------------------------------------------------
06 November, 2005.
*PROF. DR W.F. WERTHEIM, SAHABAT SEJATI INDONESIA -- (2)*
Tulisan di bawah ini adalah dalam rangka mengingatkan kembali siapa
tokoh ilmuwan Belanda Prof. Dr. W.F. Wertheim, yang namanya sangat erat
terkait dengan perjuangan bangsa kita untuk EMANSIPASI.
Untuk memperingati ultah ke-80 Prof. De. Wertheim, terutama sebagai
penghargaan atas sumbangan beliau pada ilmu pengetahuan dan perjuangan
rakyat Indonesia untuk kemerdekaan, --- telah didirikan sebuah yayasan
di negeri Belanda, pada tanggal 4 Maret 1998, bernama Stichting
Wertheim, atau dalam bahasa Inggrisnya, WERTHEIM FOUNDATION. Wertheim
Foundation adalah sebuah yayasan humanitair swasta, yang tak berpihak
dan secara politik tidak terikat. Dalam hubungan ini Wertheim Foundation
memberikan Wertheim Award kepada orang-orang Indonesia yang dengan
karyanya memajukan perjuangan emansipasi bangsa Indonesia, sesuai dengan
anggaran rumahtangga yayasan. Sehubungan dengan ini Wertheim Foundation
pernah memberikan WERTHEIM AWARD kepada novelis Paramudya Ananta Toer
(1995), penyair-penyair Rendra dan Wiji Thukul (1991).
Tahun ini, 2005, persisnya pada tanggal 16 Desember, Wertheim Foundation
akan menyampaikan pengharagaan berupa *WERTHEIM AWARD 2005, *kepada dua
orang tokoh Indonesia, --- Goenawan Mohamad dan Joesoef Isak, bertempat
di Kedutaan Besar Republik Indonesia, Den Haag. Sebagai penghargaan atas
kegiatan dan perjuangan mereka untuk kebebasan pers dan emansipansi
bangsa Indonesia pada umumnya.
Bahwa Prof. Dr. W.F. Wertheim, adalah pencinta dan sahabat sejati rakyat
Indonesia, telah diperkuat baru-baru ini a.l. oleh dua tulisan yang bisa
dibaca di ruangan media-inernet ini, yaitu dari peneliti Indonesia,
*SALIM SAID,* dan *KOHAR IBRAHIM*, sahabat baik penulis, penyair dan
pelukis Indonesia yang dewasa ini tinggal di Belgia.
Ruangan ini akan memuat lengkap tanggapan SALIM SAID dan KOHAR IBRAHIM
tsb, pada hari-hari mendatang ini.
Di bawah ini "dicuplik" sedikit tangapan *KOHAR IBRAHIM* sbb:
"Dalam kaitan itu saya jadi teringat pada salah seorang Belanda yang
saya apresiasi banget. Yakni Pak Wim F. Wertheim. Kalau saja beliau
masih hidup, pastilah beliaupun akan mengapresiasinya. Seperti bagaimana
sambutan atau apresiasi sekalian dukungannya ketika kami mengelola
penerbitan yang bersifat sederhana dan yang tergolong pers alternatip
periode 1989-1999. Seperti, antara lain, majalah-majalah Kreasi dan Arena.
"Tapi yang membikin saya tergugah untuk menulis artikel ini memang
justeru temponya pun cukup signifikan. Yakni juga di minggu pertama
bulan Nopember, Pak Wertheim wafat. Tahun 1998. Tepat sesaat sebelum
Majalah Kreasi N° 40 dicetak, yang justeru menurunkan naskah dalam
rangka hari ultahnya. Dengan kulit muka memuat foto beliau.
"Dalam rangka mengenang beliau, kiranya ada manfaatnya juga saya muat
ulang tulisan tersebut yang berjudul:
"Wim F. Wertheim,
Sahabat dan Pembela Rakyat Indonesia.
