompok pemuda membawanya ke pantai Mauk Tangerang dan membuang jenasahnya ke laut. Penculikan berikut menimpa Sjahrir dan Tan Malaka yang dilakukan kelompok yang berseberangan.
Konsep culik pula yang melekat dalam benak Soeharto ketika berpidato tahun 1980 tentang rencana menculik seorang anggota MPR bila jumlahnya berimbang dalam proses pengubahan  dasar negara Pancasila. Penculikan terjadi menjelang tahun 1998, pada beberapa aktivis muda yang dilakukan tim “Mawar” Kopassus.  Dari tahun 1945 sampai era reformasi, penculikan ini selalu menjadi kasus yang tidak pernah dituntaskan karena itu berpotensi terulang kembali.  
Bila dibaca buku John Rossa “Dalih Pembunuhan Massal”, maka gerakan 30 September itu tak lain gerakan penculikan terhadap beberapa orang jenderal yang akan dihadapkan kepada Presiden Soekarno. Hanya saja manuver ini dilakukan sangat ceroboh sehingga dalam waktu sekejap bisa dirontokkan.
Teori John Rossa ini dimanfaatkan Salim Said dalam buku terbarunya “Dari Gestapu sampai Reformasi”. Salim juga setuju dengan penculikan yang dilihatnya sudah terjadi sejak zaman “daulat” pasca 1945. Hanya saja pada kasus G30S, Salim Said menuduh Soekarno sebagai dalang peristiwa ini.  Ia menulis “gagasan awal yang kemudian muncul dalam bentuk Gestapu, bukan berasal dari Aidit, melainkan justeru berasal dari Soekarno sendiri. Pemimpin PKI itu hanya menumpang dengan memanfaatkan gagasan sang Presiden”. Mengapa demikian, Salim melanjutkan “Soekarno waktu itu memang sudah sangat kehilangan kepercayaan kepada Yani, di satu pihak, di pihak lain sang Presiden juga tidak cukup kuat dan yakin untuk begitu saja dengan normal menyingkirkan Panglima Angkatan Darat itu…Soekarno yang ingin tetap berkuasa sambil melindungi PKI (mempertahankan Nasakom), tidak melihat jalan lain, kecuali kembali kepada cara tradisional, daulat”. Rencana Soekarno itu bocor dan ditumpangi oleh PKI lewat Biro Chusus pimpinan Sjam.   
Ada dua alasan yang dikemukan Salim Said untuk mendukung argumennya. Pertama, perintah Soekarno kepada Letkol Untung tanggal 4 Agustus 1965 dan kedua pertemuan Biju Patnaik dengan Presiden Soekarno tanggal 30 September 1965. Saya melihat kelemahan kedua alasan itu. Pertama, tanggal 4 Agustus 1965 Soekarno mengalami stroke ringan. Apakah dalam kondisi seperti itu ia masih bisa mengeluarkan perintah ?  Lebih-lebih lagi, menurut Wakil Komandan Tjakrabirawa, Maulwi Saelan, tidak ada pertemuan antara Soekarno dengan Letkol Untung saat itu. Kedua, Biju Patnaik, industrialis dan pilot India yang pernah menerbangkan Bung Hatta ke India pada masa perang kemerdekaan, memang dekat dengan Bung Karno. Ia datang ke istana Merdeka jam 12 tengah malam. Ucapan Bung Karno, “kamu cepat-cepatlah pulang karena sebentar lagi saya akan menutup bandara” bisa saja dipahami sebagai omelan kepada seorang sahabat yang masih mau mengobrol terus saat tuan rumah sudah mengantuk. Disebutkan bahwa Patnaik bertemu Soekarno tanggal 30 September 1965 tengah malam di Istana. Jelas itu tidak benar, karena pada malam itu Soekarno tidur di rumah Dewi di Wisma Yaso. Alhasil, kisah Patnaik yang dituturkan kepada sejarawan AB Lapian beberapa puluh tahun setelah peristiwa itu terjadi, tidak akurat. Karena itu tidak bisa dijadikan bukti keterlibatan Soekarno dalam peristiwa G30S. 

