Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 08 Januari 2009
----------------------
KEKERASAN Di GAZA BUKAN KARENA ROKET-ROKET HAMAS
Abdallah Kassem, salah seorang dari 1,5 juta penduduk Palestina di Gaza, -- yang dalam duabelas hari belakangan ini, siang malam, dihujani peluru Israel dari helikopter dan tank-tank penyebar maut, --- mengutarakan kesedihannya, rasa putus asa tak berdaya, tetapi juga . . . . . marah dan geram. Ia amat khawatir dengan keselamatan diri dan keluarganya. Mereka mendambakan, mengharapkan dan mendoakan perdamaian. Ini diutarakannya melalui CNN beberapa hari yang lalu.
Namun, juga jelas, sebagaimana halnya orang-orang Palestina lainnya, tak ada orang Palestina yang bisa menerima terus berlangsungnya keadaan dimana setiap hari maut mengancam.
Abdallah Kassem bersama keluarganya tidak tau lagi, mau berlindung dimana! Karena tempat perlindungan yang dianggap paling aman, berupa sekolah, dua hari yang lalu jadi sasaran serangan Israel. Empatpuluh orang termasuk perempuan dan anak-anak jadi korban. Enampuluh lainnya luka-luka dan cedera.
BBC mewartakan kemarin bahwa menurut para pejabat PBB, serangan Israel Selasa yl terhadap sebuah gedung sekolah yang dikelola PBB, adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat berlindung warga yang menyelamatkan diri dari rumah-rumah mereka. Militer Israel mengklaim bahwa penduduk di Israel diserang mortir Hamas yang berada di dalam sekolah itu. Sedangkan jurubicara UNWRA, Christopher Gunness mengatakan badan PBB yakin Hamas tidak menggunakan gedung sekolah tersebut untuk menyerang tentara Israel. Seorang jurubicara Hamas membantah bahwa serangan dilancarkan dari dalam sekolah.
Sejak pemboman Israel dimulai di Gaza, 680 orang Palestina tewas. Kurang lebih 3000 lainnya luka-luka dan harus di kirim ke rumah-rumah sakit dan klinik yang sudah penuh sesak.
* * *
Selain merasa sedih dan geram, banyak orang di Gaza tak habis heran menghadapi kebiadaban angkara murka tentara Israel. Dengan gampang-gampangan tentara Isarel menyatakan bahwa sebelum mereka melakukan pemboman, katanya, sudah mengeluarkan pengumuman agar penduduk setempat menghindar dari daerah yang menurut Israel menjadi tempat peluncuran roket Hamas ke wilayah Israel. Warga Gaza yang panik bertanya-tanya: Disuruh menyingkir, baiklah! Tetapi mau menyingkir kemana?! Mencari selamat ke sekolah PBB sekalipun, tetap saja menjadi sasaran bom-bom Israel. Tidak ada perumusan lain untuk tindakan Israel ini, selain, TERORISME.
Mengikuti berita-berita media mengenai serangan ganas Israel terhadap Gaza orang jadi heran dan marah! Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi? Orang-orang Yahudi sendiri pernah mengalami kebiadaban fasis Jerman menjelang dan selama Perang Dunia II. Tetapi dewasa ini, ketika mereka sudah punya negara sendiri, bisa bertindak sama seperti yang dilakukan oleh Jerman fasis terhadap mereka.
Mungkin saja sekarang ini tidak ada lagi yang mengajukan peranyaan berikut ini: Mengapa bangsa Yahudi, yang melalui lika-liku kemudian bisa menetap di Palestina dan mendirikan negara Israel di situ, kok bisa-bisanya berbuat demikian kejam dan biadabnya terhadap penduduk Palestina yang tak bersalah dan tak berdaya di Gaza. Tambahan lagi Israel begitu kejamnya sudah setahun setengah lamanya melakukan blokade terhadap Gaza. Sehingga penduduk Gaza amat menderita hidupnya karena kekurangan air, kelaparan, langka obat-obatan dan tanpa aliran listrik yang memadai..