Demikian a.l. tulis Kohar Ibrahim tentang Pak Wertheim.
* * *
*SALIM SAID*, yang dikenal sebagai cendekiawan Indonesia yang menggeluti
perkembangan TNI dan peranannya, menulis tentang Prof. Dr WERTHEIM, a.l.
sbb:
"Tidak bisa diragukan lagi, Wertheim adalah seorang ahli sosiologi yang
terbesar sumbangannya dalam studi Indonesia.Bukunya INDONESIAN SOCIETY
IN TRANSITION adalah buku wajib bagi siapa saja yang ingin mengerti
masyarakat Indonesia yang bergerak dari masyarakat tradisional menjadi
masyarakat moderen.Buku itu adalah sebuah sejarah sosial masyarakat
Indonesia yang paling penting hingga saat ini. Wertheim adalah satu dari
beberapa ahli Indonesia yang sumbangannya sangat menentukan dalam studi
Indonesia, di samping Clipport Geertz, Herbert Feith, dan Ben Anderson.
"Sebagai pegawai kolonial Belanda yang berada di Indonesia selama bagian
terakhir penjajahan Belanda, masa pendudukan Jepang serta masa revolusi,
sulit bagi Wertheim untuk tidak terlibat secara emosional dalam sejarah
Indonesia. Dalam perjalanan persentuhan intensifnya dengan negeri
jajahan Belanda tersebut, sebagai intelektual Wertheim menjatuhkan
pilihan memihak kepada perjuangan Indonesia. Lalu itu ditafsirkan oleh
sejumlah orang Indonesia sebagai bukti bahwa Wertheim cinta Indonesia.
Saya tidak tahu apakah Wertheim secara pribadi pernah mengucapkan bahwa
beliau mencintai Indonesia. Tapi tafsiran adalah tafsiran, dan tafsiran
tidak harus sama dengan maksud penulis text. Mungkin saja yang dicintai
Wertheim bukan Indonesia sebagai political entyty dan sebagai kumpulan
manusia terjajah yang mau merdeka, tapi cita-cita Wertheim sendiri
mengenai emansipasi yang memang di matanya dilakukan Indonesia dalam
suatu kurun waktu tertentu. Demikian a.l. Salim Said menegnai Wertheim.
Baiklah kita teruskan mengikuti tulisan *PROF DR HARSJA W BACHTIAR,
mantan siswa Prof. Dr. Wertheim, yang bagian pertamanya telah dimuat
terlebih dahulu, sbb:*
*WILLEM FREDERIK WERTHEIM: SEORANG PENGKAJI BELANDA TENTANG MASYARAKAT*
*INDONESIA*, *Bagian 2.*
*Oleh: Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar,*
(Universitas Indonesia)
"Bahkan dalam laporan akhir yang dihasilkan oleh komisi Visman,
tertanggal 9 Desember 1941, kekuatan gerakan kebangsaan Indonesia tidak
ditampilkan, ditutup-tutupi. Laporan ini juga ditanda tangani oleh
Wertheim dan para anggota Indonesia komisi tersebut. Dalam bulan Oktober
1941 Wertheim diangkat sebagai Ketua (/Voorzitier/) Fakultas Pengetahuan
Hukum menggantikan Prof. Dr. G.H. Van der Kolff. Pada waktu itu nama
jabatan "Dekan" tidak digunakan di Sekolah Tinggi Pengetahuan Hukum.
Jabatan yang amat terhormat ini, antara lain, memberi hak kepada
Wertheim untuk menggunakan nomor mobil yang rendah angkanya, B-21,tanda
bahwa pengendaranya adalah orang yang amat penting dalam hirarki
kekuasaan pemerintah jajahan Hindia Belanda.
