Kemis, 28 Oktober 2010
------------------------------
MARI WARISI Dan KHAYATI Semangat KESADARAN BERBANGSA -- "SUMPAH PEMUDA" 28 Oktober 1928
Tidak sedikitpun diragukan: -- Hari ini, Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober, 2010, yang dicetuskan delapanpuluh-dua tahun yang lalu oleh pemuda-pemuda kita, adalah hari teramat penting dalam proses rakyat Indonesia menemukan dan membangun identitasnya sebagai bangsa. Bersamaan dengan itu memperkokoh kesadaran berbangsa dan semangat berjuang pantang mundur untuk mencapai kemerdekaan dalam perjuangan panjang melawan kolonialisme Belanda. Adalah kesadaran dan semangat ini pula yang mendasari perjuangan bangsa Indonesia, membela kedaulatan dan keutuhan wilayah Republik Indonesia melawan dan mengalahkan subversi dan intervensi imperialisme melalui pelbagai gerakan separatis, sperti a.l. pemberontakan separatis PRRI/Permesta.
Kesadaran dan semangat ini pula yang merupakan dasar ideologi serta melahirkan kesadaran politik untuk diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia dari Sabang sampai Merauké, pada tanggal 17 Agustus 1945. Juga adalah kesadaran berbangsa ini, yang merupakan dasar lahirnya falsafah dan ideologi PANCASILA seperti yang digali dari bumi Indonesia, dan diuraikan oleh Bung Karno dalam pidato beliau: LAHIRNYA PANCASILA, 1 Juni 1945. Kesadaran berbangsa ini pula yang memungkinkan lahir dan dibelanya prinsip berbangsa -- "BHINNEKA TUNGGAL IKA", Kesatuan dalam Perbedaan, atau Berbeda-beda tetapi Satu. Yang juga selanjutnya menjamin dipertahankannya Republik Indonesia sebagai negara sekular dan pluralis.
Begitu pula, tidak disangsikan, bahwa adalah semangat dan kesadaran berbangsa ini pula, yang melahirkan dan menggelorakan gerakan Reformasi menuntut demokrasi dan keadilan, melawan kesewenang-wenangan serta merajalelanya KKN rezim Orba; dan telah mampu menggulingkan Presiden Suharto dari puncak kekuasaan lalimnya.
* * *
Menelusuri kembali pertistiwa bersejarah lahirnya SUMPAH PEMUDA, baik dibaca kembali teks (asli) pernyataan Pemuda-pemuda Indonesia, pada tanggal 28 Oktober 1928. Deklarasi yang merupakan tonggak-sejarah, dalam perjalanan bangsa, ini telah memberikan dorongan kuat, sebagai suatu lompatan besar bersangkutan dengan kebangkitan kesadaran nasional bangsa kita; berbunyi sbb:
POETOESAN CONGRES PEMOEDA-PEMOEDA INDONESIA
------------------------------------------------------------------------------------------
Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia jang diadakan oleh perkoempoelan-perkoempoelan pemoeda Indonesia yang berdasarkan kebangsaan dengan nama Jong-Java, Jong-Sumatra (Pemoeda Soematera), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong-Islamieten Bond, Jong-Bataksbond, Jong-Selebes, Pemoeda Kaum Betawi, dan Perhimpoenan Pelajar-pelajar Indonesia:
memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 October tahoen 1928 dinegeri Djakarta
sesoedahnya mendengar pidato-pidato dan pembitjaraan jang diadakan dalam kerapatan tadi:
sesoedahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini:
kerapatan laloe mengambil poetoesan:
PERTAMA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH-DARAH YANG SATOE TANAH INDONESIA.
KEDOEA.
KAMI POETERA DAN POETERI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
KETIGA.
KAMI POETERA-POETERI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA INDONESIA.
* * *
Sebelum lahirnya deklarasi 'Sumpah Pemuda', dua dasawarsa ke belakang, telah dimulai proses kebangkitan kesadaran berbangsa.
Proses lahir dan berkembangnya kesadaran berbangsa Indonesia, tak lepas dari faktor luar yang memberikan pengaruh positif. Misalnya, lahir dan berkembangnya gerakan kemerdekaan India di bawah pimpinan Mahatma Gandhi dan Jawaharlal Nehru. Gerakan kemerdekaan India memberikan warna dan pengaruh non-koperasi dan massa-aksi atas gerakan kemerdekaan Indonesia. Kemenangan Jepang atas Rusia yang melibatkan kedua negeri tsb dalam peperangan tahun 1905, juga merupakan pemahaman baru bangsa-bangsa Asia bahwa mereka mampu mengalahkan bangsa kulit putih, yang dipropagandakan sebagai bangsa yang lebih unggul dari bangsa Asia. Revolusi Nasional Demokratis Tiongkok melawan kerajaan di bawah pimpinan Dr Sun Yat-sen juga merupakan faktor positif dalam perkembangan kesadaran nasional bangsa Indonesia. Dalam pidato LAHIRNNYA PANCASILA, 1 Juni 1945, Bung Karno secara khusus menyebut San Min Chu-I nya Dr Sun Yat-sen, yaitu Tiga Prinsip Revolusi Tiongkok sebagai salah satu sumber inspirasi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Namun, deklarasi 'SUMPAH PEMUDA', yang dicetuskan pada tanggal 28 Oktober 1928, merupakan suatu manifestasi politik yang unik. Deklarasi tsb untuk pertama-kalinya menyatakan semangat. kebersepakatan dan keteguhan tekad pemuda-pemuda Indonesia, sebagai SATU NASION, yang bertanahair, berbangsa dan berbahasa SATU - INDONESIA.