Bukankah sekitar Perang Dunia II, bangsa Yahudi telah mengalami sendiri bagaimana duka-deritanya diperlakukan secara biadab oleh kekuasaan Hitler Jerman? Bukankah mereka telah mengalami apa yang terjadi di Auswitz? Dijebloskan di kamar-kamar gas, kemudian mayat-mayat mereka dibakar musnah. Apakah bangsa Yahudi sudah lupa penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan : HOLOCAUST?
Tetapi sekarang, setelah berhasil merebut wilayah Palestina untuk bisa hidup serta menegakkan negara Israel, --- akhirnya mereka sendiri melakukan hal yang mereka kutuk, yang tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Hitler.
Dunia menyaksikan bagaimana negara Yahudi Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa PALESTINA di Gaza. Masyarakat internasional yang cinta damai mengutuk kekerasan yang dilakukan tentara Israel di Gaza.
* * *
Mari dilacak serentetan serangan Israel atas Gaza, yang sudah berlangsung hampir dua minggu lamanya. Momentum yang dipilih untuk melakukan serangan tsb, cara dan sasaran pemboman terhadap Gaza, menunjukkan bahwa sasaran Israel itu bukan semata-mata tempat-tempat peluncuran roket Hamas. Orang sulit menerima penjelasan tentara Israel bahwa serangan atas Gaza itu, dilakukan demi keamanan dan keselamatan penduduk Israel. Mereka menyatakan bahwa sasaran mereka hanya Hamas yang melakukan serangan roket terhadap penduduk Israel. Tetapi, nyatanya korban terbesar jatuh di fihak penduduk Gaza yang tak bersalah dan tak berdaya.
Bukan saja fihak luar, yang tidak bisa menerima alasan yang dibuat-buat Israel untuk melakukan serangan dahsyat terhadap Gaza.
Perhatikan ini: Dua hari yang lalu, sebuah stasiun TV Belanda, kanal Nederland 1, mentayangkan acara 'Een vandaag'. Temanya adalah wawancara wartawan stasiun TV tsb dengan seorang mahasiswi Israel di sebuah kota di Israel mengenai serangan atas Gaza. Pas ketika itu sang mahasiswi sedang melakukan demo memprotes pemboman Israel atas Gaza. Ia menyatakan bahwa tindakan tentara Israel itu harus segera distop. Harus ada penyelesaian politik. Israel, katanya, sudah mencoba pelbagai cara kekerasan militer dan milisia untuk menundukkan Palestina, telah pula menimbulkan korban besar di kedua belah fihak, tapi tak berhasil. Oleh karena itu, harus ada penyelesain melalui perundingan damai.
Yang menarik ialah, bahwa mahasiswi itu bukan anggota partai oposisi atau warganegara Israel asal etnis Arab. Ia adalah putri seorang perwira tinggi (prnw) MOSSAD. Berbeda dengan sebagian besar pemuda dan pemudi Israel, putri perwira tinggi ini menentang dinas militer. Ia menolak dijadikan cadangan tentara Israel. Oleh karena itu ia pernah dipenjarakan tiga bulan lamanya. Sang mahasiswi menjelaskan bahwa persekusi yang dialaminya pertama-tama dan terutama disebabkan oleh sikap politiknya yang menentang poitik perang pemerintah. Oleh petugas keamanan Israel mahasiswi itu dianggap menderita sakit sayraf.
/Dalam wawancara dengan wartawan TV Belanda itu sang mahasiswi menjelaskan bahwa serangan yang dilakukan demikian heibatnya terhadap Gaza, sepenuhnya bermotif politik. Dewasa ini partai-partai pemerintah sedang siap-siap untuk masuk pemilu. Untuk memperoleh popularitas di kalangan pemilih dan sebanyak mungkin merebut suara , itulah sebabnya momentum serangan terhadap Gaza dipilih pada saat ini. Pemerintah ingin tampil menunjukkan bahwa mereka berani bertindak tegas dan keras terhadap Hamas. Demikian ditegaskan oleh sang mahasiswi. Ini bukan propaganda Hamas, tetapi keluar dari mulut seorang mahasiswi Israel./
/* * */
Ketika membela dan membenarkan serangan mereka terhadap Gaza, fihak resmi Israel mengecam pandangan umum internasional, yang, katanya, tidak mau melihat 'segi lainnya' dari konflik Israel-Hamas. Fihak resmi Israel minta perhatian atas serangan roket yang dilakukan Hamas dari wilayah Gaza. Serangan-serangan Hamas tsb menimbulkan ketakutan, rasa tidak aman, dan korban di kalangan penduduk Israel. Maka Israel menuntut supaya mengenai kasus konflik di Gaza, jangan hendaknya dilihat dari satu segi saja.