*Masa Pendudukan Jepang, 1942-1945. *Ketika angkatin bersenjata Jepang
menyerbu kepulauan Indonesia dan dalam waktu singkat berhasil
menaklukkan angkatan bersenjata Hindia Belanda, sekalian orang Belanda,
termasuk Wertheim, ditangkap olch tentara Jepang, Maret 1942. Wertheim
sendiri ditahan diberbagai kamp konsentrasi Jeping selama masa
pendudukan Jepang, sedangkan isteri dan anak-anaknya berturut-turut
ditempatkan di 3 kamp konsentrasi di atau sekitar Jakarta. Kemenangan
gemilang angkatan bersenjata Jepang atas angkatan bersenjata Belanda
dalam waktu singkat melenyapkan anggapan bahwa golongan kulit putih pada
hakekatnya lebih tinggi martabatnya daripada bangsa -bangsa kulit berwarna.
Di dalam kamp konsentrasi Wertheim memperoleh banyak kesempatan untuk
bertukar pikiran dalam kelompok-kelompok studi yang diadakan oleh kaum
terpelajar Belanda. Salah seorang sesama tahanan yang banyak
mempengaruhi pemikirannya ialah Prof. Jaap de Haas^ (9) , mantan
Gurubesar di Sekolah Tinggi Kedokteran yang menganut paham Sosialisme
yang radikal. Di kamp konsentrasi ia juga belajar bahasa Indonesia
dengan Dr. Fokker, ahli bahasa Indonesia, sebagai gurunya.
Dalam masa pendudukan Jepang Wertheim pernah ditangkap oleh Kenpetai,
polisi rahasia Jepang yang sangat ditakuti, dan dibawa ke Purwokerto
dimana ia dipenjarakan selama 3 bulan. Terakhir ia ditempatkan di kamp
konsentrasi di Cimahi dimana ia meringkuk sampai, sesudah Jepang
menyerah kepada Sekutu dan kernerdekaan Republik Indonesia
diproklamasikan, ia dibebaskan pada tanggal 31 Agustus 1945 dan dapat
bergabung kembali dengan keluarganya di Batavia, kota yang pada waktu
itu bagi kebanyakan orang sudah dinamakan Jakarta.
*Masa Revolusi Indonesia, 1945-1950. *Dalam
kekacauanyangbiasaterjadipada masa peralihankekuasaan pemerintah,
seperti pada akhir Perang Dunia 11, Wertheim ikut mendirikan /Roode
Kruis/ (Palang Merah) Belanda di Batavia, September 1945, untuk membantu
korban-korban perang, terutama para bekas tahanan Jepang.
Dalam pada itu, para gurubesar Belanda yang berhasil bertahan selama
perang berlangsung dan sesudah Jepang menyerah keluar dari kamp-kamp
konsentrasi Jepang berkeinginan untuk selekas mungkin bekerja kembali
mclaksanakan tugas sebagai pengajar diperguruan tinggi. Dengan bantuan
Pemerintah Hindia Belanda, yang berusaha menegakkan kekuasaannya kembali
di bekas tanah jajahannya, pada tanggal 21 Januari 1946 diresmikan
pembentukan perguruan tinggi yang dinamakan /Nood Universiteit/
(Universitas Darurat) ^(10) , diJalan Raden Saleh, Jakarta, di Gedung
yang sekarang merupakan gedung induk Rumah Sakit "Tjikini". Wertheim
menjadi Gurubesar kembali di F/akulteit derrechisgeleerdheid en van
Sociale Wetenschappen/ (Fakultas Pengetahuan Hukum dan Ilmu Sosial) dari
universitas ini yang setahun (11) kemudian diganti namanya menjadi
/Universiteit Van Indonesie/ dan sekarang dikenal sebebagai Universitas
Indonesia. Dalam tahun kuliah pertama yang diselenggarakan oleh "/Nood
Universiteit"/ tersebut bekerja 27 gurubesar biasa dengan hanya 221
mahasiswa, kebanyakan keturunan Belanda dan Cina.