* * *
Pada akhir abad ke-19 lahir dan perkembangan kesadaran berbangsa, sedikit banyak memperoleh isnpirasi dari a.l. terbitnya buku MULTATULI (Eduard Douwes Dekker (2 Maret 1820 - 19 Februari 1887) - , berjudul "Max Havelaar, of De koffij-veilingen de Nederlandsche Handel Maatschappij" (Brussel, 1859). Dengan karya sastra politiknya itu, Multatuli dengan keras dan lantang menggugat kesewenang-wwenangan kekuasan rezim kolonial Hindia Belanda (di Lebak, Banten) serta kekuasaan feodal setempat yang menjadi tumpuan kekuaasan kolonial, terhadap kaum tani dan pekerja setempat. Buku Multatuli adalah suatu GUGATAN PERTAMA, keras dan terbuka oleh seorang mantan pejabat Belanda sendiri, terhadap kekuasaan kolonial Belanda atas Indonesia.
* * *
Selama periode rezim Orba, dan yang sisa-sisa pengaruhnya sampai dewasa ini, masih besar, -- jelas bertendes SELEKTIF MEMORI dalam meninjau dan meneliti serta menarik pelajaran dari sejarah bangsa kita. Yang lebih parah lagi mereka melakukan korupsi fakta-fakta serta rekayasa. Maka sepenuhnya bisa difahami dan perlu disambut dan didukung inisiatif generasi muda yang sejak maraknya gerakan Reformasi aktif melakukan klarifikasi dan pelurusan fakta-fakta sejarah bangsa kita.
Sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa kita yang gemilang untuk mencapai kemerdekaan, dihiasi dengan epik perlawanan bersejarah dan berdarah yang gagah berani, seperti yang terjadi dalam pemberontakan di Banten dan Sumatera Barat dalam tahun 1926-1927. Pemberontakan melawan penguasa kolonial Belanda yang lebih banyak dikenal dengan nama Pemberontakan PKI, adalah sumbangsih penting rakyat Banten dan Sumatra Barat dalam perjuangan untuk mencapai kemerdekaan. Tetapi dalam interpretasi para akhli sejarah rezim Orba perlawanan terhadap kolonialisme Belanda itu, dicap dan disalahkan sebagai suatu peristiwa 'pemberontakan' belaka.
* * *
Memperingati Hari Sumpah Pemuda, membawa kita pada pengertian yang jelas, bahwa tegaknya negara Republik Indonesia Merdeka, adalah hasil perjuangan dan jerih payah, keringat dan darah dari pelbagai gerakan nasionalis, Islam dan Komunis. Proses yang ditandai sejak berdirinya Boedi Otomo, disusul dengan munculnya Muhammadiyah, Sarekat Islam, Indische Partij yang dipimpin oleh Douwes Dekker, Tjipto Manoenkoesoemo dan Soewardi Soerjadingrat; PKI, Partai Nasional Indonesia, dll termasuk gerakan buruh dan sarekat-sarekat sekerja lainnya; itu semua merupakan kesatuan proses perjuangan kemerdekaan dengan keterlibatan pelbagai aliran politik dan kepercayaan.
Tidak ketinggalan pula peranan penting dalam proses kesedaran berbangsa yang diambil oleh para mahasiswa dan pelajar Indonesia yang belajar di Belanda, tergabung dalam Perhimpunan Indonesia (PI).
Proses kebangkitan dan menguatnya kesedaran berbangsa negeri kita, menunjukkan pula bahwa bangsa kita mampu bersatu dan menyerempakkan langkah, demi kepentingan seluruh bangsa dan tanah air, seperti pada periode koloinialisme Hindia Belanda. Itu termanifestasi ketika terbentuknya Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) dan pada periode Proklamasi Kemerdekaan Indonesia; serta pada periode Reformasi menggulingkan Presiden Suharto.
Dengan mengkhayati semangat dan jiwa Sumpah Pemuda 20 Oktober 1928, bangsa Indonesia pasti akan mampu mengatasi kemacetan Gerakan Reformasi serta dengan langkah tegap meneruskan perjuangan demi hak-hak demokrasi dan HAM, serta mengakhiri situasi IMPUNITY, ketiadaan hukum, menggalakkan gerakan menyeret ke pengadilan koruptor-koruptor dan para pelanggar HAM berat, seperti yang terjadi pada Peristiwa 1965 dan a.l. pada Peristiwa Mei 1998.
* * *