skip to main |
skip to sidebar
Kolom IBRAHIM ISA -- MENILAI MANTAN PRESIDEN SUHARTO
Kolom IBRAHIM ISA
----------------------
27 Januari 2008.
MENILAI MANTAN PRESIDEN SUHARTO
Sejak terjadinya Peristiwa G30S, berkutnya dilancarkan kampanye pembersihan dan penumpasan tentara dan para pendukungnya dari kalangan politik dan religius. terhadap: PKI , para simpatisn dan yang diduga PKI, serta para pendukung Presiden Sukarno yang terdiri dari patriot-patriot progrresif baik yang Muslim, Nasionalis, Kristen, Hindu Bali dan lain-lain kepercayaan:
Banyak pengamat dalam dan luar negeri memberikan berbagai macam penilaian terhadap Panglima KOSTRAD, Jendral Suharto, yang kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke-2.
Lebih dari tigapuluh dua tahun lamanya Orba memerintah Indonesia dengan tangan besi, memberlakukan sistim perundang-undangan dan hukum khas mililteristik dengan berlandaskan ideologi 'DWIFUNGSI Abri', --- telah memberikan tidak sedikit bahan input untuk mempertimbangan, mengenai 'baik' - 'buruknya' peranan dan 'legacy' Jendral Suharto dan rezim yang dipimpinnya dalam sejarah Indonesia.
Berkonfrontasinya dua pandangan dan sikap terhadap peranan mantan Presiden Suharto selama 30 tahun lebih sejak ia menggulingkan Presiden Sukarno , sampai ia sendiri memegang jabatan tertinggi negara dan pemerintah Indonesia, menyebabkan munculnya dua sikap yang bertolak belakang.
Satu sikap:
Maafkan Suharto. Mengingat besarnya 'jasa-jasa' mantan Presiden Suharto terhadap negeri dan bangsa, sepantasnya beliau dibebaskan dari segala tuntutan hukum.
Sikap lainnya:
Adili Suharto meskipun ia sudah meninggal dunia. Hal tsb harus diberlakukan terhadap mantan Presiden Suharto, demi ditegakkannya prinsip bahwa setiap warganegara adalah sama di depan hukum, juga demi ditegakkanya NEGARA HUKUM INDONESIA. Demi keadilan dan ditegakkannya kebenaran dan kemurnain hati nurani bangsa.
* * *
Aku menerima sebuah kiriman tulisan dari Jakarta. Otentik dan faktual. Penulis yang satu memilih untuk anonim. Yang satu lagi blak-blakan, dari sahabatku TRI RAMIDJO, eks-Dugilis dan anggota PKI (Perintis Kemerdekaan Inadonesia, yang keanggotaanya bisa dibuktikan dengan surat keterangan yang asli dan sah).
Silakan pembaca menyimaknya.
Seyogianya pembaca mempertimbangkan sendiri, bagaimana setepatnya menilai mantan Presiden Suharto, yang dalam sejarah Republik Indonesia, adalah presiden yang paling lama memegang tampuk kekuasaan negara dan pemerintahan.
Di bawah ini adalah salah satu sikap yang disampaikan kepada publik sesudah meninggalnya mantan Presiden Suharto.
Penulis memilih untuk anonim.
Bahan tersebut ASLI dan OTENTIK.
* * *
JASA-JASA JENDRAL SUHARTO
Hari ini 27 Januari 2008 tepat pk. 13.10, Presiden Jendral Suharto
meninggalkan kita semua memenuhi panggilan Tuhan Yang Maha Adil.
Dalam suasana duka ini, kita menundukkan kepala kepada seorang putera
Indonesia yang luar biasa jasanya bagi nusa dan bangsa. Cukup banyak warga
Indonesia yang tidak tahu menghargai jasa-jasa beliau, di antaranya ada yang
menamakan beliau sebagai “Bapak Koruptor Agung Indonesia”.
Dilupakan sudah semua jasa-jasa besar beliau yang sebenarnya bukan
semata-mata bagi rakyat dan negara Indonesia, melainkan juga kepada dunia
sejagat, terutama “dunia bebas kubu demokrasi” – the free world sejati.
Dengan singkat kita perlu catat di bawah ini, butir-butir paling esensial
dari “jasa-jasa besar” Pak Harto yang sekali-kali jangan sampai dilupakan dan
terlupakan sampai kapan pun.