(Dr Asvi Warman Adam, sejarawan LIPI) 
  

MERESPONSE TULISAN ANDRE VITCHEK

IBRAHIM ISA
MERESPONSE TULISAN ANDRE VITCHEK
Selasa, 26 Nov 2013
-----------------------------------------------------


Benar Mbak Dini . . . .

PERJUANGAN MELAWAN LUPA . . . sedang berlangsung dengan sengitnya di Indonesia . . .

Tidak sedikit kaum muda dan cendekiawan generasi baru serta para mahasiswa dan pelajar yang melibatkan diri dalam perjuangan ini . . .

Perjuangan ini semakin bergelora . . .
MAKA ANALISIS DAN PANDANGAN ANDRE VITCHEK mengenai situasi Indonesia . . . . yang menulis Fight or Flight -- Chilean Socialism 1: Indonesian Fascism 0 -- terasa AMAT PESIMIS . . .

Andre Viitchek tergugah dan terinspirasi oleh Chili dan sementara negeri Amerika Latin yang bergelora berhasil menyeret ke pengadilan para ajendral pembantai rakyat .
 . . Andre Vitchek . . . lalu membandingkannya dengan situasi Indonesia . . .

*    *    *

Andre Vitchek melihat gerakan demokrasi dan HAM Indonesia . . . melempem . . para cerdik pandainya madul . . . . pasrah . . . pada nasib . . .

INI SUATU KRITIK KERAS terhadap gerakan demokratis di Indonesia. . . . . .


Sayang, Andre Vitchek tidak mampu melihat adanya perjuangan yang terus-menerus di Indonesia, antaranya PERJUANGAN MELAWAN LUPA . . .!!

*    *    *

Diskusi Interaktif Sekitar Artikel Peneliti Senior Lipi Aswi Warman Adam "Sarwo Edie Belum Hero" . . . .


Kolom IBRAHIM ISA
Minggu, 24 November 2013
---------------------------------------

Diskusi Interaktif Sekitar Artikel Peneliti Senior Lipi Aswi Warman Adam
"Sarwo Edie Belum Hero"  . . . .

Mantan Dubes SALIM SAID  Vs Jurnalis Kawakan ABOEPRIADI SANTOSO

*    *    *

Betul seperti ditulis oleh Salim Said, sejak jatuhya Orde Baru dan Indonesia memasuki era Reformasi dan Demokratisasi,  "
Di Indonesia, misalnya, baru setelah Orde Baru berakhir kita dengan bebas bisa bicara tentang apa yang sebenarnya terjadi di sputar 1 Oktober 1965 dan aftermath-nya. Kebebasan berpendapat yang muncul di Indonesia sejak berakhirnya Orde Baru juga membuka kesempatan siapa saja untuk berbicara apa saja tentang apa saja".

Selain pendapat-pendapat Salim Said dan Aboeprijadi Santoso, sebagai tambahan dimuat juga respons dari Prof Magnis Sujseno, sbb"


Dengan hormat,
Entah bagaimana peran Sarwo Edhie dalam masaker 1965 dan 66, serta dalam "act free of choice" rakyat Papua 1969, mengangkat orang yang sedemikian berfungsi sentral dan dengan gembira di tengah-tengah salah satu kejahatan kemanusiaan paling besar di bagian kedua abad ke-20 akan amat sangat memalukan bagi bangsa Indonesia.
Franz Magnis-Suseno

*    *    *

Maka kali ini dimuat sebagai kolom dibawah ini diskusi interaktif   di "Facebook" yang dimulai dan sedang berlangsung antara mantan Dubes Prof. Salim Said dengan jurnalis kawakan Aboeprijadi Santoso. 
Responsku sekitar artikel Aswi Adam yang dimuat di s.k. Tempo tsb, telah kutuangkan dalam Kolom MENYAMBUJT TULISAN ASWI WARMAN ADAM. Dalam kolom tsb dikutip sikap Aswi Adam, a.l. sbb:

Harap perhatikan ini!: --- Bila benar-benar kita bertujuan menegakkan negara ini sebagai NEGARA HUKUM YANG BERBUDAYA DAN BERADAB --- ada satu hal fundamental yang perlu dicamkan yang dikemukakan oleh Peneliti Dr Aswi Warman Adam dalam artikelnya yaitu:
Karena pasukannya terbatas, Sarwo melatih kemiliteran para pemuda dua atau tiga hari, selanjutnya “mereka kami lepaskan untuk menumpas komunis sampai ke akar-akarnya”. Sarwo tidak ragu-ragu mengeluarkan perintah tembak kepada mereka yang melawan termasuk kepada penduduk yang memprotes penembakan seperti yang terjadi di Solo.
    "Pembunuhan massal yang terjadi pasca G30S tahun 1965 itu memakan korban yang bervariasi dari 78.000 sampai 3 juta jiwa. Jumlah 500.000 jiwa dianggap sebagian pengamat sebagai hitungan yang moderat walau sesungguhnya itu tercatat sebagai pembantaian yang terbesar dalam sejarah Indonesia. Persoalannya, siapa yang bertanggungjawab terhadap tragedi nasional tersebut ? Soekarno jelas tidak karena ia tidak memegang kekuasaan lagi dalam bidang keamanan sungguhpun secara formalitas masih menjadi Presiden. Kalau begitu apakah Soeharto atau Sarwo Edhie?

"Ini sebetulnya yang harus diungkap dalam pengadilan HAM ad hoc mengenai kasus 1965. Laporan lengkap mengenai pelanggaran HAM Berat 1965 itu telah diserahkan oleh Komnas HAM kepada Kejaksaan Agung. Tentu laporan ini menjadi pertimbangan untuk membentuk pengadilan HAM ad hoc. Namun oleh Kejaksaan Agung berkas itu dikembalikan kepada Komnas HAM untuk dilengkapi. Ini sudah terjadi berulang kali. Kalau pengadilan HAM ad hoc itu belum terlaksana tentu belum bisa diputuskan apakah Soeharto atau Sarwo Edhi atau Jenderal lainnya dinyatakan bersalah atau tidak.
*    *    *



Prof Salim Said:
Kalau sdr Tosi membaca dengan tenang komentar saya niscaya dia akan menemukan bahwa saya  belum sampai secara jelas menyalahkan satu atau dua orang  sebagai penanggungjawab tunggal pembantaian 1965-1966. Saya ingin mengatakan bahwa kita belum mendapatkan seluruh data yang memungkinkan kita menjatuhkan putusan yang akurat. Semua ini karena saya merasa soal Gestapu dan pembantaian masih terlalu rumit untuk membuat kita dengan cepat bisa mengambil keputusan.

Di Indonesia, misalnya, baru setelah Orde Baru berakhir kita dengan bebas bisa bicara tentang apa yang sebenarnya terjadi di sputar 1 Oktober 1965 dan aftermath-nya. Kebebasan berpendapat yang muncul di Indonesia sejak berakhirnya Orde Baru juga membuka kesempatan siapa saja untuk berbicara apa saja tentang apa saja. Kalau kita ingin tahu kebenaran, maka kita harus berhati-hati dalam menafis banjir informasi tersebut. Apakah betul Sarwo Edhie pernah berkata dia membunuh  tiga juta orang waktu itu, sebagai diumumkan oleh Permadi SH? Kenal sarwo selama  sekitar 30 tahun, saya ragu Almarhum pernah mengucapkan hal demikian. Tapi ucapan Permadi itu sudah dianggap bukti dan terus diulang-ulangi.

Saya tidak mengkambinghitamkan Sukarno. Saya cuma ingin mengatakan bahwa secara legal Sukarno masih Presiden ketika terjadi pembantaian. Dia sudah tidak berdaya? Jika demikian halnya mengapa dia tidak mundur? Dengan tetap bertahan sebagai Presiden hingga berhasil "disingkirkan" oleh militer, Sukarno tidak bisa menghindar dari tanggungjawab.

