Kolom IBRAHIM ISA
-----------------------------------------
Senin, 05 November 2007
PENTING MENGENAL BETUL : -- SIAPA PAHLAWAN BANGSA
Baru-baru ini Aku membaca sebuah berita menarik dan penting (Kompas, 02 Nov 2007). Bisa dilihat dari pilihan berita-berita yang dipublikasikan oleh kawanku TOSSI, di media internet. Tampaknya ini salah satu kegiatan Tossi setelah memasuki kehidupan 'baru' sebagai 'orang pensiunan'. Berita tsb menarik bagiku karena ada tanggapan khusus mantan Presiden RI, Ketua Umum PDI-P, Megawati Sukarnoputri. Yang ditanggapi adalah tokoh pejuang dan pahlawan, JUSUF RONODIPURO, dll.
JUSUF RONODIPURO, --- adalah mantan direktur Radio Republik Indonesia (RRI) di Jakarta, pada tahun-tahun awal Revolusi Kemerdekaan Indonesia . Para pejuang kemerdekaan dan setiap patriot Indonesia ketika itu selalu mengikuti dengan cermat siaran-siaran Radio Republik Indonesia, Jakarta. Kita semua menganggap RRI, sebagai 'Suara dan Benteng tangguh RI', yang menyuarakan SUARA REVOLUSI AGUSTUS 1945.
JUSUF RONODIPUTO, bersama anak-buahnya dengan berani melakukan tugasnya mengabdi Revolusi Agustus, mengabdi Republik Indonesia, betul-betul di bawah ancaman moncong senjata musuh, di tengah-tengah kepungan pendudukan militer Inggris dan Nica. (Baca tulisan khusus tentang Jusuf Ronodipuro, dibawah)
* * *
Tampaknya, dewasa ini, tokoh Jusuf Ronodipuro, seorang pejuang kawakan dan senior, pada periode revolusi kemerdekaan Indonesia, sudah dilupakan orang, khususnya oleh para elite dan penguasa. Keruan saja, pejuang, pengabdi bangsa yang bersih dari korupsi ini, nasibnya terlunta-lunta, sehingga tak cukup dana ketika menderita sakit dan harus diopname di rumah sakit..
Megawati secara tulus menyuarakan hati nuraninya dan kita semua, ketika beliau menyatakan bahwa bangsa ini jangan sekali-kali melupakan para pahlawan pejuang kemerdekaan yang sudah tiada, maupun yang masih hidup sekarang ini. Tergugah hati Megawati melihat keadaan Jusuf Ronodipuro sekarang ini, beliau menyingsingkan lengan-baju, cari bantuan sana-sini untuk menutupi ongkos rumah sakit bagi Jusuf Ronodipuro. Dikatakan oleh Megawati dengan nada agak kesal, a.l.: "Bagaimana ya kita ini, tidak menghargai jasa-jasa pejuang? Coba hitung, tinggal berapa orang lagi generasi 1945 yang tersisa? " katanya dengan nada meninggi.
Selanjutnya Megawati menyebut beberapa nama para pejuang dan pahlawan kemerdekaan. Disebutlah a.l. nama S.K. Trimurti, Joesoef Ronodipuro, . . . lulu . . .PAK HARTO . . . . . . dst. 'PakHarto?' ---- Wah, kok Suharto digolongkan sebagai pejuang/pahlawan? Ini bukan soal kecil!
PAHLAWAN ATAU KORUPTOR DAN PEMBANTAI ORANG TAK BERSALAH?
Mari fikirkan baik-baik, endapkan bersama, bagaimana kok Megawati sampai menderetkan nama Suharto dalam urutan nama-nama pejuang dan pahlawan. Merupakan suatu KEJUTAN, bahwa ucapan demikian mengenai Suharto keluar dari mulut Megawati Sukarnoputra, mantan Presiden RI dan Ketua Umum PDI-P, yang juga adalah salah seorang anak kandung mantan Presiden Sukarno - yang benar-benar pejuang dan pahlawan itu --- yang dipersekusi Jendral Suharto sampai meninggal dalam keadaan yang amat menyedihkan.
Masalah ini perlu benar-benar dijernihkan., sebelum 'kadung kebablasan'. Hitam dibilang putih. Jelek dbilang bagus. Pengkomplot dan koruptor terbesar dibilang pahlawan!
