IBRAHIM ISA
------------------------
Kemis, 06 September 2007
IN MEMORIAM - - - SUDJINAH, PEJUANG TANGGUH
Sore ini, baru saja kuterima BERITA DUKA, yang dikirimkan oleh sahabatku Trikoyo Ramidjo dari Jakarta. Menurut berita e-mail dari Trikoyo: IBU SUDJINAH, akitivis yang dulu sering menulis di Harian Rakyat dengan nama S. Djin telah tutup usia tadi sore jam tiga (Kemis, 06 September 2007 jam 15.00 WIB. Rencananya dikebumikan besok hari Jum'at tanggal 07 September 2007. Demikian Trikoyo.
Lanjut Trikoyo: Semoga saja kita semua ini seperti rumpun bambu, -- walau batang-batrang bambu ditebang dan mati, rebung-rebung akan tumbuh terus dan menjadi bambu-bambu yang lurus, tegar, kuat bagaikan bambu betung dan tak akan membusuk walau terendam air sekalipun.
Selamat jalan Zus Djinah, istirahatlah dengan tenang. Biar tugas selanjutnya diteruskan yang lain, yang masih sanggup meneruskan dengan tulus ikhlas berjuang untuk Rakyat dan tanah air tercinta.
Ikhlaskan tak ada pengorbanan yang sia-sia. Demikian e-mail Trikoyo yang kuterima.
* * *
Bersama segenap keluarga dan kawan-kawannya kita turut berdukacita dengan kepergian Sudjinah yang kukenal baik. Dua tahun yang lalu, ketika berkunjung ke Jakarta, kami, suami-istri menyempatkan diri untuk menemuinya dan bercakap-cakap . Sudjinah kukenal baik, khususnya dalam kegiatan dan aksi-aksi di Jakarta, mendukung kebijaksanaan Presiden Sukarno pada tahun-tahun 1957-1960, a.l. dalam aksi-aksi ambil alih perusahaan asing dan aksi pembebasan Irian Barat.
Sudjinah adalah seorang pejuang seumur hidupnya.
Bukan saja pejuang kemerdekaan bangsa, tetapi juga sebagai pejuang demi hak-hak wanita dan demokrasi yang berani dan tangguh. Ia dilahirkan di Solo tahun 1928. Pada periode perang kemerdekaan melawan kaum kolonialis Belanda, Sudjinah ambil bagian aktif dalam Tentara Pelajar dan Pemuda Putri Indonesia. Ia aktif ikut bertempur melawan musuh-musuh Republik Indonesia di dekat Salatiga, Tengaran dan Mrangen (1945-1950.). Ketika itu Sudjinah bertindak sebagai kurir Batalyon Bramasta di bagian Selatan Sungai Solo (1949).
Sebagai anggota GERWANI, sebuah organisasi wanita Indonesia yang terbesar ketika itu, Sudjinah sering mewakili Gerwani di pelbagai konferensi internasional. Kembali di Indonesia Sudjinah melakukan kegiatan sebagai wartawan dan penterjemah untuk GERWANI.
Sesudah terjadi peristiwa G30S, tanpa peroses peradilan apapun, Sudjinah ditangkap aparat militer dan dijebloskan di penjara Bukitduri. Berkali-kali Sudjinah mengalami siksaan aparat. Tanpa pembuktian apapun ia dijatuhi hukuman penjara18 tahun.
Sudjinah bebas dari penjara Tanggerang pada tahun 1983. Selanjutnya ia melakukan pekerjaan sebagai interpreter dan guru bahasa Inggris. Sudjinah telah menulis dua buku penting mengenai pengalamannya selama dipenjarakan oleh rezim Orba. (Sumber: Biografi IISG).
Mengharapkan segenap anggota keluarga, sanak saudara yang ditinggalkan oleh Sudjinah, tabah menghadapi musibah ini.
INNA LILLAHI WA INNA LILLAHI RAJI 'UN.
Semoga arwahnya diterima Tuhan YME.
* * *
Thursday, September 6, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment