-----------------------------
Kemis, 17 Januari 2008
INTERMEZO (8)
Semakin berlarut-larut keadaan krisisnya mantan Presiden Suharto, krisis . . . membaik . . . krisis lagi . . . . membaik lagi . . . krisis lagi dst, memang membikin orang menjadi tegang, teristimewa kaum elite penguasa lama dan baru yang erat terkait dan terlibat dengan kebijakan Orba dan tindak-tanduk pribadi mantan Presiden RI yang ke-2 itu.
Keadaan Suharto yang pernah dikatakan oleh salah seorang dokternya hanya 50% saja beliau masih bia hidup terus, oleh sebuah komentar diartikan sebagai usaha pontang-panting golongan pembela Suharto sebagai suatu kampanye untuk 'memutihkan' Suharto yang dalam karir politiknya sebagai pemimpin negara dan rezim Orba telah melakukan pelanggaran HAM terbesar dan menegakkan kultur KKN yang telah membudaya dalam masyarakat kita.
Dianalisis lebih dalam lagi, hal itu adalah untuk membela kepentingan (politik dan bisnis) mereka sendiri terutama sesudah meninggalnya Suharto nanti. Sebab, siapa tidak tau bahwa pengaruh dan kekuasaan (langsung atau tak langsung) Suharto dan Orbanya, terhadap kehidupan politik dan ekonomi negeri ini, masih amat kuat. Jangan jauh-jauh, perhatikan siapa saja yang datang menjenguk Suharto krisis. Mulai dari Jendral Wiranto yang telah berjanji akan melindungi keluarga Cendana menjelang 'lengsernya' Suharto (Mei 1998), Presiden, Wapres, mantan Presiden, mantan Wapres, menteri-menteri, pejabat-pejabat, pegusaha sampai ke kiayi-kiayi dari pelbagai pelosok. Mulai dari elite dalamnegeri sampai ke elite luarnegeri. Semua itu bukan sesuatu yang spontan.
Sehigga terdengar celetukan, makin lama mantan Presiden Suharto krisis, makin ramai kampanye untuk 'memutihkan Suharto'. Bila berhasil akan 'putihlah' segala dosa kroni-kroninya yang hingga sekarang menikmati kehidupan mewah dan aman, bebas dari tuntutan hukum dan keadilan.
* * *
Membaca tulisan yang menanggapi tuntutan-tuntutan kekuatan Orba untuk 'mengampuni Suharto', -- oleh Ajip Rosidi, penulis asal Sunda yang terkenal, mantan dosen pada sebuah universitas di Tokyo, dan satu lagi, tulisan budayawan Christianto Wibisono, budayawan yang sekarang bermukim di Amerika, ada keinginanku untuk sedikit menanggapinya. Tetapi itu akan kulakukan kemudian.
Yang ingin kuajak pembaca membacanya, adalah tulisan seorang eks Digulis, eks tapol P. Buru, anggota PKI (Perintis Kemerdekaan Indonesia), yang menganjurkan mantan Presiden Suharto supaya BERTOBAT pada Allah SWT, mumpung hayat masih dikandung badan, mumpung masih belum dipanggil untuk menghadap-NYA.
Inilah dia tulisan TRI RAMJIDJO, berjudul:
Mintalah Maaf Kepada Seluruh Rakyat Indonesia
<>
Assalamu'alaikum ww.,
Sudah 14 hari ini Allah mencoba orang nomor satu orde baru itu tergeletak di rumah sakit tak berdaya.
Coba ingat baik-baik pak......... berapa lama dan berapa banyak bapak menyiksa orang2 yang tidak berdosa?.
Aku masih ingat bagaimana pak Ruslan di Unit 14 Bantalareja Pulau Buru tergeletak kelelahan, mencangkul sehari penuh sampai jam 11 malam diterangi dengan lampu petromax. Pak Ruslan yang sudah 60 tahun
Itu yang namanya peri kemanusiaan yang adil dan beradab menurut versi bapak, 'kan bapak pembangunan? Saya dengan tulus ikhlas tiap malam masih mendoa'kan bapak supaya sembuh atau Allah supaya memberikan yang terbaik untuk bapak.
Saya sangat yakin dan percaya kepada Allah dan saya selalu membaca surat Albaqaroh ayat 168 dan surat yasin terutama saya camkan betul surat yasin ayat 83. Nah, anjurkan keluarga bapak untuk minta ampun yag tulus kehadirat Allah. Baca itu surat Albaqaroh ayat 168 baik-baik.
Kembalikan harta2 yang tidak halal itu kepada pemiliknya yaitu pemerintah dan rakyat. Rehabilitasi semua orang yang pernah bapak susahkan dan kembalikan serta pulihkan hak-haknya.
Saya tidak minta supaya nyawa-nyawa mereka yang sudah bapak cabut supaa dikembalikan hidup lagi, sebab itu tidak mungkin. Tapi santuni keluarganya, anak2nya yang jadi yatim piatu.
Juga saya tidak minta supaya impoten dan strole saya disembuhkan, sebab hanya Allah yang bisa menyembuhkan dan kita cuma bisa berusaha. Nah, bapak pembangunan yth,, sadarlah, INDAR kata letnan Marzuki penyiksa tapol di RTC Salemba. INDAR, insyaf dan sadar, kini bapak sendiri yang harus INDAR.
Bau udara busuk dosa-dosa bapak ikut memenuhi ruangan saya yang sempit ini sehingga dalam mendo'akan bapak dan memaca surat Yasin untuk bapak supaya mendapatkan yang terbaik dari Allah,terasa sangat terganggu.
Bertaubatlah pak, bertaubat. Dan tidak cukup bertaubat kepada Allah tok, tapi juga bertaubat kepada rakyat.
Katakan kepada rakyat "aku Suhartolah yang bikin rakyat sengsara dan aku Suhartolah yang melakukan kup terhadap pemerintah syah bung Karno."
Kalau bapak mengatakan ini kepada seluruh rakyat, rakyat secara tulus ikhlas memaafkan bapak. Dan insyaallah, Alah akan memberikan jalan yang terbaik untuk bapak.
Sekali lagi INDAR, insyaf dan sadarlah, mumpung belum terlambat. Siksa di akhirat nanti akan lebih berat.Dosa kepada Allah, Allah akan selalu mengampuninya tapi dosa kepada sesama manusia kalau belum dimaafkan sesama manusia Allah tak dapat mengampuninya.
Begitu bukan?
Salam dari saya Tri Ramidjo, yang selalu mendoakan yang terbaik untuk baik.Saya juga selalu ingat surat ke 103 AL'ASHR (MASA) yang 3 ayat itu.
1. Demi masa.
2. Sesungguhnya manusia dalam kerugian,
3. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat dengan kebenaran dan saling berwasiat dalam kesabaran.
Nah itulah sebabnya saya menulis ini, sebagai sesama muslim memang seharusnya saling ingat-mengingatkan. Dan mengingatkan sesama umat manusia tidak perlu memakai rotan-gebuk, sebab kita ini 'kan bukan ANJING yang baru bisa mengerti kalau digebuk. Dengan digebugi orang bisa mendendam berarti membuat orang berbuat dosa yang mana kita sendiri menanggung dosanya. Allah ingin membuat segalanya yang baik, jadi marilah kita berbuat kebaikan.
Saya merasa perlu melampiri tulisan saya ini dengan tulisan yang lain tentang WUDHU. Baiklah akan saya lampirkan. Mungkin ada gunanya.
Wassalam,
Tri Ramidjo.
No comments:
Post a Comment