Apakah gerakan REFORMASI DAN DEMOKRATISASI (1998) yang telah menumbangkan rezin Orba; yang dengan keras dan lantang menuntut supaya Suharto, mantan Presiden RI, diadili karena kejahatannya melakukan korupsi besar-besaran; karena tanggungjawabnya atas pembantaian lebih sejuta rakyat yang tidak bersalah, yang begitu mengerikan dan biadab. ---- Apakah hal-hal itu sudah terlupakan? Apakah benar dan adil untuk begitu saja melupakan kejahatan-kejahatan yang dilakukannya? Apakah atas nama, 'melupakan yang sudah-sudah', 'jangan membuka luka-luka lama', dan 'supaya memandang kedepan' , lalu membiarkan saja kejahatan besar terhadap bangsa dan tanah air, terhadap negara yang dilakukan oleh Jendral Suharto dan kroni-kroninya? Bahkan, bolehkah, atas nama REKONSILIASI NASIONAL lalu Suharto diberi titel pejuang dan pahlawan??
Bangsa ini tak boleh lagi mengulangi, sikap yang 'nrimo' begitu saja. Tidak boleh lagi dibiarkan praktek sewenang-sewenang dan sembrono rezim Orba, yang dengan seenak perutnya , tanpa bukti apapun, tanpa proses pengadilan manapun, memfitnah orang-oranmg tak bersalah sebagai 'terlibat', 'pengkhianat' , 'orang bermasalah', dsb. Harus dihentikan kebijakan Orba yang setiap menjelang Hari Nasional 17 Agustus, membagi-bagi kado titel 'pahlawan bangsa', kepada kroni-kroni pendukung setia Suharto dan rezim Orba, menganugerahkan titel 'pahlawan' kepada istri atau sanak keluarganya. Bukankah praktek itu meniru-niru ulah sewenang-wenang, misalnya dari seorang NAPOLEON. Yang begitu mengangkat dirinya sendiri sebagai k a i s a r Perancis, Kaisar Napoleon, lalu dengan boros menganugerahkan titel 'pangeran' 'yang dipertuan putri' dan lain-lain titel kerajaan kepada siapa saja yang disukainya.
Megawati Sukanoputra menderetkan nama Suharto sebagai p e j u a n g .
Suharto memang p e r n a h ambil agian dalam perang kemerdekaan. Mengenai peristiwa bersejarah, 'Serangan Umum 1 Maret terhadap Jogyakarta, yang populer dengan nama, 'ENAM JAM DI JOGJA', sempat pula Suharto memelintir fakta sejarah, dengan mempublikasikan bahwa dialah yang punya ide-cemerlang menyerbu dan menduduki Jogja beberapa jam, dengn maksud menunjukkan pada bangsa dan dunia bahwa Republik Indonesia masih eksis dan berjuang terus.
Kepalsuan Suharto terungkap, karena catatan sejarah menunjukkkan bahwa ide 'Serangan Umum 1 Maret' adalah dari DOROJATUN, Sri Sultan Hamekubowono IX.
Dari sini saja sudah bisa dilihat bahwa Suharto bukan pejuang sejati yang tanpa pamrih.Ini satu hal. Bagaimana dengan pemberian nama 'pahlwan' kepada 'Pak Harto', yang diucapkan oleh Megawati? Bukankah sudah menjadi rahasia umum, bahwa kemudian, Jendral Suharto bergelimang dengan praktek manipulasi, menjadi penjelundup klas kakap ketika ia menjadi komandan militer di Jawa Tengah, sehingga ia kena tindakan disiplin militer, 'disekolahkan', ke Bandung.
Selanjutnya semua tau -- dalam tahun-tahun 1965-66 Jendral Suaharto melakukan makar dengan orang-orang militer sekitarnya, menggunakan 'Peristiwa G30S' untuk melakukan 'KUP MERANGKAK' terhadap negara Republik Indonesia. Kemudian menggulingkan Presiden Republik Indonesia Sukarno. Sesudah itu melalui suatu manipulasi dan rekayasa institusionil, menjadikan dirinya Presiden yang kedua Republik Indonesia.
Selain itu, Jendral Suharto bertanggung jawab atas persekusi dan pembunuhan lebih sejuta rakyat Indonesia yang tak bersalah. Selama periode rezim Orba yang ditegakkan dan dipimpinnya, selama 32 tahun, telah terjadi pelanggaran HAM terbesar dalam sejarah Indonesia. Telah mengubah Indonesia menjadi negara tanpa-hukum, yang paling besar hutang luarnegerinya, dalam periode itu berlangsung dengan sejadi-jadinya korupsi, kolusi dan nepotisme. Salah satu lembaga PBB menempatkan Suharto sebagai koruptor terbesar dan terkaya di dunia ini. Bisakah fakta-fakta ini ditiadakan begitu saja? Dengan pertimbangan hendak berkoalisi lagi dengan Golkar?
Maka, nama Suharto tak patut dideretkan sejajar dengan nama-nama : SK Trimurti, Jusuf Ronodipuro, Rosihan Anwar, Des Alwi dan lain-lain, seperti yang dikatakan oleh Megawati.