Pengalaman dan pengamatan Wertheim berkenaan dengan perkembangan amat
cepat yang terjadi di Indonesia segera setelah Perang Dunia II berakhir,
terlebih lagi kegiatan-kegiatan bangsa Indonesia yang berusaha
mendirikan suatu negara republik yang bebas dari kekuasaan asing,
mendorong Wertheim, yang mengalami perubahan pemikiran dalam masa
terkurung di kamp konsentrasi tentara Jepang berkenaan dengan perjuangan
bangsa Indonesia, menulis suatu nota, tertanggal 21 November 1945,
kepada Prof. Mr. Baron F.M. van Asbeck^(12) , Gurubesar Hukum di
Universitas Leiden ying sebelum Perang Dunia II bekerja sebagai sejawat
di Sekolah Tinggi Hukum di Batavia.
Dalam nota ini Wertheim berusaha menggambarkan keadaan masyarakat
Indonesia pada akhir tahun 1945 itu sebagai suatu masyarakat dimana
rakyat golongan rendahan, meskipun terselubung oleh keramahan dan
kesediaan menanggung penderitaan, merasa tidak puas akan
perbedaan-perbedaan sosial yang besar sehingga mudah menjadi peserta
gerakan-gerakan perlawanan yang dengan sendirinya dapat diarahkan
terhadap orang asing dan pemerintah; dimana penduduk yang, sebagai
akibat kekalahan Belanda dan pendudukan Jepang, pada umumnya beranggapan
bahwa masa kekuasaan pemerintah Belanda dan kekuasaan penjajahan Belanda
telah berakhir; dimana ketaatan golongan priyayi pada kekuasaan Belanda,
terutama para bupati, wedana dan pejabat tinggi, ternyata hanya
merupakan oportunisme saja karena pada waktu pengusaha Jepang memberikan
kedudukan tinggi yang paling sedikit sederajat dengan yang mereka
tempati dalam masa jajahan Hindia Belanda, mereka bersedia bekerja sama
dengan penguasa Jepang, dan oleh sebab itu pasti bersedia juga bekerja
untuk pemerintah yang baru; dimana Pemerintah Republik didukung oleh
gerakan kebangsaan yang sehat; dimana kaum cendekiawan yang dipimpin
oleh Sjahrir dan Sjarifoedin mengusahakan menanggapi revolusi nasional
sebagai suatu revolusi sosial, yang akan meruntuhkan kekuasaan feodal,
bersifat revolusioner tapi tidak bersikap anti-Barat; dan seterusnya.
Dalam bulan November itujuga Wertheim bersama beberapa cendekiawan
Belanda yang bersimpati pada perjuangan bangsa Indonesia, yaitu Beb
Vuyk, Prof. W.P.C. van Hattum, dan J. de Kadt, mengeluarkan suatu
pernyataan yang mengemukakan pemikiran mereka berkenaan dengan
peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi di Indonesia pada waktu itu.
*Gurubesar Di Universitas Amsterdam, 1946-1972 .*Dalam butan Februari
1946, atas naschat dokter, Wertheim dan keluarganya kembali ke Belanda
dimana Wertheim diangkat menjadi Gurubesar Sosiologi Indonesia di
Faculteit der Politieke en Sociale Wetenschappen (Fakultas llmu Politik
dan Sosial) yang didirikan sebagai faku]tas baru darigemeentelijkc
Universiteit van Amsterdam (Universitas Kotapraja Amsterdam). Pidato
pengukuhannya sebagai Gurubesar Sosiologi Indonesia memusatkan perhatian
pada masalah golongan peranakan Belanda, Belanda-Indo, di Indonesia.
Wertheim berusaha lagi mempengaruhi Pemerintah Belanda secara langsung
berkenaan dengan kebijaksanaan terhadap Indonesia dengan menulis suatu
Nota, tertanggal 6 Mei 1946, yang diarahkan kepada Prof.Dr. J.H.A.