Dalam buku terbaru saya Dari Gestapu ke Reformasi
saya mencoba menggambarkan faktor apa saja yang bermain di sekitar tragedi Gestapu dan aftermathnya. Singkatnya saya ingin mengatakan bahwa soalnya tidak sederhana dan masih diperlukan waktu untuk sampai pada kesimpulan  tentang apa sebenarnya persisnya terjadi, dan siapa saja pelaku-pelakunya.

Ketika saya masih muda dahulu, saya menghadapi soal Gestapu dan PKI sebagai seorang aktivis. Kini setelah beruntung mendapatkan training akademik dan dianugerahi usia panjang oleh Allah, saya menghadapi  kontroversi masa lalu lebih sebagai seorang skolar, seorang academician.

 Nah, kalau sdr Abuprijadi membaca komentar saya dengan kepala dingin tanpa kemarahan, saya yakin, sebagai orang cerdas, dia akan sepakat dengan jalan pikiran saya.

*    *    *

ABOEPRIJADI SANTOSO:
2013/11/23

Diskusi dgn Bung Salim ini selalu menarik, bahkan justru pada saat kami sering sekali berpandangan bertolakbelakang. Oleh karena itu, menanggapi komentarnya ttg Sarwo Edhie dan Benny Moerdani, dgn hormat, tetap saya bisa katakan bahwa komentar Bung Salim diatas itu absurd.

Kita cukup membuka sejumlah buku hasil penelitian yg serius utk mengetahui, bahkan publik awam pun mahfum, bhw Sukarno sejak 1 Okt 1965 hingga 11 Maret hanyalah sebuah kekuasaan yg makin buyar, hanya tersisa formalitas di tengah bangunan kuasa yg rontok – in disarray. Pada saat bersamaan ada sejumlah powers-that-be lebih nyata berkuasa, dan memanfaatkan kekuasaannya utk membantai sesama warga sebangsa – mereka inilah yg bertanggungjawab.

Tetapi – nah disini absurditasnya - Bung Salim yth lebih suka mengkambinghitamkan Sukarno ketimbang menuding Soeharto dan Sarwo Edhie padahal Sarwo mengakui dirinya memimpin orkes pembantaian.  

Sarwo mengakuinya, bagaimana dgn Soeharto? 

Sejauh diketahui, Soeharto tidak pernah berbicara secara publik ttg pembantaian, tetapi tidak sulit utk membaca cara nalar, cara berpikir-nya ttg kesewenangan suatu penguasa yg menurutnya boleh dilakukan terhadap warga sebangsa. Pada awal 1970an Soeharto belum memdudukkan dirinya sbg Raja Jawa, karena itu masih suka berbicara dgn terbuka dan lantang di muka wartawan.

Inilah yg dikatakan Soeharto di depan Presiden Prancis Georges Pompidoe ttg persekusi massal di Indonesia sejak pertengahan 1960an. Silahkan klik dan dengarkan (Btw, disitu sungguh kasihan betapa malu Menlu Adam Malik sbg diplomat mendampingi Kepala Negara yg tidak paham ttg tata hidup negara hukum yg beradab):


Terima kasih atas perhatian, yth Bung Salim

Tabik hangat
AS



CAKAP-CAKAP SEKITAR KEMAL ATTATURK . . .

IBRAHIM ISA
Senin, 25 Nov. 2013
---------------------------

May Swan Dear . . . . ,

Menarik  mengiktui  cakap-cakap sekitar KEMAL ATTATURK . . .

