Senin, 22 Desember 2008
'DIASPORA' Indonesia Di Eerste Weteringsplantsoen
== Bagian 1 ==
Hari itu, Sabtu, 20 Desember 2008 -- dari pagi sampai sore, --- adalah salah satu hari yang paling cerah dan menyemangati dalam hidupku. Coba bayangkan pada umur selanjut ini (78), masih ada peluang dapat kesempatan bisa bertemu, mendengar curahan hati, menghirup inspirasi dari cakap-cakap antusias dengan mahasiswa-mahasiswa dari generasi muda Indonesia yang sedang mengikuti studi di Belanda. Mereka itu dari PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) dan pemuda-pemuda Indonesia yang lahir/dibesarkan di Belanda, yang hati sanubarinya penuh dengan hasrat mengabdi pada TANAH AIR dan BANGSA!
Bukankah terselenggaranya pertemuan dan tukar fikiran serupa itu, sesuatu yang indah dan penuh arti? Sesuatu yang patut dinyatakan: BRAVO!, Bravo!, Bravo! Maju terus pantang mundur. Rawe-rawe rantas malang malang putung, seperti yang sering diserukan oleh BAPAK NASION INDONESIA BUNG KARNO!
Aku sungguh berterima kasih atas kesempatan demikian itu! Kesempatan yang diberikan oleh pemuda-pemuda/mahasiswa Indonesia yang sedang studi di Belanda dan kelompok pemuda-pemuda mahasiwa Indonesia yang berdomisili di Belanda. Terinspirasi oleh cita-cita yang dibawa dari tanah air, oleh semangat para pendahulu, mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang studi di Belanda pada zaman kolonial dan tergabung dalam PI , Perhimpunan Indonesia, oleh didikan para orang-tua, oom-oom dan tante-tante mereka yang bermukim di luarnegeri, --- dalam suatu kegiatan menindak lanjuti pertemuan HARI PERINGATAN SUMPAH PEMUDA di Diemen, Belanda, Oktober yang lalu, lahir dan menjadi kenyataanlah DISKUSI PANEL DIASPORA Indonesia di Negeri Belana, pada hari Sabtu pagi itu.
SUATU PRESTASI! Suatu SUKSES penting!
Kunilai demikian, dan itu tidak berkelebihan. Karena diskusi panel yang disiapkan dalam waktu pendek sekali, telah berhasil mempertemukan 117 partisipan termasuk undangan tamu-tamu asing, seperti Gerry van Klinken (KITLV), Joop Morrien (wartawan senior Belanda, salah seorang pemrakarsa dan aktivis Komiet Indonesia yang diketahai oleh Prof. Dr Wertheim); Drs Emille Schwidlr – Kepala Bgian Asia IISG Amsterdam; pendeta dan aktivis Amnesty Interntional Nederland, Peter Lelyveld; seorang siswa Jerman jurusan Indonesia yang diajak oleh Yanti Damayanti, dosen Universitas Bonn; serta para mahasiwa lainnya yang belum pernah hadir dalam pertemuan serupa itu..
Pecakapan dan tukar fikiran bersahabat dan bersemangat berfokus pada masalah K I T A yang sedang berada diluar tanah air, kaitannya dan kepeduliannya dengan TANAH AIR Indonesia. Apa yang bisa disumbangkan untuk Indonesia! Di saat ketika tanah dan bangsa sedang ada dalam periode sarat dengan gejolak, penuh kekhawatiran tetapi juga penuh harapan. Harapan akan haridepan Indonesia yang maju, modern, aman, adil dan makmur!
Mereka-mereka itulah yang berkumpul di situ, yang hati dan fikirannya berkecamuk kepedulian dan keprihatian terhadap nasib bangsa dan negeri.
Seperti yang disampaikan oleh Panitia Diskusi Panel, latar belakang diselenggarakannya pertemuan 20 Desember di Eerse Weteringplantsoen No. 2C (Gedung HTIB), Amsterdam, adalah sbb (kutip):
KERANGKA ACUAN
Latar belakang
Jumlah pemuda masyarakat Indonesia di Belanda dapat dikatakan cukup besar. Mahasiswa Indonesia yang sedang melakukan berbagai macam studi sudah ada sekitar 6000 orang.
Sedangkan di samping itu ada lagi generasi muda yang cukup banyak jumlahnya. Sebagian dari mereka ikut dengan orang tua yang terhalang pulang akibat situasi politik di Indonesia
sejak 1965 dimana pelurusan sejarah peristiwa ini masih juga belum tuntas.
Selain itu ada juga kelompok generasi muda yang ikut dengan orang tua mereka bertugas di Belanda atau yang tidak berhubungan langsung dengan peristiwa politik. Akibat dari
peristiwa ’65 dan pelurusan sejarahnya yang masih belum dituntaskan, terjadi suatu jurang komunikasi informatif antara kedua kelompok tersebut. Menyadari hal ini, timbul
usaha untuk menjembatani jurang tersebut.
Cetusan awal terjadi di pertemuan Diemen, 2 November 2008 dalam rangka perayaan ulang tahun ‘Hari Sumpah Pemuda’ yang ke-80 dimana untuk pertama kali generasi tua bekerja sama dengan yang muda, termasuk PPI (Perhimpunan Pelajar Indonesia) di Belanda, dalam mendorong terbentuknya sesuatu yang konkrit. Kedua belah pihak dari generasi muda membentuk suatu kelompok kerja yang diberikan nama ‘Jaringan Indonesia’.
Terbentuknya ‘Jaringan Indonesia’ ini diharapkan mampu menampung berbagai ragam buah pikiran generasi muda dari kedua pihak melalui proses pematangan demi kepentingan kemajuan Indonesia.
Sebagai langkah awal, kelompok kerja ini merencanakan sebuah diskusi panel untuk menapaki langkah dan mengkomunikasikan berbagai diaspora ini untuk membicarakan peluang-peluang yang bisa didayagunakan untuk kemajuan Indonesia.
Demikian antara lain penjelasan dari Panitia, mengenai latar belakang serta maksud dan tujuan pertemuan Sabtu itu.
* * *
Sungguh tidak berkelebihan bila kukatakan bahwa pertemuan tsb dengan memaklumi kekurangan yang terdapat di sana sini, adalah suatu temu-muka dan temu-fikiran yang banyak manfaat dan gunanya. Maka Panitia menyadari bahwa yang diperlukan selanjutnya ialah folow-up-nya! Yang harus dilakukan dengan mantap, konsisten dan berencana!
* * *
Meski suhu lumayan dingin, di suatu pagi weekend ketika tiupan angin dingin menelusup melalui sela-sela leher yang tak tertutup syaal dan celah-celah lengan-lengan mantel; itu semua tak kupedulikan lagi karena rasa gembira dan entusiasme menghangati sekujur tubuhku.
(Bersambung)
No comments:
Post a Comment