Baik, mari kita usahakan melihatnya dari segi lain. Sedikit saja meninjau ke belakang.
Sampailah kita pada saat-saat di masa lalu, ketika PBB mengeluarkan beberapa resolusi mengenai masalah Palestina. Diantaranya terdapat Resolusi PBB No 242 (22 Nov 1967). Resolusi 242 tsb menuntut Isarel menarik tentaranya kembali ke perbatasan sebelum meletusnya perang Israel- Arab tahun 1967. Resolusi PBB yang mewajibkan Israel mengakhiri pendudukan militernya atas Gaza, Tepian Jordan (Westbank) dan Dataran Tinggi Golan (Golan Hight) ditolak mentah-mentah oleh Israel. Kemudian ada Resolusi PBB No 252 yang menyatakan Israel tidak punya hak memasukkan Yerusalem Timur menjadi wilayah negara Israel. Juga resolusi PBB ini tidak digubris oleh Israel. Mengenai kasus kota Yerusalem hal ini selalu menjadi salah satu titik konflik Israel-Palestina. Palestina menganggap Yerusalem harus di-internasionalisasi. Sedangkan Israel menjadikannya ibukota negara Israel.
Dari dua sikap Israel terhadap lembaga internasional bangsa-bangsa dimana Israel sendiri menjadi anggota, orang bisa mengambil kesimpulan, bahwa masalah hakiki konflik Israel-Palestina, adalah didudukinya wilayah Palestina oleh militer Israel. Meskipun sudah ada apa yang dinamakan wilayah Palestina yang terdiri dari Gaza Strip dan Tepian Barat, yang dikatakan di kelak kemudian hari akan merupakan wilayah negara Palestina, namun dalam kenyataan wilayah tsb tetap ada di bawah kekuasaan militer Israel. Kapan saja Israel mau, ia bisa masuk Gaza, seperti apa yang dilakukannya sekarang ini. Kapan saja Israel menghendakinya, ia bisa membangun perkampungan-perkampungan baru Yahudi di wilayah Palestina di Tepian Jordan, Dataran Tinggi Golan dan Gaza.
Sedangkan di lain fihak, ratusan ribu pengungsi Palestina yang diusir dengan kekerasan oleh militer Israel dari kampung halaman mereka yang sekarang sudah menjadi wilajah negara Israel, harus tinggal berjejal-jejal di Gaza. Soal besar: -- para pengungsi Palestina tb dirampas haknya oleh Israel untuk kembali ke kampung halamannya.
Kalau hendak meninjau masalah konflik Israel-Palestina, tidak usah terlalu jauh ke belakang, mengenai latar belakang 'konflik' tsb, jelas adalah hal-hal yang dibebeberkan diatas tadi itu yang merupakan sumber, atau sabab-musahab konflik yang berkepanjangan antara Israel dengan rakyat Palestina. Hak rakyat Palestina akan wilayahnya, untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka, hal-hal itulah yang dilanggar oleh Israel.
Kekerasan yang terjadi di Palestina, penyebab utamanya bukan serangan roket-roket Hamas. Sumber konflik terletak pada kenyataan, bahwa sampai sekarang Palestina masih diduduki oleh kekuatan militer Israel dan secara ekonomi menderita blokade. Sumber konflik terletak pada kenyataan bahwa Israel dengan seenaknya membangun perkampungan-perkampungan baruYahudi di wilayah-wialayah Palestina. Sumber konflik terletak pada kenyataan terkatung-katungnya nasib ratusan ribu pengungsi Palestina yang diusir dari kampung halamannya di wilayah yang sejak 1948 diproklamsikan menjadi negara Israel. Hak mereka untuk kembali ke kampung halaman tempat kelahirannya dimana mereka tinggal turun temurun, dengan sewenang-wenang dirampas oleh Israel.