Logemann, Menteri Daerah Seberang Lautan, Kerajaan Belanda^ (13) , yang
juga pernah bwkerja sebagai sesama Gurubcsar di Sekolah Tinggi Hukum di
Batavia. Dalam nota tersebut ia membantah anggapan komisi Parlemen
Beiinda yang berkunjung ke Indonesia untuk mciihat keadaan di tempat
bahwa rakyat Indonesia bersimpati pada orang-orang Belanda. Wertheim
mengemukakan lagi bahwa para orang terpelajar Indonesia dan rakyat
Indonesia pada umumnya mendukung Republik Indonesia kecuali sejumlah
oknum yang mendekati orang-orang Belanda, seperti para bekas pembantu
rumahtangga keluarga Belanda, atas dasar pertimbangan ekonomi.
Diantara mahasiswa Indonesia yang mengikuti kuliah dan kuliah kerja
beliau di Fakultas Ilmu Politik dan Sosial, Universitas Amsterdam
terdapat Sdr. M.P. Sediono Tjondronegoro (kini: Prof.Dr. M.P. Sediono
Tjondronegoro, Gurubesar Sosiologi Pedcsaan di Institut Pertanian
Bogor), Sdr. S.B. Martokoesoemo (kini: Drs. Soeksmono Besar
Martokoesoemo, mantan Direktur Bank Indonesia dan Direktur Asian
Development Bank di Manila), Sdr. Basuki Gunawan (kini: Dr. Basuki
Gunawan, ahli sosiologi yang menetap sebagai pencliti free-lance di
Nederland), dan penulis sendiri. Wertheim bekerja sebagai Gurubesar,
terakhir scbagai Gurubesar "Sociologic der Niet-Westerse Volken"
(Sosiologi Bangsa-bangsa Bukan-Barat), di Universitas Amsterdam sampai
tahun 1972 (^14 ), ketika beliau, pada umur 65 tabun, memasuki masa
pensiun. *** (Bersambung).
Sun Nov 6, 2005 8:10 pm
Show Message Info
#99526 of 120002
Msg List
View Source
Use Fixed Width Font
Unwrap Lines
"I. Bramijn"
ibrahim_isa1
Offline Offline
Send Email Send Email
Invite to Yahoo! 360° Invite to Yahoo! 360°
Forward | Delete < Prev Message | Next Message >
Expand Messages Author Sort by Date
IBRAHIM ISA dari BIJLMER -- PROF. DR W.F. WERTHEIM, SAHABAT SEJATI I
*IBRAHIM ISA dari BIJLMER* ... 06 November, 2005. *PROF. DR W.F. WERTHEIM, SAHABAT SEJATI INDONESIA -- (2)* Tulisan di bawah ini adalah dalam rangka... I. Bramijn
ibrahim_isa1
Offline Send Email Invite to Yahoo! 360° Nov 6, 2005
8:11 pm
< Prev Topic | Next Topic >
Message #
Search:
Advanced
Start Topic
SPONSOR RESULTS
Hyatt Hotels - Official Site
www.hyatt.com - Book Hyatt now for our best rates on the Internet guaranteed.
Hotels For Less
www.Hotwire.com - 4-star hotels at 2-star prices with low Hotwire Hot Rates.
Budget Birthday Parties
www.Family.com - Make $100 feel like a million: Party ideas for your kids big bash.
Copyright © 2007 Yahoo! Inc. All rights reserved.
Privacy Policy - Copyright/IP Policy - Terms of Service - Guidelines - Help
1 comment:
Dengan hormat,
Terima kasih untuk pekerjaan Anda bersama dengan Wertheim Foundation. Sejak mahasiswa di Salatiga pada 1980an, saya sudah membaca beberapa paper Wertheim dan ingat cendekiawan ini lagi ketika memperingati ulang tahun Wiji Thukul bulan lalu.
Post a Comment