Saya ikut dalam rombongan meninjau ke Turki yang disebut Bung Chalik . . . dan menuliskan kesan saya,
yang saya lampirkan di bawah ini:

*    *    *

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Sabtu, 02 Juni 2012*
*------------------- *


*MUNGKIN INDONESIA PERLU RENDAH HATI “BELAJAR”
DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!! --- < Bagian 2 >*


*Ismail, *warga Turki, yang pernah disebut namanya dalam tulisan
Pertama,“guide” kami selama perjalanan peninjauan ke Turki (23-31 Mei
2012), dalam nada berseloroh menyampaikan kepada kami:


“Ada *satu kekeliruan *yang dibuat oleh *Mutafa Kemal Attaturk
<1881-1938>*– (Attaturk artinya “BAPAK ( NASION TURKI”), yaitu
*menghapuskan p o l y g a m i*”. Kami yang mendengarkan di dalam
'touring car' pada hari kedua di Turki, setengah teriak, setengah
berseloroh menyambut dengan seruan : Haaaaaaa . . . . . . . ! Ini
terutama reaksi kami-kami yang priya. Yang perempuan tertawa lega dan
puas. Kiranya karena mereka merasa bahwa apa yang disebut Ismail,
sebagai “satu kekeliruan” yang dilakukan Mustafa Kemal Attaturk, itu
*justru adalah yang BENAR. *


Pembaca jangan salah tanggap! Seluruh rombongan Indonesia yang sedang
berkunjung ke Turki ketika itu, adalah sahabat-sahabatku, . . . .
satu-per-satu adalah orang baik-baik. Sahabat-sahabatku yang sudah
berkeluarga semua tak ada yang /berpolygami./Tak ada yang membenarkan
tindakan kawin lagi seperti yang dilakukan oleh misalnya *Abdullah
Gymnastiar*atau *Aa Gym, *seorang pendakwah, penyanyi, penulis buku dan
penerbit, pengusaha dan pendiri Pondok Pesantren Darut Tauhid di
Bandung. Dan sementara para petinggi Indonesia dewasa ini.


Sesungguhnya kaum priya rombongan ekskursi ke Turki ini , punya
pendirian sama dengan teman-teman wanita. Memang benarlah, -- kebijakan
yang diambil oleh Mustafa Kemal Attaturk, --- /*polygami harus
dihapuskan, memang semestinya dilarang*//. /Sahabat Turki kami, Ismail,
juga sependapat. Ismail beristri (satu saja) dan punya dua anak.
Kedua-duanya putri-putri. Kami sempat berkenalan dan berjabatan tangan
dengan “Bu” Ismail dan putri-putrinya. Ismail yang tak berpolygami ini
bersama seluruh keluarganya tampak bahagia!


* * *//


Menghapuskan dan melarang /polygami, /adalah salah satu kebijakan
fundamemtal yang dijalankan oleh Mustafa Kemal. Adalah salah satu dari
serentetan tindakan yang diambilnya dalam rangka *REFORMASI*di Turki.
Sekaligus juga merupakan manifestasi diakhirinya kebiasaan buruk
beristrikan lebih dari seorang, yang memperoleh legalitasnya dari ajaran
agama.


Mustafa Kemal pertama-tama menghapuskan kekuasaan Sultan dan para
petinggi agama dengan memaklumkan *PEMISAHAN ATANTARA AGAMA DAN NEGARA*.
Republik Turki Modern lahir pada tanggal 29 Oktober 1923, mengikuti
suksesnya perang kemerdekaan dan perlawanan di bawah pimpinan Mustafa
Kemal Attaturk. Republik Turki bukan lagi dipimpin oleh seorang Sultan
dari Kerajaan Ottoman yang sekaligus juga kepala agama. Turki telah
menjelma menjadi satu republik yang mengikuti prinsip dan aliran
demokrasi. Prisidennya dipilih rakyat. Pemerintah dibentuk atas dasar
perimbangan kekuatan parpol-parpol yang terwakili di parlemen yang juga
adalah hasil pemilihan.


Kebijakan Reformasi lainnya yang amat penting ialah menggantikan aksara
Arab yang selama lebihdari 700 tahun digunakan olehTurki, menjadi
*AKSARA LATIN*. Jelas, suatu tindakan untuk mengakhiri pengaruh budaya
Arab terhadap bangsa Turki, yang ikut masuk dan memberikan pengaruh
besar bersama dengan masuk dan meluasnya agama Islam. Sejak itu Turki
membangun BUDAYA PRIBADI TURKI yang modern.


Pendidikan sebagai salah satu pilar pembangunan budaya nasion, --
menjadi elemen penting dalam Reformasi Mustafa Kemal. Selama lima tahun
berlaku ketentuan wajib belajar. Dimulai dari anak yang berumur 7 tahun.
Saat ini di Turki terdapat 45.870 sekolah dasar, 4260 sekolah menengah
dan tinggi, 1900 sekolah kejuruan, dan 27 universitas dan perguruan
tinggi. Cukup besar hasil yang dicapai Reformasi Turki setelah Revolusi
Mustafa Kemal berhasil menumbangkan sistim feodal kerajaan Ottoman dan
mengusir kaum intervensionis kekuasaan asing.


* * *


Ketika berkunjung ke Masjid Biru Istanbul, di tengah-tengah masjid dalam
ruangan dalam agak kedepan sedikit, kami saksikan sebuah bangunan kecil
“air mancur”. Dijelaskan oleh Ismail, bahwa “air mancur” didalam masjid
itu dibangun sebagai /penghormatan untuk seorng perempuan Yahudi,
/pemilik dari persil, diatas mana masjid di bangun. Semula perempuan
Yahudi itu tidak setuju dibangunnya sebuah masjid di atas persil
miliknya itu. Ketika ia meninggal dan persil itu diserahkan (kemungkinan
oleh keluarganya) kepada Sultan. Sultan lalu membangun masjid di atas
persil itu, dengan membuatkan sebuah “air macur” di dalam masjid sebagai
tanda penghormatan kepada perempuan Yahudi tadi.


Aku fikir: Kok luar biasa sekali. Di dalam sebuah masjid tempat
beribadah ummat Islam, dibuatkan sebuah “air mancur” sebagai tanda
memberi penghargaan dan kenangan untuk perempuan Yahudi, yang ketika
hidup tak setuju dibangunnya sebuah mesjid di situ. Bukankah ini suatu
manifestasi toleransi bangsa Turki mengenai masalah hidup berdampingan
berbagai agama dan kepercayaan di Turki?


* * *


Kasus lain mengenai semangat toleransi bangsa Turki bersangkutan dengan
perbedaan agama, bisa disaksikan dalam kasus seperti berikut di bawah ini:


Berkunjunglah ke *Hagia Sofya *di kota Istanbul, sebuah musium umum. Di
dalamnya bisa disaksikan berbagai hiasan tembok dalam aksara Arab
berbunyi “Allah”, “Muhammad”, “Abubakar”, “Umar” dan “Ali”; empat orang
sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Lalu ada lukisan-lukisan, mozaik dan kaca
patri (glas in lood) besar-besar yang lebih besar dari gajah menghiasi
tembok-tembok musium. Yang menggambarkan “Yesus”, “Maria” dan apostel
lainnya. Maka tampaklah terpampang di situ hiasan-hiasan tembok musium
baik yang Islam maupun yang Kristen. Seperti hendak mencerminkan 'hidup
berdampingan' secara damai dan harmonis diantara dua religi besar yang
terdapat di Turki.


Ada ceriteranya di balik kenyataan ini. Seperti tercatat dalam sejarah
Turki, Musium Hagia Sofya, semula, berabad-abad yang lalu adalah sebuah
gereja yang penting di zaman kerajaan Byzantium dan ketika Istanbul
bernama Constantinopel. Kerajaan Byzantium yang Nasrani itu dikalahkan
dan tegaklah di situ Kerajaan Ottoman. Kerajaan ini kemudian menguasai
wilayah amat luas, mulai dari Aljazair, Lybia dan Mesir di Afrika Utara;
Hongaria, Serbia, Albania, Bulgaria, dam Moldavia di Eropah, serta
Mekkah dan Syria di sebelah Timur.


