----------------------------------
25 Februari 2005.
SUATU USAHA YANG PATUT DIDUKUNG
Hubungan saling-susup dan saling-pengaruh, di bidang budaya dan sastra antara Indonesia dan Nederland, sudah berlangsung lama. Salah satu tonggak penting dalam sejarah yang menjadi kenangan abadi ialah terbitnya buku MAX HAVELAAR, karangan Multatuli (Eduard Douwes Dekker). Buku tsb adalah curahan hati-nurani kalangan Belanda yang maju, yang dengan mata kepala sendiri, menyaksikan kejahatan kolonialisme bangsanya sendiri terhadap Indonesia. Douwes Dekker berani menuliskan kecamannya dan mempublikasinya.
Di segi lain tidak kebetulan pula bahwa buku Sutan Sjahrir, mantan Perdana Menteri pertama Republik Indonesia, yang mensosialisasikan di bidang internasional, -- jiwa merdeka bangsa Indonesia yang punya tekad juang sampai akhir melawan kolonialisme Belanda, demi mencapai tujuan kemerdekaan, -- pertama terbit di negeri Belanda dalam bahasa Belanda, berjudul 'INDONESISCHE OVERPEINZINGEN" diterjemahkan dalam bahasa Indonesia "RENUNGAN INDONESIA" dan "ONZE STRIJD", "PERJUANGAN KITA".
Bisa dikatakan bahwa hubungan Indonesia-Belanda, termasuk hubungan budaya dan sastranya, sebagai hubungan "hate and love relationship".
Dalam sejarah hubungan dua negeri ini hubungan tsb melewati masa pasang surut. Penyebabnya ialah situasi perjuangan kemerdekaan di masa lalu, dan terutama sikap politik pemerintah Belanda ketika itu, yang masih sulit untuk melihat kenyataan bahwa bangsa Indonesia sudah sejak 1945 telah mengambil nasib di tangannya sendiri, dengan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
Lebih dua tahun yang lalu, pada tanggal 28 Oktober 2002, bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, adalah Indonesianist Belanda, Prof. Dr. Bob Hering, yang menulis dan meluncurkan buku biografi politik dalam bahasa Inggris tentang salah seorang penting founding father bangsa kita, -- IR SUKARNO - berjudul "SOEKARNO - FOUNDING FATHER OF INDONESIA 1901-1945". Buku tsb diluncurkan di Kedutaan Besar Indonesia, Den Haag.
Penerbitnya adalah sebuah lembaga kerajaan Belanda, yaitu KITLV. HASTA MITRA, penerbit edisi Indonesia dari buku Bob Hering itu, ketika mengomentari karya Bob Hering, menulis a.l. sbb:
. . . biografi Bung Karno, hasil penelitian seorang Belanda, Prof. Dr Bob Hering, yang untuk pertama kalinya mengedepankan satu visi lain ketimbang tulisan para Indonesianist sebelumnya. Lain daripada yang lain, karena Bob Hering adalah Indonesianist yang BERORIENTASI INDONESIA bukan Barat.
Baru-baru ini dua sahabat baik saya, Harry Poeze, Kepala Penerbit KITLV)dan Jaap Erkelens, Peneliti Indonesia dan puluhan tahun mewakili KITLV di Indonesia, berrencana akan memprodusir dalam CD, lagu-lagu Indonesia periode perjuangan melawan penjajahan Belanda dan khususnya periode yang disebut oleh Orba sebagai Orla. Bila berhasil rencana mereka ini, itu akan merupakan sumbangan penting dalam mencatat bagian dari kehidupan budaya, khususnya musik pada periode yang dimaksud.
Oleh karena itu, segyogianya, 'PROPOSAL' Harry Poeze dan Jaap Erkelens tsb dibantu sebisa-bisanya. Dengan sendirinya hal itu merupakan sumbangan penting dalam memajukan hubungan budaya antara bangsa Belanda dan bangsa Indonesia.
Pembaca kami persilakan untuk membaca sendiri HIMBAUAN kedua sahabat Belanda itu, (yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonsia sbb: (Himbauan aslinya dalam bahasa Belanda, disiarkan ulang)
--------------------------------------------------------
HIMBAUAN HARRY POEZE DAN JAAP ERKELENS
--------------------------------------------------------
Jaap Erkelenes, yang untuk bertahun-tahun lamanya menjadi wakil KITLV di Jakarta, dan Harry Poeze, kepala Penerbit KITLV, dengan bekerjsama dengan rekan-peneliti Indonesia, memproduksi sebuah CD, berisikan lagu-lagu nasionalistis, politik dan radikal, sebagaimana dinyanyikan pada zaman kolonial, dan semasa Orde Lama.
Untuk itu kami akan menggunakan piringan hitam lama (putaran 78 dan 33) dan selain itu juga dari sejumlah lagu-lagu baru membuat rekaman. Semua teks dan penjelasan mengenai lagu-lagu itu akan terbit dalam sebuah buku yang mengantar CD tsb. Fikir kami, dengan cara ini suatu bagian yang terlupakan dari kultur politik sampai dengan 1965 akan dapat dicatat (vastgelegd).
Untuk itu kami akan menggunakan piringan hitam lama (putaran 78 dan 33) dan selain itu juga dari sejumlah lagu-lagu baru membuat rekaman. Semua teks dan penjelasan mengenai lagu-lagu itu akan terbit dalam sebuah buku yang mengantar CD tsb. Fikir kami, dengan cara ini suatu bagian yang terlupakan dari kultur politik sampai dengan 1965 akan dapat dicatat (vastgelegd).
