Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 14 Mei 2014
--------------------------
SEKITAR SERUAN
JOKOWI -- “REVOLUSI MENTAL”
Sebuah respons
ANALITIS KRITIS --- Oleh Tom Ilyas
(3)
* * *
Pagi ini bisa dibaca di mailist
internet kiriman dari sahabatku, TOM ILYAS (Stockholm),
sebuah artikel merespons seruan Jokowi untuk dilancarkannya
“Revolusi Mental”.
Artikel Tom Ilyas ditulis
secara analitis dan kritis. Selain itu terdapat saran Tom Ilyas
sekitar pelaksanaan Revolusi Mental.
* * *
Tom Ilyas menyoroti antara
lain, akan seperti apa reaksi dan perlawanan dari kaum
'neo-liberal' dan kekuatan politik luar dan dalam negeri, yang
akan menentang pelaksanaan “Revolusi Mental” Jokowi.
Maka artikel yang menggugah ini
baik dibaca dengan seksama dan teliti.
Kali ini “Kolom Ibrahim Isa”,
memuat artikel Tom Ilyas selengkapnya, sbb:
Catatan
kecil tentang ”REVOLUSI MENTAL” Capres
Jakowi.
”Revolusi mental” adalah
penyampaian visi Jakowi kepada publik untuk
pertama kali, setidaknya sepanjang yang saya
ikuti. Baik sebelum diumumkan sebagai Capres dari
PDIP maupun setelah itu Jakowi sangat hemat dalam
mengemukakan pikiran-pikirannya tentang
masalah-masalah bangsa ini yang bersifat nasional.
Karena Jakowi adalah
salah seorang Capres yang potensial, yang
diprediksi akan memenangkan pertarungan pada
Pilpres 2014, maka tulisannya ini patut mendapat
perhatian besar dan direnungkan dalam-dalam.
Seperti juga orangnya
yang sangat sederhana, Jakowi telah menyampaikan
visinya dalam bahasa yang sederhana pula, mudah
dimengerti orang banyak. Singkat, padat tapi
mencakup masalah-masalah besar yang dihadapi
bangsa ini.
Jakowi, dengan
berpegang pada Trisakti, telah melakukan evaluasi
atas keadaan bangsa kita. Disamping mencatat
pencapaian-pencapaian sepanjang 16 tahun era
reformasi (sepanjang negeri ini dipimpin
bergantian oleh empat Presiden antara 1998 sampai
2014), mengungkapkan pula paradoksal-paradoksal
pelik yang dihadapi disegala bidang.
Disana-sini Jakowi
juga telah mengemukakan sebab-sebab kenapa
terjadinya paradoksal-paradoksal itu. Antara lain:
- reformasi belum menyentuh paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka membangun bangsa (nation building);
- kelembagaan yang diciptakan selama ini ditangani oleh manusia dengan salah kaprah;
- sejumlah tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde Baru masih berlangsung sampai sekarang;
- pembangunan cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme;
- kebijakan ekonomi yang sekadar mengedepankan kekuatan pasar;
- menggantung kepada modal asing sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para ”komprador” Indonesia-nya;
- Pemerintah dengan gampang membuka kran impor untuk bahan makanan dan kebutuhan lain;
- elite politik yang terjebak menjadi pemburu rente;
- kebijakan investasi luar negeri,….tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya; dan
- sifat ke-Indonesiaan semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi.
- reformasi belum menyentuh paradigma, mindset, atau budaya politik dalam rangka membangun bangsa (nation building);
- kelembagaan yang diciptakan selama ini ditangani oleh manusia dengan salah kaprah;
- sejumlah tradisi atau budaya yang tumbuh subur dan berkembang di alam represif Orde Baru masih berlangsung sampai sekarang;
- pembangunan cenderung menerapkan prinsip-prinsip paham liberalisme;
- kebijakan ekonomi yang sekadar mengedepankan kekuatan pasar;
- menggantung kepada modal asing sementara sumber daya alam dikuras oleh perusahaan multinasional bersama para ”komprador” Indonesia-nya;
- Pemerintah dengan gampang membuka kran impor untuk bahan makanan dan kebutuhan lain;
- elite politik yang terjebak menjadi pemburu rente;
- kebijakan investasi luar negeri,….tidak menciptakan banyak lapangan kerja, tetapi mengeruk keuntungan yang sebesar-besarnya; dan
- sifat ke-Indonesiaan semakin pudar karena derasnya tarikan arus globalisasi.
Lalu bagaimana jalan
keluarnya?
Jakowi mencanangkan
perlunya kita melancarkan revolusi mental dalam
skala nasional.
