Kolom IBRAHIM ISA *)
-----------------------
Kemis, 15 November 2007.
'WERTHEIM AWARD 2008' ------ Untuk
BENNY G. SETIONO
Menjelang akhir 2007 Pengurus Wertheim Foundation <> memutuskan memberikan 'WERTHEIM AWARD 2008' kepada BENNY G. SETIONO, sebagai pengakuan dan penghargaan terhadap usaha, kegiatan dan karya Benny G. Setiono, dalam rangka usaha besar EMANSIPASI NASION INDONESIA.
Nama Benny G. Setiono, dengan demikian, turut menghiasi daftar nama-nama tokoh-tokoh Indonesia yang oleh WERTHEIM FOUNDATION telah diberikan WERTHEIM AWARD. Nama-nama para tokoh Indonesia yang telah diberikan WERTHEIM AWARD, adalah: Pramoedya Ananta Toer (novelis), S. Rendra (penyair), Widji Thukul (penyair), Goenawan Mohammad (budayawan) dan Joesoef Isak (wartawan/publisis). Sumbangan mereka terhadap usaha EMANSIPASI NASION INDONESIA dalam arti yang seluas-luasnya, mereka berikan dari posisi mereka masing-masing dalam masyarakat yang aktif peduli terhadap usaha pembebasan bangsa Indonesia . Itulah pertimbangan utama yang telah mendorong Wertheim Foudantion memberikan pengakuan dan penghargaan tsb.
Penyerahan WERTHEIM AWARD kepada Goenawan Mohammad dan Joesoef Isak, masih jelas dalam ingatan orang, telah berlangsung akhir tahun 2005, dengan mengambil tempat di Ruangan Nusantara Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag. Suatu peristiwa yang penuh makna, bahwa, penyerahan 'Wertheim Award' telah berlangsung di gedung KBRI, yang menurut hukum internasional, formal diakui sebagai wilayah Republik Indonesia. Apalagi bila disadari bahwa tokoh-tokoh Goenawan Mohammad dan Joesoef Isak, dalam kegiatan dan perjuangan mereka demi membela hak-hak untuk kebebasan menyatakan pendapat, untuk hak-hak demokrasi dan HAM, sasaran utama mereka adalah penguasa ( rezim Orba) yang dengan sewenang-wenang telah melanggar hak-hak demokrasi. Untuk itu, Orba telah menjebloskan Pramoedya A. Toer, ke pulau pembuangan BURU, serta memenjarakan Joesoef Isak 12 tahun lamanya di Penjara Salemba. Majalah Tempo yang dipimpin oleh Goenawan Mohammad, pernah diberangus karena membela hak-hak demokrasi.
Gelombang gerakan Reformasi dan Demokrasi yang bergelora dalam tahun 1998 dan jatuhnya Presiden Suharto, adalah faktor utama yang bisa menjelaskan mengapa penyerahan WERTHEIM AWARD 2005 kepada Goenawan Mohammad dan Joesoef Isak bisa berlangsung dengan hikmat dan lancar di Ruangan Nusantara Kedutaan Besar Republik Indonesia, Den Haag.
* * *
Menurut rencana, pemberian Wertheim Award kepada Benny G. Setiono akan dilangsungkan bertepatan pada peringatan SEABAD Prof. W.F. WERTHEIM, yang akan dilangsungkan bersama oleh Wertheim Foundation dengan IISG, pada kwartal ke-2 tahun 2008. Penyampaian Wertheim Award, dan seminar Peringatan Seabad Wertheim, akan mengambil tempat di IISG, Internationaal Instituut voor Sociaal Geschiedenis - Institut Internasional untuk Sejarah Sosial - di kota Amsterdam. IISG adalah sa;ah satu lembaga dokumentasi dan penelitian terbesar di dunia yang melakukan kegiatan di bidang ilmu sejarah sosial dunia.
* * *
SIAPA BENNY G. SETIONO
Benny G Setiono dilahirkan di desa Ceracas, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, pada 31 Oktober 1943. Ayahnya, Endang Sunarko (Khouw Sin Eng), adalah seorang penulis. Buku yang ditulisnya a.l. adalah ‘ Tiongkok Baru, Kawan atau Lawan. Endang Sunarko sering menulis di majalah 'Pantjawarna’ dan harian ‘ Sin Po’. Benny menempuh studinya di Fakultas Ekonomi Universitas Respublica, Jakarta. Baru mencapai tingkat tiga, Benny terpaksa ‘drop out’ , karena kampusnya dibakar rombongan KAMI/KAPPI yang didukung milisia.
Pada tahun 1999 Benny G. Setiono ikut mendirikan Perhimpunan Indonesia Tionghoa, INTI, dan pada 2002 turut mendirikan Lembaga Kajian Masalah Kebangsaan (ELKASA).
Untuk lebih mengenal siapa Benny G Setiono, apa dan bagaimana visi dan misinya, mengenai hasil studi dan analisisnya, barangkali yang terbaik adalah membaca bukunya yang telah diterbitkan oleh ELKASA di Jakarta.
