Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 03 Mei
2014----------------------------
SENANGNYA KETEMU
KAWAN 'LAMA'
Mereka-mereka
itu, . . . . kawan-kawanku, sebenarnya belum terlalu lama
terakhir
bertemu dan cakap-cakap dengan mereka. . . . Tetapi ketika
ketemu
lagi kemarin, pada waktu menghadiri -- Hari Bedah Buku Dr
Harry
Poeze “TAN MALAKA, GERAKAN KIRI, DAN REVOLUSI INDONESIA, Jilid
4 –
September 1948 – Desember 1948”, – – – – tak
kusembunyikan perasaanku:
Aku
senang
sekali! Seakan-akan bertemu dengan kawan yang sudah lama
tidak jumpa.
Begitulah
! . . Senang ketemu lagi dengan Dr Harry Poeze dan Prof Gerry
van
Klinken, yang memandu diskusi. Dengan Lie Ravendo, Yayah
Siegers dari
panitia yang mengatur-atur lancarnya jalan-diskusi.
* * *
“Pak
Isa, Pak Isa . . . Apa kabar?”, sapa seorang wanita pada akhir
ceramah Harry Poeze. . . . Aduh, sungguh aku tak ingat siapa
beliau
ini. “Saya Kate, Kate “, katanya berulang kali.
Oh,
masyaalah , ini Kate McGregor dari Australia, ya? Maaf, ya,
tadi
kurang jelas saya melihat Anda. Sudah lama di Amsterdam, ya.
Begitulah, senang dan gembiranya bertemu lagi dengan kawan
dari benua
Kanguru. Tidak terduga. Kami bertemu dan cakap-cakap di
Bibliotheek
Amsterdam dua tahun y.l. Aku pesan salam untuk Vannessa, lewat
Prof.
Dr. Kate McGregor. Kate tampak sibuk. Kalau ia datang ke
Belanda,
selalu untuk tugas ilmiah . .
“Nanti
kita lanjutkan komunikasi, lewat internet, ya Pak”, kata Kate.
“Pasti”, jawabku.
Sebelum
diskusi dimulai, aku sempat jumpa dengan seorang siswa
Indonesia-Papua, yang memandangku gembira. Rupanya ia
sekarang
sedang studi di Leiden, Tiga tahun yl kami bertemu berkenalan
dan
diskusi di suatu pertemuan yang diatur oleh Romo Baskoro
Wardaya, di
Jogya. Mereka itu adalah siswa-siswanya Romo Baskoro dari
Universitas Sanata Dharma. Kami terus cakap-cakap sambil
menikmati
santapan Jogyakarta. Bukan main rasa bangga hati ini, bertemu
dengan
mahasiswi Indonesia-Papua, yang jauh-jauh datang dari
Yogyakarta,
untuk memperdalam studi di Leiden.
* * *
Di
stasiun Leiden Centraal, tiba-tiba bertemu dengan Bonnie
Triyana,
pemimpin “Majalah Historia” yang baru datang dari Jakarta.
Selain urusannya sendiri, ia akan hadir dalam bedah buku Harry
Poeze
hari itu. Bonnie Triyana, tampak segar dan penuh semangat,
Kami
cakap-cakap sedikit, Lalu bersama menuju Lipsius Universitas
Leiden.
Ia janji akan berkunjung ke rumah kami di Amsterdam.
* * *
Mengapa hati ini begitu
gembira bertemu dengan kawan-kawan lama itu? Kan,
biasa-biasa saja. Bisa saja pada saat-saat tertentu kita
tiba-tiba
ketemu dengan kawan lama.
Aku
fikir ada satu sebab teramat penting! Hati ini merasa
SEPERASAAN dengan kawan-kawan itu . . . SAMA-SAMA PEDULI
dengan INDONESIA.
Lebih
dari
sama-sama peduli! Ada perasaan SALING SOLIDER dengan
kehidupan
dan kegiatan masing-masing. Sesuatu yang lebih tinggi dari
pesahabatan biasa saja!
* * *
Dalam
ceramahnya menguraikan tentang pengalaman bedah buku di Jawa,
Harry
Poeze menyaksikan betapa kaum muda Indonesia, dan masyarakat
umumnya
punya KEPEDULIAN BESAR terhadap sejarah bangsanya. Lebih dari
misalnya di negeri Belanda.
Kesan
indah yang disampaikan Harry Poeze kepada hadirin kemarin itu.
Mendengar itu, . . . betapa tidak keyakinan bertambah besar,
bahwa
bangsa ini, khususnya GENERASI MUDA-nya. . . punya potensi
besar
untuk mendorong maju nasion ini.
Apalagi
dengan begitu banyak kawan di dalam dan di luarnegeri yang
seperasaan
PEDULI DAN SOLIDER dengan Indonesia.
* * *
Kiranya
yang
kuutarakan di atas bukanlah fantasi, . . juga bukan ilusi!
* * *
No comments:
Post a Comment