Saya kira gagasan
ini tak salah dan patut didukung, sepanjang yang
dimaksud (seperti yang dikatakan oleh Jakowi
sendiri):
- melakukan tindakan korektif,….menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan;
- memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh berkembang sejak zaman Orde Baru sampai sekarang;
- melaksanakan konsep Trisakti Bung Karno;
- mengubah nasib Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur;
- berani mengendalikan masa depan bangsa kita sendiri.
- melakukan tindakan korektif,….menciptakan paradigma, budaya politik, dan pendekatan nation building baru yang lebih manusiawi, sesuai dengan budaya Nusantara, bersahaja, dan berkesinambungan;
- memberantas setuntas-tuntasnya segala praktik-praktik buruk yang sudah terlalu lama dibiarkan tumbuh berkembang sejak zaman Orde Baru sampai sekarang;
- melaksanakan konsep Trisakti Bung Karno;
- mengubah nasib Indonesia menjadi bangsa yang benar-benar merdeka, adil, dan makmur;
- berani mengendalikan masa depan bangsa kita sendiri.
Tetapi, dari mana
kita harus memulai?
Disini Jakowi
memberikan jawaban: dari masing-masing kita
sendiri, dimulai dengan lingkungan keluarga dan
lingkungan tempat tinggal serta lingkungan kerja,
dst.
Tanpa bermaksud
mengurangi arti penting dokumen ini, tetapi
jawaban itu terasa agak kurang pas.
Dari sebab-sebab yang
diuraikan diatas, yang notabene dikutip dari
uraian Jakowi sendiri, jelas bahwa carut-marutnya
keadaan bangsa sekarang ini disebabkan oleh
politik neo-liberal penguasa negara, terutama
selama satu dekade dibawah Pemerintahan SBY,
politik yang menyerahkan segala-galanya kepada
pasar, politik yang tidak pro Rakyat. Yang membuat
kebijakan-kebijakan neo-liberal itu adalah
Pemerintah. Rakyat tidak berdosa samasekali,
bahkan mereka adalah korban. Karena itu terasa
kurang pas (bahkan terasa kurang adil) bila
sasaran perobahan itu pertama-tama ditujukan
kepada atau dimulai dari Rakyat orang perorang.
Tidak diragukan, bila
Jakowi menang ia akan memulai dari lingkungannya
yang paling dekat, yaitu dikalangan
pembantu-pembantunya (Menteri-Menterinya) di
Pemerintahan. Karena itu tulisannya ”Revolusi
Mental” lebih patut ditujukan pertama-tama kepada
pembantu-pembantunya tersebut, dibacakan dalam
pembukaan sidang pertama Kabinet. Tentu saja
dengan menghilangkan bagian ” dimulai dengan
lingkungan keluarga dan lingkungan tempat tinggal
serta lingkungan kerja, dst”. Bagian dimulai ”dari
masing-masing kita sendiri” tetap bisa ada tetapi
yang dimaksud ”kita sendiri” adalah para
pembantu-pembantunya itu (Menteri-Menterinya).
Apa bila jalan keluar
yang ditunjukkan oleh Jakowi (bila Jakowi
memenangkan Pilpres 2014, dan kita harapkan ia
menang) dilaksanakan dengan konsekwen,
sudah bisa dipastikan Indonesia akan mendapat
tentangan besar dari korporasi-korporasi besar
multinasional beserta institusi-institusinya, IMF,
Bank Dunia dsb. Mereka akan melakukan perlawanan,
mempersulit, meggencet, membawa Indonesia ke
pengadilan-pengadilan arbitasi internasional,
menjatuhkan sangsi-sangsi, dan sebagainya dan
sebagainya. Mereka akan berusaha mengacau
perekonomian Indonesia dan menggoyang Pemerintah.
Bila pertarungan ini meruncing, mereka akan
berusaha mengganti Pemerintah, mendudukkan kembali
”komprador-komprador Indonesia-nya”. Kita sudah
berpengalaman tentang ini ditahun 1965.
Tetapi, bila
Pemerintah Jakowi (bila ia menang dalam Pilpres
2014) konsekwen dalam melaksanakan visinya diatas,
bisa pula dipastikan Pemerintah akan mendapat
dukungan luas dan kuat dari Rakyat. Suatu gerakan
nasional akan tumbuh, seperti diharapkan sendiri
oleh Jakowi ”dapat berkembang semakin meluas
sehingga nanti benar-benar menjadi sebuah gerakan
nasional seperti yang diamanatkan oleh Bung
Karno”. Melalui gerakan nasional yang besar inilah
berlangsungnya nation building. Proses nation
building berlangsung – boleh dikata dengan
sendirinya - dalam proses perjuangan bangsa itu
sendiri dalam melawan ketidak-adilan.
Stockholm 14 Mei 2014.
Tom Iljas
No comments:
Post a Comment