Ketika menjelaskan tentang studinya yang disimpulkan dalam buku TIONGHOA DALAM PUSARAN POLITIK, Benny a.l. mencatat, bahwa bukunya disusun atas dasar rangkaian informasi dari berbagai buku, majalah, koran, tabloid dll. Tujuan ditulisnya buku tsb ialah untuk berbagi pengetahuan dan memberikan keseimbangan kepada para pembaca. Karena, masalah Tionghoa seperti juga masalah G30S/PKI selama ini ditulis dengan kurang berimbang hingga sangat menyudutkan kedua kelompok tsb. Sedang, dalam kenyataannya, mereka itu merupakan bagian integral bangsa kita.
Dikemukakan oleh Benny bahwa dalam bukunya itu, peranan etnis Tionghoa ditulis dengan tidak mengkotak-kotakkan atau memisahkannya dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia. Ditandaskannya pula bahwa etnis Tionghoa telah mempunyai akar sejarah lebih dari 500 tahun di bumi Nusantara, serta merupakan bagian yang tak terpisahkan dari bangsa Indonesia.
Bisalah dikatakan dengan pasti, bahwa visi dan misi Benny ialah untukTERUS memberikan sumbangsihnnya bagi usaha pencerahan masyarakat kita, mengenai etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya pada generasi muda yang lahir dan dibesarkan dalam periode Orba, bahwa:
ETNIS TIONGHOA DI INDONESIA adalah BAGIAN YANG INTEGRAL DARI BANGSA INDONESIA.
Dengan demikian segala masalah yang timbul terpaut etnis Tionghoa, solusinya, pemecahannya harus dicari/diusahakan dalam pemecahan keseluruhan pembangunan dan pengkonsolidasian nasion Indonesia. Dengan tidak ‘mengkotak-kotakkan’ atau ‘ memisahkannya dari perkembangan sejarah bangsa Indonesia.
* * *
INDONESIANIS Dr Daniel S. LEV mengenai BENNY G. SETIONO
1 Januari 2003.
Dalam bukunya, tulis Dr. Daniel Lev, ---- Benny G. Setiono mencoba menggali kembali sejarah (etnis Tionghoa) yang kompleks itu. Buku ini, tulis Dan Lev dalam Kata Pengantar pada buku Benny, bukan buku pertama mengenai minoritas etnis Tionghoa di Indonesia. Ada banyak buku lain yang telah dibuat dan diterbitkan sejak dulu, baik oleh sarjana asing maupun Indonesia dan penulis awam juga.
Harus saya akui, tulis Dan Lev, bahwa ketika Pak Ben minta apakah saya rela membaca naskahnya yang belum selesai dan masih mentah, saya agak ragu karena dia bukan seorang sarjana profesional. (Ini juga pengakuan arogansi seorang sarjana profesional).
Dan naskah itu ternyata panjang sekali, beberapa ratus halaman. Akan tetapi, sesegera setelah mulai membaca, saya jadi heran, karena kelihatan bahwa si penulis yang ‘awam’ itu mempunyai otak dan hati seorang sarjana tulen yang tertarik pada seluk beluk sejarah dan ingin mengerti suatu proses evolusi yang penuh teka-teki yang perlu dipikirkan kembali sambil mengajukan berbagai pertanyaan baru.
Dr Daniel S. Lev, sarjana yang berdomisili di Seattle, Washington itu, menutup kata pengantarnya dengan menunjukkan bahwa:
‘Fokus buku ini sebetulnya adalah sejarah Indonesia, dimana minoritas Tionghoa juga memiliki peranan. Perspektifnya berganti-ganti dan keseimbangan selalu dicari di antara banyak peserta dalam sejarah yang serba kompleks.
Tujuannya adalah untuk mendapatkan sebuah gambaran sejarah yang realistis tentang orang yang sudah lama merupakan bagian dari masyarakat Indonesia, orang Indonesia yang kebetulan minoritas yang diciptakan sejarah itu. Demikian a.l. Dr Daniel S. Lev tentang buku Benny.
* * *
Diberikannya WERTHEIM AWARD 2008 kepada Benny G Setiono, pertama-tama merupakan pengakuan dan penghargaan oleh Wertheim Foundation atas kegiatan, usaha dan karya (buku yang ditulisnya berjudul ETNIS TIONGHOA DALAM PUSARAN POLITIK. Dari segi lain menunjukkan kepedulian lembaga Belanda terhadap Indonesia, persoalan-persoalan yang dihadapinya, perkembangan dan kemajuannya.
Sebagai suatu lembaga ornop Belanda, diberikannya WERTHEIM AWARD 2008 kepada Benny G Setiono, juga memanifestasikan solidaritas rakyat Belanda terhadap perjuangan bangsa Indonesia untuk demokrasi, keadilan dan kemakmuran.
