Kolom
IBRAHIM ISA
Rabu,
04 Juni 2014
-------------------------------
( 2 )
“ MENAMBAH
PENGERTIAN YG LEBIH BAIK TTG
SUKARNO. . . Dan
Dengan Itu”
“MENAMBAH PENGERTIAN
YG LEBIH BAIK TERHADAP INDONESIA TERCINTA”
. . .
<”Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat'- Cindy Adams, Edisi
Revisi
– Penerbit -- Yayasan Bung Karno, Cetakan Kedua, 2011>
*
* *
Masih
dalam
rangka memperingati Ultah Bung Karno. Ketika itu Hasta Mitra,
Penerbit buku bermutu, di bawah pimpinan Jusuf Isak, meluncurkan
penerbitan khusus -- “100 Tahun Bung Karno”. Buku itu disebut
“Sebuah Liber Amicorum”.
Memang
sutu
penerbitan istimewa untuk memperingati seabad Bung karno, dan
menghormat Bapak Nasion Indonesia. Tidak kurang dari 23 tulisan
yang
khusus dibuat sekitar Bung Karno. Ada yang orang Indonesia dan
ada
yang sahabat asing. Mereka itu adalah;
Peter Dale Scott,
Pramoedya Ananta Toer, Ali Hasjmi, Chairil Anwar, Sitor
Sitoemorang,
Marsha Anggit, Bob Hering, Soebadio Sastrosatomo, Partono
Karnaen,
Dawam Rahardjo, Ibrahim Isa, S.B. Yudhoyono, Noam Chomsky,
Hersri
Setiawan, Ben Anderson, Harry Poeze, Joop Morriën, H. Manggil,
Hafis
Azhari, T.M.Siregar, Franciska Fanggidaej, dan Jusuf Isak
(Editor).
Buku
bermutu
yang terbit Juni 2001 tsb, patut dimiliki setiap warga
pencinta Bung Karno. Tidak tebal, hanya 316 halaman. Andaikata
buku
ini sudah tidak ada lagi di toko-toko buku, karena habis
terjual.
Haraplah ada penerbit yang bersedia mengadakan cetak-ulang.
*
* *
Peter
Dale
Scott a.l menulis “Soekarno dan Pancasila masih tetap
memimpin Indonesia masa-kini”
Pramoedya:
“Semua lawan Bung Karno sekarang terseret ke meja Mahkamah
Sejarah”.
Ben
Anderson: “Masalah utama bukan defisit demokrasi, tetapi
defisit
nasionalisme”.
Sitor
Sitoemorang: “Moment of Truth” Soekarno memilih Kebenaran di
atas keselamatan pribadi”
Susilo
Bambang
Yudhoyono: Warisi wawasan BK sebagai pemikirn terbuka,
menembus dimensi ruang dan waktu sebagai Keniscayaan Sejarah”.
Dawam
Rahardjo: “Selain nasionalis, Bung Karno adalah juga pemikir
Islam”.
*
* *
Joesoef
Isak:
“Pada saat seperti sekarang ini, penulis teringat kepada
seorang tokoh tua yang usianya masih di bawah generasi
Sukarno-Hatta
yang sayang sekali sudah lebih dulu menedahului kita semua,
yaitu
Soebadio Sastrosatomo. Semua kenal dia sebagai tokoh PSI,
pengagum,
pewaris dan penerus cita-cita Sutan Sjahrir. Pada saaat
Jendral
Suharto masih sekuasa-kuasanya, dia pernah berkata kepada
penulis:
Berhentilah
melecehkan
Soekarno! Berhenti melecehkan Hatta-Sjahrir! Bangkitkan
strategi persatuan Soekarno-Hatta-Sjahrir untuk melawan
fasisme
Suharto! Sebagai seorang Sjahririst dia berkata:
“Soekarno adalah
Presiden ku! Soekarno adalah Indonesia – Indonesia adalah
Soekarno!”
Pada saat Soebadio
mengucapkan kata-kata itu, sedetik pun dia tidak bermaksud
mengecilkn
apalagi meninggalkan Hatta-Sjahrir. Yang terbayang
dihadapannya
mungkin adalah kawan-kawannya separtai, para Sukarnoist dan
anggota-anggota PKI yang berjalan seakan tanpa arah”.
* * *
Baiklah
kita
akhiri tulisan ini dengan mengenangkan kembali kata-kata Bung
Karno:
“Apabila aku telah
mencapai sesuatu selama di atas dunia, ini adalah karena
rakyatku,
Tanpa rakyat aku tidak berarti apa-apa. Kalau aku mati,
kuburlah
Bapakmu menurut agama Islam dan diatas batu kecil yang biasa
engkau
tulislah kata-kata sederhana:
DISINI BERISTIRAHAT
BUNG KARNO, PENYAMBUNG LIDAH RAKYAT.
. . . . .
“Dan aku ingin
beristirahat diantara bukit yang berombak-ombak dan di tengah
ketenangan. Benar-benar keindahan dari tanah-airku yang
tercinta dan
kesederhanaan darimana aku berasal. Dan aku ingin rumahku yang
terakhir ini terletak di daerah Periangan yang sedjuk,
bergunung-gununung dan subur, dimana aku pertama kali bertemu
dengan
petani Marhaen . . . . “
(Dari buku “Bung
Karno Penyambung Lidah Rakyaat Indonesia – Cindy Adams-- Edisi
Revisi -Cetakan Kedua, 2011)
* * *
No comments:
Post a Comment