skip to main |
skip to sidebar
Kolom IBRAHIM ISA - HAK PEREMPUAN ADALAH HAK HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA
Kolom IBRAHIM ISA
Senin, 16 Maret 2009
-----------------------------
HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA
Menulis tentang hak-hak perempuan, apakah mesti pas jatuh pada tanggal 08 Maret? Kalau memang bisa, tentu itu yang paling baik. Bahkan jika bisa sebelumnya lebih baik lagi. Tetapi tidak mesti 'kan? Bisa juga pada hari-hari berikutnya.
Jangan salah faham. Alasan ini bukan suatu dalih. Ini yang terfikir: – - Bila menulis sesuatu sebaiknya setelah bahan-bahan dan pemikiran dirasa cukup. Penulisan kali ini memang menantikan pemberitaan lebih lanjut sekitar peringatan HARI PEREMPUAN SEDUNIA yang pasti dilakukan di pelbagai penjuru dunia. Tulisan ini jadinya mungkin agak lain.
'HARI PEREMPUAN SEDUNIA' -- setiap tahun diperingati pada tanggal 8 MARET. K
Karena sekitar periode itulah lahirnya kesadaran kaum pekerja perempuan di Eropah dan Amerika Serikat. Ini menyangkut masalah mengenal identitasnya sebagai kaum perempuan, yang selama itu masih didiskriminasi. Masih dianggap tidak 'setara', tidak 'sama-hak' dengan kaum lelaki. Bukan saja menyangkut masalah hubungan kekeluargaan, tetapi juga hak-hak sipil dan hak-hak kewarganegaraan. Lahir dan tumbuhnya kesadaran kaum perempuan tentang dirinya sendiri dan pengertian perlunya berorganisasi serta menggunakan organisasi sebagai alat perjuangan untuk hak-hak sipil dan hak-sama dengan laki-laki, merupakan tonggak baru dalam perjuangan untuk hak-hak azasi manusia.
Benarlah semboyan yang mengatakan bahwa HAK PEREMPUAN ADALAH HAK MANUSIA.
* * *
Sejak berakhirnya Perang Dunia II, sebagai hasil usaha, kegiatan dan perjuangan demi hak-hak azasi manusia, PBB sebagai organisasi mancanegara, mengumumkan Deklarasi Universil Hak-hak Azasi Manusia (1948). Juga sudah ada konvensi internasional mengenai hak-hak perempuan dan anak-anak. Dalam kehidupan bernegara, sudah terdapat sejumlah tokoh-tokoh terkemuka perempuan di dunia yang menduduki jabatan-jabatan penting seperti presiden, perdana menteri, ketua parlemen, anggota legeslatif maupun menteri- menterinya. Demikian juga di lapangan sosial, budaya dan bisnis. Jelas, ini adalah suatu kemajuan penting sebagai hasil perjuangan yang terus-menerus.
Namun, -- realita kehidupan juga menunjukkan bahwa sebagian besar kaum perempuan di dunia ini masih didiskriminasi dan dilecehkan. Hak-hak mereka sebagai manusia dilanggar dengan sewenang-wenanang. Pelanggaran ini tidak semata-mata dilakukan oleh kaum priya. Tetapi terutama oleh kekuasaan negara dan tradisi lama konservatif yang berpadu dengan penyalahgunaan kepercayaan dan religi.
Maka perjuangan untuk hak-sama kaum perempuan dengan kaum lelaki pasti memerlukan waktu panjang, keteguhan serta kordinasi dengan perjuangan umum untuk demokrasi dan hak-hak azasi manusia.
* * *
'Hari Perempuan Sedunia' diperingati dipelbagai tempat dan negeri dengan caranya sendiri-sendiri. Ada yang memperingatinya dengan cara memberikan 'award (wanita) dunia', World Award, kepada tokoh-tokoh perempuan mancanegara yang menonjol. Yang dianggap teladan dalam pengabdian dan perjuangan kongkrit demi sama-hak dengan kaum priya; maupun yang amat sukses dalam kehidupan sosial, budaya maupun bisnis. Semua itu untuk menunjukkan dengan contoh-contoh nyata bahwa perempuan punya kecerdasan dan kemampuan sama dengan kaum priya.
Tujuan utama dilangsungkannya peringatan dan pemberian award tsb ialah untuk menghormati dan mendorong maju semangat yang konsisten, kegiatan, perjuangan dan hasil-hasil yang sudah dicapai oleh kaum perempuan sekitar masalah sama-hak dengan priya.
Dalam pada itu kesempatan ini digunakan untuk minta perhatian dunia lebih besar lagi, bahwa di banyak negeri, diskriminasi, kesewenang-wenangan, penindasan bahkan kekerasan masih saja berlangsung terhadap kaum perempuan.