* * *
Lampiran
DAFTAR ISI Buku ETNIS TIONGHOA DALAM PUSARAN POLITIK
BAGIAN I
BANGSA INDONESIA DAN KEDATANGAN ORANG TIONGHOA
BAB 1 - Asal Usul Bangsa Indonesia . BAB 2 - Awal Kedatangan Orang Tionghoa di Indonesia
BAB 3 - Orang Tionghoa Menyebarkan Islam di Jawa. BAB 4 - Pengaruh Kedatangan Orang Tionghoa di Jawa
BAB 5 - Kedatangan Orang Belanda
BAGIAN II
MASYARAKAT TIONGHOA ABAD XVI - AWAL ABAD XX
BAB 6 - Souw Beng Kong : Kapiten Tionghoa Pertama. BAB 7 - Phoa Beng Gan : Kapiten Tionghoa Ahli Irigasi
BAB 8 - Pembunuhan Etnis Tionghoa 1740 .BAB 9 - Tindakan VOC Pasca Pembunuhan Etnis Tionghoa 1740
BAB 10 - Perang Etnis Tionghoa Bersama Etnis Jawa Melawan VOC (1740-1743) BAB 11 - Tan Djin Sing : Kapiten Tionghoa Yang Jadi Bupati Yogyakarta. BAB 12 - Pembantaian Tionghoa Pada Masa Perang Jawa (1825-1830)
BAB 13 - "Republik" Langfong di Borneo Barat BAB 14 - Tanam Paksa. BAB 15 - Etnis Tionghoa di Sumatera
BAB 16 - Oey Tamba Sia : Jutawan Kriminil Dihukum Gantung BAB 17 - Lie Kim Hok : Perintis Sastra dan Jurnalistik Melayu-Tionghoa . BAB 18 - Mayor Tionghoa Oei Tiong Ham : Raja Gula dari Semarang BAB 19 - mayor Tionghoa Tjong A Fie : Dermawan dari Medan
BAGIAN III
MASA KEBANGKITAN NASIONAL - PROKLAMASI KEMERDEKAAN (1900-1945)
BAB 20 - Tionghoa Hwe Koan. BAB 21 - Kebangkitan Nasional 1900-1927 .BAB 22 - Aksi Boikot Pedagang Tionghoa di Surabaya. BAB 23 - Kerusuhan Anti Tionghoa di Kudus .BAB 24 - Berkembangnya Sastra Melayu Tionghoa
BAB 25 - Jaman Keemasan Pers Melayu Tionghoa . BAB 26 - Munculnya Kesadaran Politik Orang Tionghoa
BAB 27 - Orang Tionghoa dan Pergerakan Partai Politik Nasional (1926-1942) . BAB 28 - Orang Tionghoa di Masa Pendudukan Jepang (1942-1945) . BAB 29 - Menyongsong Kemerdekaan
BAGIAN IV
MASA REVOLUSI (1945-1950)
BAB 30 - Awal Kemerdekaan . BAB 31 - Pembunuhan Massal Etnis Tionghoa (1946-1948) . BAB 32 - Pao An Tui
BAB 33 - Perjuangan Bersenjata dan Politik Diplomasi . BAB 34 - Peristiwa Madiun . BAB 35 - KMB dan Republik Indonesia Serikat
BAGIAN V
MASA DEMOKRASI PARLEMENTER (1950-1959) . BAB 36 - Negara Kesatuan Republik Indonesia
BAB 37 - Peristiwa 17 Oktober 1952 . BAB 38 - BAPERKI dan LPKB . BAB 39 - KAA dan Pemilu Pertama
BAB 40 - PRRI/PERMESTA
BAGIAN VI
MASA DEMOKRASI TERPIMPIN (1959-1965)
BAB 41 - Politik Pasca Dekrit Presiden . BAB 42 - PP-10 . BAB 43 - Trikora . BAB 44 - Peristiwa Rasialis 10 Mei 1963
BAB 45 - Dwikora . BAB 46 - G30S
BAGIAN VII
MASA ORDE BARU (1966-1998)
BAB 47 - Supersemar. BAB 48 - Penggusuran Presiden Sukarno . BAB 49 - Kampanye dan Aksi Anti Tionghoa Pasca G30S
BAB 50 - Pembangunan Ekonomi Orde Baru dan CSIS
BAB 51 - Peristiwa Rasialis 5 Agustus 1973 dan Malari 1974 . BAB 52 - Skandal Pertamina . BAB 53 - Aneksasi Timor Timor
BAB 54 - Bakom-PKB . BAB 55 - Peristiwa Rasialis Anti Tionghoa Solo Semarang . BAB 56 - Rejim Otoriter Orde Baru
BAB 57 - Presiden Soeharto Lengser dan Keruntuhan Rejim Orde Baru . BAB 58 - Penutup
TAMBAHAN
Kata Pengantar . Catatan Penulis . Pengarang . Lampiran . Daftar Pustaka
* * *
*) Ibrahim Isa,
Sekretaris Wertheim Foundation, Leiden - Amsterdam.
No comments:
Post a Comment