Alkisah gereja Helgia Sofya oleh penguasa Islam yang baru, -- diubah
menjadi sebah masjid. Mozaik dan lukisan serta hiasan dinding lainnya
yang mengisahkan Yesus, Maria dan apostel Nasrani lainnya diperintahkan
ditutup dengan papan. Sehingga hilanglah kesan bila orang masuk bahwa
tempat ibadah itu tadinya adalah sebuah gereja.


Namun, ketika Mustafa Kemal Attaturk menjadi Presiden Republik Turki
yang baru, masjid itu dijadikan sebuah Musium. Papan-papan yang menutupi
hiasan tokoh-tokoh agama Nasrani, dibuka sehingga suasana gereja muncul
lagi.


Kembali terbetik fikiran dalam benakku: Suatu semangat toleransi yang
sungguh bijak dari Presiden Republik Turki Modern ini.


* * *


Pada hari terakhir di Turki, kami berpesiar dengan kapal laut
disepanjang tepi kota Istanbul. Melewati suatu daerah di tepi pantai
yang berbukit, tampak daerah perumahan yang indah. Ismail, sahabat Turki
kami, menjelaskan: Didaerah yang tampak indah dari kapal itu, adalah
rumah-rumah orang-orang Albania yang beragama Kristen, orang-orang
Yahudi, dan orang-orang Muslim Turki yang merupakan mayoritas. Dengan
suara yang lebih dikeraskan, Ismail menegaskan bahwa penduduk di situ
yang memeluk masing-masing agama Islam, Yahudi dan Kristen hidup
berabad-abad lamanya dengan damai dan harmonis, tanpa ada gangguan
konflik religius apapun.


Bukan main! Fikirku lagi.

Betapa besar semangat toleransi orang-orang ini! Meski tidak seperti
bangsa kita: Punya semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKKA. Tokh dalam praktek
kehidupan mereka sehari-hari memberlakukan semangat TOLERANASI yang bisa
diteladani!

**


* * *




May Swan schreef op 25-11-2013 15:53:
Bung Chalik Hamid,
Koq hanya soal satu, dua, tiga empat itu saja yg menarik perhatian Anda.
Saya rasa idee dan pengaruh dari perjuangan Kamal Attaturk memisahkan agama dari institusi negara, mendirikan Turkey sbg negara secular, bahkan dijadikan model kenegaraan oleh Bung Karno ( seperti yg disebut oleh Burhan ) jauh lebih berarti bagi peradaban dunia dimana kita hidup hari ini.
Agar diketahui, buku "Kamal Attaturk" tulisan Dhabith Tarki Sabiq terjemahan dari bahasa Turkey milik Burhan yg kita bincangkan itu sama sekali tidak simpatik dengan apa yang dilakukan oleh Kamal Attaturk.
Apa kabar, Bung Chalik? Sehat walafiat saya doakan selalu.
May Swan  
 
2013/11/25 Chalik Hamid <chalik.hamid@yahoo.co.id>
Dua tahun yang lalu kami, serombongan orang Indonesia berkunjung ke Istambul (Turki). Kami berkunjung ke berbagai obyek dan kota. Orang-orang Turki merasa sangat bangga, karena mereka memiliki bapak bangsa: Qemal Attaturk. Pembimbing kami dalam perjalanan, seorang Turki mengatakan: satu-satunya kesalahan Qemal Attaturk ketika memimpin Turki, yalah melahirkan Uandang-undang yang menentukan seorang pria Turki hanya boleh beristeri satu. "Kalau undang-undang itu tidak ada, mungkin sekarang saya sudah punya isteri 2 atau 3 orang" - kata pembibing itu sambil ketawa.
Memang di Turki, sebuah negara yang berbasis Islam itu, seorang pria hanya boleh mengawini seorang wanita, tidak boleh berpoligami. Tentu ini merupakan hal yang luarbiasa, yang bertentangan dengan hukum Islam, dimana seorang pria boleh mengawini 4 wanita.
Salam: Chalik Hamid.