PERTAMA:
Jendral Suharto berjasa besar menyingirkan Presiden Sukarno dari
panggung politik Indonesia. Suatu tindakan sangat penting pada saat
dunia bebas sedang menghadapi Perang Dingin, Perang Vietnam. dan
perang menghadapi subversi komunisme sedunia, sedangkan Soekarno
pada saat itu betul-betul menjadi duri dalam daging bagi demokrasi dan
dunia bebas. Jendral Suharto dengan gemilang bukan saja telah merobah
peta politik Indonesia, tetapi juga peta politik Asia Tenggara, bahkan
dunia, dan membawa Indonesia bergabung dalam kubu Dunia Bebas dan
Demokrasi.
KEDUA:
Hanya Jendral Suharto yang berhasil dengan cemerlang menumpas partai
komunis berikut para anggotanya sampai keakar-akarnya – suatu prestasi
yang tidak pernah mampu dilakukan oleh politikus dan negarawan di mana
pun di dunia.
KETIGA:
Hanya Jendral Suhartolah yang dalam kebijakan ekonominya berhasil luar
biasa menciptakan elit Indonesia yang dalam waktu relatif singkat menjadi
multi-milyuner dollar. Multi-milyuner dollar bukan saja bagi istri dan anakanaknya,
akan tetapi beliau menunjukkan solidaritas corps yang tinggi –
beliau memikirkan juga sesama rekan perwira tinggi dalam ABRI sehingga
para jendral Indonesia pun menjadi milyuner dollar dalam waktu singkat.
Daftar jasa ini sesungguhnya sangat panjang, akan tetapi kita batasi pada tiga
butir di atas yang paling penting dan esensial saja. Tidak kita sebut betapa
besar jasa Pak Harto mengeliminir unsur-unsur subversi dalam negeri, seperti
Barisan Sukarno dan jendral KKO Hartono – bahkan beliau lebih dulu
daripada Amerika Serikat menumpas gerakan fanatik Islam yang sekarang
menjadi musuh utama demokrasi dan dunia bebas.
* * *
Selanjutnya adalah tulisan yang baru bebera saat yang lalu kuterima dari sahabatku Tri Ramidjo. Sikap Tri Ramidjo diametral bertolak belakang dengan tulisan pertama yang juga berasal dari Jakarta tercinta.
* * *
Tulisan TRI RAMIDJO:
Masak Gak Tahu Siapa Sebenarnya Suharto --- Kebangetan!
Teman-teman tercinta,
Sungguh teman2 bernasib baik berada di luar negeri.
Kalau teman2 berada di dalam negeri seperti diriku ini, betapa sakitnya rasa hati ini melihat tayangan televisi dan berita radio yang semuanya mengagungkan dan memuja2 Suharto, yang telah meninggal tadi siang jam 13.10 WIB.
Aku bukanlah orang yang pendendam, tapi aku mencintai keadilan dan kebenaran. Tak perlu aku menulis panjang tentang keadilan dan kebenaran. Sebab semua teman2ku adalah juga pencinta keadilan dan kebenaran.Begitu butanya kah mata pengcover berita, baik elektronik maupun cetak di negeri ini, sehingga berita-berita tentang meninggalnya Suharto the smiling general itu tak sedikit pun mengungkapkan kesalahan dan pelanggaran yang begitu besar dari Suharto tentang pelanggaran HAM?
Memang sudah sepantasnya kita harus mengakui, bahwa laras senapan yang seiring dengan kekuasaan politiklah yang bisa menentukan hitam atau putih segalanya. Bukankah memang benar begitu kenyataannya?
Aku sedih, bukan sedih karena Suharto meninggal, tapi sedih karena kekuasaan Orba masih cukup sakti, masih berkuasa dan keras kepala.
Jangan harap mereka2 antek2 orba itu mengenal malu, sebab mereka memang perlu dipecahkan kepalanya dengan palu.
Teman2 yang di luar negeri bisa berteriak-teriak lewat mail atau internet sepuas hati tapi tidak terdengar dan tidak mungkin menyadarkan rakyat kecil di pelosok2 desa, Dan rakyat tetap tuli dan buta dan tidak mengerti siapa itu SUHARTO sebenarnya.
Tangerang, 27 Januari 2008.
Tri Ramidjo.
* * *
No comments:
Post a Comment