* * *
Perkembangan terakhir sekitar masalah serangan Israel atas Gaza, diprediksi mendekati suatu persetujuan 'ceasefire' dan segera dimulainya perundingan perdamaian.
Namun, dari jurusan manapun datangnya inisiatif menuju ke solusi masalah Palestina, -- apakah itu dari Presiden Perancic Sharkozy, dari Presiden Mesir Hosni Mobarrak atau dari Barack Obama bila ia sudah dilantik menjadi Presiden AS, --- perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai selama masalah-masalah inti yang menjadi sumber konflik Palestina-Israel, ditangani dan dipecahkan secara tuntas sesuai dengah hak bangsa Palestina untuk mempunyai negara sendiri, wilayah kedaulatan nasional sendiri, serta sama sederajat dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini.
* * *
Kemis, 08 Januari 2009
----------------------
KEKERASAN Di GAZA BUKAN KARENA ROKET-ROKET HAMAS
Abdallah Kassem, salah seorang dari 1,5 juta penduduk Palestina di Gaza, -- yang dalam duabelas hari belakangan ini, siang malam, dihujani peluru Israel dari helikopter dan tank-tank penyebar maut, --- mengutarakan kesedihannya, rasa putus asa tak berdaya, tetapi juga . . . . . marah dan geram. Ia amat khawatir dengan keselamatan diri dan keluarganya. Mereka mendambakan, mengharapkan dan mendoakan perdamaian. Ini diutarakannya melalui CNN beberapa hari yang lalu.
Namun, juga jelas, sebagaimana halnya orang-orang Palestina lainnya, tak ada orang Palestina yang bisa menerima terus berlangsungnya keadaan dimana setiap hari maut mengancam.
Abdallah Kassem bersama keluarganya tidak tau lagi, mau berlindung dimana! Karena tempat perlindungan yang dianggap paling aman, berupa sekolah, dua hari yang lalu jadi sasaran serangan Israel. Empatpuluh orang termasuk perempuan dan anak-anak jadi korban. Enampuluh lainnya luka-luka dan cedera.
BBC mewartakan kemarin bahwa menurut para pejabat PBB, serangan Israel Selasa yl terhadap sebuah gedung sekolah yang dikelola PBB, adalah lokasi yang digunakan sebagai tempat berlindung warga yang menyelamatkan diri dari rumah-rumah mereka. Militer Israel mengklaim bahwa penduduk di Israel diserang mortir Hamas yang berada di dalam sekolah itu. Sedangkan jurubicara UNWRA, Christopher Gunness mengatakan badan PBB yakin Hamas tidak menggunakan gedung sekolah tersebut untuk menyerang tentara Israel. Seorang jurubicara Hamas membantah bahwa serangan dilancarkan dari dalam sekolah.
Sejak pemboman Israel dimulai di Gaza, 680 orang Palestina tewas. Kurang lebih 3000 lainnya luka-luka dan harus di kirim ke rumah-rumah sakit dan klinik yang sudah penuh sesak.
* * *
Selain merasa sedih dan geram, banyak orang di Gaza tak habis heran menghadapi kebiadaban angkara murka tentara Israel. Dengan gampang-gampangan tentara Isarel menyatakan bahwa sebelum mereka melakukan pemboman, katanya, sudah mengeluarkan pengumuman agar penduduk setempat menghindar dari daerah yang menurut Israel menjadi tempat peluncuran roket Hamas ke wilayah Israel. Warga Gaza yang panik bertanya-tanya: Disuruh menyingkir, baiklah! Tetapi mau menyingkir kemana?! Mencari selamat ke sekolah PBB sekalipun, tetap saja menjadi sasaran bom-bom Israel. Tidak ada perumusan lain untuk tindakan Israel ini, selain, TERORISME.