Pada Senin, 25 November 2013 8:53, Burhan A <mannros@hotmail.com> menulis:
Terima kasih Kiong Hoo atas pencerahannya. Rupanya kudos berasal dari bahasa Yunani. Yang pasti tentu bukan kudo dalam bahasa Minang, bukan ?
 
burhan
 
发自 Windows 邮件
 
发件人: Kiong Hoo Djie
发送时间: ‎2013‎年‎11‎月‎25‎日 ‎7‎:‎57
收件人: 'Burhan A', 'May Swan'
抄送: siauwmaylie@gmail.com, 'Tom Iljas', 'Chalik Hamid', 'Ibrahim Isa', 'Toton'
主题: RE: Kudo untuk Anda
 
Saya kira yang dimaksudkan kudos = admiration and respect.
Kalau saya akan senang diberi kudo = kuda ya dalam bahasa Minang ?
Saya sekarang dapat gelar dari teman2 tukang MC.
Yang lain2 sudah pensiun jadi MC.
Ya, saya heran. Kapan saya pernah jadi MC………
Coba terka, apa MC itu.
Ternyata bukan Ceremony master, tetapi tukang Momong Cucu……..
Salam,
Kiong Hoo
 
From: Burhan A [mailto:mannros@hotmail.com]
Sent: maandag 25 november 2013 7:34
To: May Swan
Cc: siauwmaylie@gmail.com; Tom Iljas; kh djie; Chalik Hamid; Ibrahim Isa; Toton
Subject: RE: Kudo untuk Anda
 
Halo May Swan
 
Terima kasih atas pendapat May Swan yang terus terang seperti yang diuraikan dalam email dibawah ini. Isinya saya paham sekali, tetapi subjeknya dengan kata "Kudo untuk Anda" saya tidak paham. Apakah salah ketik, mungkin seharusnya "Kado untuk Anda" ? 
 
Kemal Attaturk telah menginspirasi founding fathers Indonesia Sukarno-Hatta dalam menentukan dasar negara Republik Indonesia Pancasila, terutama dalam hal bagaimana menempatkan agama dalam konteks bernegara. Meskipun pengaruh tersebut tidak sebesar peran "San Min Zhu Yi" Dr. Sun Yat-sen, tetapi pandangan kemal Attaturk menempati posisi khusus mengenai hubungan agama dengan negara. 
 
Keyakinan ideologi tentu saja harus terus diperjuangkan. Tetapi apa yang dimaksud dengan ideologi itu sendiri selalu mengalami perkembangan sesuai dengan pengamatan dan pemahaman kita terhadap sejarah perjuangan panjang suatu bangsa. Apakah ideologi itu merupakan metode analisa sosial, ataukah sesuatu yang menentukan arah perjuangan ?
 
Salam hangat
Burhan
 

Baru selesai membaca buku "Kamal Attartuk" karya Dhabith Tarki Sabio, satu dari koleksi buku buku terdapat di kamar tidur apartment kalian berdua.
 
Isi buku sangat berlainan dari apa yg selama ini saya dengar mengenai Kamal Attartuk bapak pembangunan nasionalis dan penganut secularism Turki sangat dihormati rakyatnya. Saya sangat surprised. Bukan karena isinya; semua pemimpin dimana saja ada penggemar dan juga banyak yang mengutuk, banyak yang menjadi sosok contraversial . Ini biasa, apalagi sosok pimpinan yg telah berhasil merubah sistim agama sebuah negara. Saya surprised, juga bercampur gembira, tepatnya pleasantly surprised, pertama karena Anda memiliki buku ini. Maksud saya, agaknya Anda bersedia membuka/meluaskan pandangan, peduli dengan persepsi lain, termasuk pandangan contraversial. Kesediaan ini saya rasa tidak banyak terdapat diantara masyarakat pernah melalui hidupnya demi perjuangan ideologi yg diyakininya. Maka disini kudo untuk Anda.
 
Terimakasih,
May Swan.