Yang nmengenai periode 1950-1965 - kami tidak bermaksud untuk merekam lag-lagu yang terkenal sebagai 'Lagu Perjuangan' ciptaan Ismail Marzuki dan Cornel Simanjuntak, karena ia sudah banuak kali diterbitkan - tetapi lagu-lagu seperti yang dinyanyikan di kalangan partai-partai politik radikal - untuk PKI umpamanya, 'Darah Rakyat', '12 Nopember' dan 'Internasionale'; untuk Partai Murba 'Mars Murba'; untuk PNI 'Mars Marhaen' dan 'Hidup Bapak Marhaenisme'. Selain itu ada lagu-lagu Sukarnois seperti 'Viva Ganefo', 'Api Cubana' dan 'Nasakom'.
Menerbitkan CD seperti itu tidak mudah, karena banyak - boleh dibilang semua - piringanhitam sudah musnah.
Dari periode kolonial kami masih masih memiliki rekaman Indonesia Raya (tanpa dan yang dengan teks - yang disesuaikan) dan rekaman 'Lagoe Marhaen' dan 'Kepada bendera kami'.
Apa yang kami cari ialah rekaman orisinil dari periode 11950 - 1965 mengenai lagu-lagu seperti itu. Pada kami hanyalah ada rekaman di Peking dalam tahun 1963 dari Rombongan Nyanyi dan Tari LEKRA.
Apakah ada dari kalangan pembaca yang memiliki rekaman lama, atau mengetahui dimana bisa memperoleh rekaman-rekaman tsb. Kami ingin sekali membuat rekamannya.
Selanjutnya kami mencari buku-buku berisikan kumpulan teks lagu-lagu (dengan sendirinya sebaiknya disertai catatan-musiknya), ataupun lembaran-lembaran lepas musik, atau teks-teks dari koran-koran dan majalah-majalah.
Juga pengalaman dari orang-orang yang pernah mendengar lagu-lagu ini, atau ambil bagian dalam suatu paduan suara yang menyanyikan lagu-lagu ini, sangat kami sambut.
Kami berharap dengan cara ini kami akan berhasil untuk mengabadikan bagian penting dan juga artistik menarik dari periode tahun limalpuluh dan enampuluhan dari abad lampau, sebagai warisan sejarah Indonesia.
Reaksi harap disampaikan kepada:
Harry Poeze, Postbus 9515, 2300 RA Leiden, Nederland
Tel. 071-5272465 atau 0251-653492
***
LAMPIRAN
-------- HIMBAUAN HARRY POEZE dan JAAP ERKELENS
DALAM BAHASA ASLINYA (BELANDA):
======================================
Jaap Erkelens, vele jaren lang de vertegenwoordiger van het KITLV in Jakarta, en Harry Poeze, hoofd van de KITLV Uitgeverij, willen in samenwerking met een Indonesische collega-onderzoeker, een CD uitbrengen waarop nationalistische, politieke en radicale liederen staan, zoals die werden gezongen in de koloniale tijd, en tijdens de Orde Lama.
We willen daartoe oude opnamen (op 78- en 33-toeren-platen) gebruiken, en daarnaast ook van een aantal liederen nieuwe opnamen maken. Alle teksten en toelichting daarop zullen verschijnen in een boekje dat de CD begeleidt. Wij denken dat op deze wijze een vergeten onderdeel van de politieke cultuur tot 1965 kan worden vastgelegd.
Voor wat betreft de periode 1950-1965 - op de CD willen we niet opnemen de bekende 'Lagu Perjuangan' van Ismail Marzuki en Cornel Simanjuntak, omdat deze reeds vele malen zijn uitgebracht - maar liederen zoals die werden gezongen in de radicale politieke partijen - voor de PKI bijv. 'Darah rakyat', '12 Nopember' en 'Internasionale'; voor de Partai Murba 'Mars Murba'; voor de PNI 'Mars Marhaen Indonesia' en 'Hidup Bapak Marhaenisme'. Daarnaast zijn er Soekarnoïstische liederen als 'Viva Ganefo', 'Api Cubana' en 'Nasakom'.
Het uitbrengen van zo'n CD is niet makkelijk, omdat veel - in feite vrijwel alle - grammofoonplaten verloren zijn gegaan.
Uit de koloniale periode beschikken wij nog over een opname van Indonesia Raya (zonder en met - aagepaste - tekst) en opnamen van 'Lagoe Marhaen' en 'Kepada bendera kami'.
Wat wij zoeken zijn originele opnamen uit de periode 1950-1965 van zulke liederen. In ons bezit is slechts een opname in Peking in 1963 van de Rombongan Nyanyi dan Tari LEKRA.
\Zijn er nog lezers van deze oproep die over deze oude opnamen beschikken, of weten waar deze nog te vinden zijn? Wij willen dan graag een kopie daarvan maken.
Verder zoeken wij boeken met een bundeling van liedteksten (natuurlijk liefst met muzieknotatie), of losse bladmuziek, of teksten in kranten en tijdschriften.
Ook ervaringen van mensen die deze muziek hebben gehoord, of deel uitmaakten van een koor dat deze liederen zong, zijn zeer welkom.
We hopen dat het ons op deze wijze lukt een belangrijk en ook artistiek aantrekkelijk onderdeel van de politieke cultuur van de jaren vijftig en zestig van de vorige eeuw vast te leggen als historisch erfgoed van Indonesië.
Reacties kunnen worden gezonden naar:
Harry Poeze
KITLV
Postbus 9515
2300 RA Leiden
Nederland
tel. 071-5272465 of 0251-653492
email: [EMAIL PROTECTED] * * *
No comments:
Post a Comment