Kolom IBRAHIM ISA
YANG BENER AJA DONG . . . . !!
PRABOWO-HATTA RAJASA = SUKARNO - HATTA??
Di periode Reformasi dan Demokrasi boleh-boleh saja menarik garis persamaan antara siapa dengan siapa, antara si anu dan si polan.
PERNYATAAN KELUAR DARI PAN.
Goenawan Mohamad.
Ketika saya, bersama teman-teman secita-cita, mendirikan PAN di awal Reformasi, saya berharap ikut menyumbang perbaikan semangat dan mutu kepartaian Indonesia, yang sudah dirusak oleh Orde Baru. PAN adalah kelanjutan gerakan pro-demokrasi yang melawan kekuasaan otoriter Jend. Suharto.
Semenjak Suharto jatuh, kami ingin membangun sebuah partai yang punya platform politik yang jelas untuk diperjuangkan -- ke arah demokrasi yang lebih luas, kebhinekaan yang lebih hidup, dan kesejahteraan yang lebih merata.
Dalam sejarahnya, PAN pernah berusaha ke arah itu. Tetapi makin lama ia makin tak memandang politik sebagai perjuangan. Makin lama politiknya hanya hasrat mengukuhkan posisi dalam struktur yang ada dan untuk memperoleh jabatan yang empuk bagi elitenya. Hal ini memang jadi takbiat partai-partai lain di Indonesia sekarang, tetapi seharusnya PAN mencoba memperbaiki keadaan itu. Tetapi tidak. (huruf tebal dari I.I.)
Akhirnya, dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden 2014, PAN makin terseret ke dalam oportunisme. Yang diupayakannya hanyalah agar Ketua Umum dapat jabatan Wakil Presiden. Untuk itu ia bersedia mendukung kekuatan yang di masa Orde Baru ingin memadamkan gerakan pro-demokrasi, antara lain dengan kekerasan. (Huruf tebal oleh I.I)
Selama ini, meskipun dengan kekecewaan, saya tetap menjadi anggota PAN dan membayar secara teratur iuran keanggotaan. Tetapi kali ini saya tidak punya harapan lagi. Saya menyatakan berhenti dari keanggotaan partai.
Kemis, 15 Mei 2014
---------------------------
---------------------------
YANG BENER AJA DONG . . . . !!
PRABOWO-HATTA RAJASA = SUKARNO - HATTA??
*
* *
Alkisah,
.
. . . . . . terpampang di media foto besar Prabowo Subianto
bergandengan tangan dengan Hatta Rajasa.Yang satu pemimpin
parpol Gerindra; yang satunya lagi adalah Ketua Umum parpol PAN.
Prabowo
tersenyun
. . ., Hatta Rajasa . . tertawa lebar. Diberitakan, bahwa,
Hasil Rakernas PAN menyatakan PAN secara aklamasi mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Presiden pada Pilpres Juli mendatang.
Hasil Rakernas PAN menyatakan PAN secara aklamasi mendukung pencalonan Prabowo Subianto sebagai Presiden pada Pilpres Juli mendatang.
Lalu
ada
komentar dari Amien Rais, mantan Ketua Umum PAN:
"Sementara
itu,
teman dari DPW Jawa Barat bilang ke saya, Prabowo-Hatta enggak
usah disingkat karena mengingatkan pada Soekarno-Hatta,
*
* *
Mantan
Ketua
Umum PAN itu mengatakan, keputusan koalisi partainya dengan
Partai Gerindra didasarkan pada platform politik yang sama. Dia
yakin bahwa duet Prabowo-Hatta akan menjadi duet yang ideal
untuk memimpin bangsa.
"Insya
Allah
Prabowo-Hatta menjadi duet maut, eh kalau maut berarti mati,
duet hidup," ucap tokoh reformasi tersebut. . . . . . . . Ini
Amien Rais keseléo lidahnya. . . atau memang guyonan politik
saja . . .(???)
*
* *
Di periode Reformasi dan Demokrasi boleh-boleh saja menarik garis persamaan antara siapa dengan siapa, antara si anu dan si polan.
Tapi
menarik
garis persamaan, membandingkan dua tokoh politik seperti
Prabowo dan Hatta Rajasa, . . . . . dengan tokoh Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia SUKARNO-HATTA, . . .. adalah sungguh
tidak tahu diri . . . !!!
Melihat
foto gandengan tangan, koalisi Gerindra-PAN, Prabowo-Hatta
Rajasa, akankah fikiran pemilih Indonesia menjadi teringat pada.
. . . . . . . . . . . . .SUKARNO-HATTA? . . . . YANG BENER
AJA DONG . . . !!!
Bukankah
asumsi
Amien Rais itu menunjukkan pandangan dan sikapnya yang memandang
rendah daya ingat dan kemampuan berfikir rakyat kita??
*
* *
Menyaksikan
pentasan
adegan politik koalisi Gerindra – PAN . . .. Tak disadari . ..
seakan otomatis saja, . . . kita teringat pada pernyataan
Goenawan Mohamad beberapa hari ini . . . ketika ia keluar dari
parpol PAN.
Telusuri
pernyataannya:
PERNYATAAN KELUAR DARI PAN.
Goenawan Mohamad.
Ketika saya, bersama teman-teman secita-cita, mendirikan PAN di awal Reformasi, saya berharap ikut menyumbang perbaikan semangat dan mutu kepartaian Indonesia, yang sudah dirusak oleh Orde Baru. PAN adalah kelanjutan gerakan pro-demokrasi yang melawan kekuasaan otoriter Jend. Suharto.
Semenjak Suharto jatuh, kami ingin membangun sebuah partai yang punya platform politik yang jelas untuk diperjuangkan -- ke arah demokrasi yang lebih luas, kebhinekaan yang lebih hidup, dan kesejahteraan yang lebih merata.
Dalam sejarahnya, PAN pernah berusaha ke arah itu. Tetapi makin lama ia makin tak memandang politik sebagai perjuangan. Makin lama politiknya hanya hasrat mengukuhkan posisi dalam struktur yang ada dan untuk memperoleh jabatan yang empuk bagi elitenya. Hal ini memang jadi takbiat partai-partai lain di Indonesia sekarang, tetapi seharusnya PAN mencoba memperbaiki keadaan itu. Tetapi tidak. (huruf tebal dari I.I.)
Akhirnya, dalam pemilihan umum dan pemilihan presiden 2014, PAN makin terseret ke dalam oportunisme. Yang diupayakannya hanyalah agar Ketua Umum dapat jabatan Wakil Presiden. Untuk itu ia bersedia mendukung kekuatan yang di masa Orde Baru ingin memadamkan gerakan pro-demokrasi, antara lain dengan kekerasan. (Huruf tebal oleh I.I)
Selama ini, meskipun dengan kekecewaan, saya tetap menjadi anggota PAN dan membayar secara teratur iuran keanggotaan. Tetapi kali ini saya tidak punya harapan lagi. Saya menyatakan berhenti dari keanggotaan partai.
*
* *
Orang
tidak
salah berfikir, menyimpulkan bahwa berkoalisinya PAN dengan
Gerindra, Hatta Rajasa dengan Probowo . . .
Itulah
yang
menjadi "gong" . . yang menentukan akhirnya Goenawan Mohamad
keluar dari PAN yang ia ikut dirikan itu . .
*
* *
No comments:
Post a Comment