Sungguh disayangkan bahwa di sementara negeri upaya untuk mempertahankan diskriminasi terhadap kaum perempuan, melestarikan 'superioritas' lelaki atas perempuan yang dianggap 'inferior' itu, dilakukan dengan mengunakan tradisi dan kebiasaan lama, ataupun ajaran maupun dalil-dalil agama, bahkan dengan menggunakan interpretasi sendiri atas masing-masing kitab suci.
* * *
Tak bisa dibantah bahwa dalam pelbagai usaha, kegiatan serta perjuangan untuk pelaksanaan hak-hak azasi manusia seperti tercantum dalam UNIVERSAL DECLARATION OF HUMAN RIGHTS U.N.O, 1948, perhatian khusus dan istimewa m a s i h t e t a p h a r u s
d i b e r i k a n pad a m a s a l a h h a k – h a k p e r e m p u a n . Sering terjadi bila suatu malapetaka menimpa manusia, 'when things went wrong' -- maka yang paling terkena, yang banyak menderita adalah kaum perempuan. Tidak peduli apakah itu bersangkutan dengan masalah ekonomi, seperti pemecatan dsb; menyangkut bencana alam ataupun konflik kekerasan antar-etnik maupun antar-agama, serta konflik-konflik politik lainnya.
Sering tersirat dalam fikiran, di mana (lagi) letak sumber pandangan, sikap, kebijakan serta perlakuan sewenang-wenang, diskriminatif dan tidak adil kaum laki-laki dan masyarakat terhadap kaum perempuan?
Sesekali tersirat dalam fikiran --- kira-kira fikiran apa yang menjadi penyebab perlakuan tidak adil terhadap kaum perempuan. Mungkinkah sumber itu lebih dalam, lebih mendasar?
Di alam fikiran banyak sekali orang, di banyak sekali negeri, -- termasuk di negeri kita, sudah tertanam pandangan, kesimpulan, yang dianggap 'alamiah', dikuatkan dengan ajaran religi, tradisi adat istiadat yang sudah turun temurun, --- bahwa laki-laki itu lebih unggul terbanding perempuan. Fikiran dan pandangan seperti itu, bisa dikatakan lintas-etnik, lintas-suku-bangsa, lintas-bangsa, lintas-politik dan lintas religi. Bahkan lintas ideologi yang dianggap progresip sekalipun. Pandangan tsb dalam teorinya, dalam kata-kata, maupun hitam diatas putih, menyatakan bahwa 'perempuan itu penyandang separuh langit'.
Tetapi dalam prakteknya tokh menganggap lelaki itu lebih unggul terbanding perempuan. Misalnya, orang-orang yang berpandangan seperti itu, merasa LEBIH SENANG PUNYA ANAK LAKI-LAKI terbanding punya anak perempuan. Tak punya anak perempuan dianggapnya tak begitu soal. Tetapi, bila tak punya anak laki-laki, wah, ini soal besar. Lalu menganggap TIDAK AKAN PUNYA KETURUNAN LAGI. Masalahnya menjadi benar-benar gawat!
Difikirkan secara waras dan ilmiah, keturunan itu adalah hasil dari perkawinan antara laki-laki dan perempuan. Satupun tak bisa ketinggalan. Mereka itu sama-derajat. Tokh kongkritnya, tempat terjadi dan tersimpannya telur manusia itu adalah di dalam rahim perempuan. Sesudah menjadi embryo-manusia, dikarenakan persenyawaan dengan sperma laki-laki, tanggung-jawab alamiah untuk terus menghidupkan, membesarkan dan melahirkannya adalah pada fihak perempuan.
Coba ikuti pengalaman dan jalan fikiran ini: -- Untuk pertama kalinya aku menyaksikan sendiri putri sulungku melahirkan bayinya.
Masya-Allah, apa yang kulihat dengan mata-kepalaku sendiri: Benar-benar adalah perjuangan hidup-mati putriku itu, ketika ia melahirkan bayinya. Susah payah yang dideritanya dan darah yang tertumpah, serta kemungkinan yang tak dikehendaki hilangnya nyawa sang ibu, itu semua membikin siapapun seyogianya menjadi sadar bahwa perempuan itu memikul tanggungjawab langsung dan lebih besar terbanding laki-laki bila itu menyangkut masalah keturunan.
Bahwa masalah kelanjutan hidupanya ras manusia di dunia ini tanggungjawab dan beban lebih berat ada pada kaum perempuan.
Bila setiap individu laki dalam fikiran dan kesadarannya benar-benar menganggap perempuan itu sama derajat dengan laki-laki, diharapkan perjuangan kaum perempuan untuk hak-sama dengan laki-laki akan punya perspektif yang lebih cerah!
Semoga!
* * *
No comments:
Post a Comment