Masalahnya ialah, karena, Suharto telah mengkhianati Presiden Republik Indonesia Sukarno, telah mengkhianati bangsa , Undang-Undang Dasar RI, falsafah negara Pancasila. Suharto dengan sewenang-wenang telah mengenakan tahanan rumah terhadap Presiden RI, sampai beliau meninggal dunia. Bagaimana pula Megawati Sukarnoputri sampai menderetkan nama Suharto dengan SKTrimurti dll. yang benar-benar adalah pejuang-pejuang dan pahlawan kemerdekaan .
* * *
Untuk tambah pengenalan pembaca mengenai siapa JUSUF RONODIPURO, ada baiknya dipublikasikan lagi tulisan brikut ini mengenai KEPAHLAWANAN PEJUANG KEMERDEKAAN --- JUSUF RONODIPURO, sbb:
IBRAHIM ISA dari BIJLMER
Juma't, 18 Agustus 2006
----------------------------------------
KEPAHLAWANAN PEJUANG KEMERDEKAAN
Lahirnya satu bangsa baru, suatu nasion baru Indonesia, adalah hasil perjuangan dari seluruh bangsa, dari Sabang sampai ke Merauké. Sementara peranan dalam proses ini lebih dikenal dan dinilai lebih penting dari lainnya. Seperti peranan para pendahulu, tokoh-tokoh pemimpin bangsa ini dalam perjuangan pembangunan-bangsa dan perjuangan melawan kolonialisme dan imperialisme.
Seperti (untuk menyebut berapa nama saja) diantaranya : Dr. Soetomo, H.O.S, Tjokoroaminoto, Alimin, Tan Malaka, Husni Thamrin, Sukarno, Hatta, Syahrir, Amir Syarifuddin, K. Dewantoro, Leimena, Ratulangi, Tan Ling Djie, Siauw Giok Tjhan, Subadio Sastrosatomo, Yap Thiam Hien, dan banyak lainnya. Tak terhitung pula jumlah pahlawan yang tak dikenal namanya, yang berjuang, menderita dan gugur demi kemerdekaan bangsa dan tanah air.
Kiranya sudah tiba waktunya, kita mendirikan sebuah monumen nasional pejuang-pejuang kemerdekaan bangsa dan negeri, dimana ditatah nama-nama beliau-beliau yang telah memberikan jiwa dan raganya pada cita-cita mulya kemerdekaan bangsa dan nasion dan demi keadilan sosial bagi rakyat. Lebih penting lagi kiranya untuk tidak melupakan para PAHLAWAN YANG TAK DIKENAL. Tetapi yang sumbangan dan jasanya tidak kurang dari para tokoh dan founding fathers bangsa ini.
* * * *
Yang ingin aku kemukakan kali ini ialah: Tindakan kepahlawanan dari JUSUF RONODIPURO, dan kawan-kawannya dari kantor pemancar radio pendudukan militer Jepang di Jakarta. Berkat tekad dan keberanian revolusioner beliau dan kawan-kawannya maka PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA dapat disiarkan ke seluruh Indonesia dan dunia.
Betapa besar arti tindakan Jusuf Ronodipurro dan kawannya Bahtar tak ternilaikan, ketika mereka menerobos isolasi ketat Kenpeitai Jepang, menyelinap ke kamar siaran luarnegeri yang digunakan Jepang untuk siaran ke Indonesia dan ke luarnegeri. Kemudian di situ membacakan teks dari secarik kertas: PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA. Sesudah membacakan dan menyiarkan teks Proklamai tsb, mereka digerebeg Kenpeitei. Digebuki, ditendangi lars Kenpeitan, dan .... nyaris saja leher mereka ditebas samurai Kenpeitai Jepang. Syukur Alhamdulillah , rupanya masih ada yang melindungi dua orang pejuang itu.
Juga adalah berkat tindakan berani Jusuf Ronodipuro dan kawan-kawannya, melaksanakan saran teramat penting dari dr. Abdurrahman Saleh yang sering disebut Pak Karbol, tentang PERLUNYA REPUBLIK INDONESIA punya pemancar Radio sendiri. Maka, Jusuf Ronodiputro bersama kawan-kawan seperjuangannya membangun pemancar pertama Radio Republik Indonesia. Pemancar pertama Radio Republik Indonesia tsb tersembunyi di belakang "kamar mayat" di RSUP ketika itu (sekarang namanya RSCM).
Dalam rangka peristiwa bersejarah tsb diatas itulah, ku-ingin memboyong pembaca untuk membaca satu tulisan penting: Wawancara dalam KCM Kompas Cyber Media, 18 Agustus 2006. Yang diwawancarai adalah Jusuf Ronodipuro mantan direktur Radio Republik Indonesia (RRI), Jakarta. Sekarang ini umur beliau kira-kira sekitar 80-an. Wartawan KCM yang menulisnya bernama --- LUSIA KUS ANNA.
* * *
No comments:
Post a Comment