Mengikuti berita-berita media mengenai serangan ganas Israel terhadap Gaza orang jadi heran dan marah! Bagaimana mungkin semua ini bisa terjadi? Orang-orang Yahudi sendiri pernah mengalami kebiadaban fasis Jerman menjelang dan selama Perang Dunia II. Tetapi dewasa ini, ketika mereka sudah punya negara sendiri, bisa bertindak sama seperti yang dilakukan oleh Jerman fasis terhadap mereka.
Mungkin saja sekarang ini tidak ada lagi yang mengajukan peranyaan berikut ini: Mengapa bangsa Yahudi, yang melalui lika-liku kemudian bisa menetap di Palestina dan mendirikan negara Israel di situ, kok bisa-bisanya berbuat demikian kejam dan biadabnya terhadap penduduk Palestina yang tak bersalah dan tak berdaya di Gaza. Tambahan lagi Israel begitu kejamnya sudah setahun setengah lamanya melakukan blokade terhadap Gaza. Sehingga penduduk Gaza amat menderita hidupnya karena kekurangan air, kelaparan, langka obat-obatan dan tanpa aliran listrik yang memadai..
Bukankah sekitar Perang Dunia II, bangsa Yahudi telah mengalami sendiri bagaimana duka-deritanya diperlakukan secara biadab oleh kekuasaan Hitler Jerman? Bukankah mereka telah mengalami apa yang terjadi di Auswitz? Dijebloskan di kamar-kamar gas, kemudian mayat-mayat mereka dibakar musnah. Apakah bangsa Yahudi sudah lupa penderitaan yang disebabkan oleh kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan : HOLOCAUST?
Tetapi sekarang, setelah berhasil merebut wilayah Palestina untuk bisa hidup serta menegakkan negara Israel, --- akhirnya mereka sendiri melakukan hal yang mereka kutuk, yang tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Hitler.
Dunia menyaksikan bagaimana negara Yahudi Israel melakukan kejahatan kemanusiaan terhadap bangsa PALESTINA di Gaza. Masyarakat internasional yang cinta damai mengutuk kekerasan yang dilakukan tentara Israel di Gaza.
* * *
Mari dilacak serentetan serangan Israel atas Gaza, yang sudah berlangsung hampir dua minggu lamanya. Momentum yang dipilih untuk melakukan serangan tsb, cara dan sasaran pemboman terhadap Gaza, menunjukkan bahwa sasaran Israel itu bukan semata-mata tempat-tempat peluncuran roket Hamas. Orang sulit menerima penjelasan tentara Israel bahwa serangan atas Gaza itu, dilakukan demi keamanan dan keselamatan penduduk Israel. Mereka menyatakan bahwa sasaran mereka hanya Hamas yang melakukan serangan roket terhadap penduduk Israel. Tetapi, nyatanya korban terbesar jatuh di fihak penduduk Gaza yang tak bersalah dan tak berdaya.
Bukan saja fihak luar, yang tidak bisa menerima alasan yang dibuat-buat Israel untuk melakukan serangan dahsyat terhadap Gaza.
Perhatikan ini: Dua hari yang lalu, sebuah stasiun TV Belanda, kanal Nederland 1, mentayangkan acara 'Een vandaag'. Temanya adalah wawancara wartawan stasiun TV tsb dengan seorang mahasiswi Israel di sebuah kota di Israel mengenai serangan atas Gaza. Pas ketika itu sang mahasiswi sedang melakukan demo memprotes pemboman Israel atas Gaza. Ia menyatakan bahwa tindakan tentara Israel itu harus segera distop. Harus ada penyelesaian politik. Israel, katanya, sudah mencoba pelbagai cara kekerasan militer dan milisia untuk menundukkan Palestina, telah pula menimbulkan korban besar di kedua belah fihak, tapi tak berhasil. Oleh karena itu, harus ada penyelesain melalui perundingan damai.
Yang menarik ialah, bahwa mahasiswi itu bukan anggota partai oposisi atau warganegara Israel asal etnis Arab. Ia adalah putri seorang perwira tinggi (prnw) MOSSAD
/Dalam wawancara dengan wartawan TV Belanda itu sang mahasiswi menjelaskan bahwa serangan yang dilakukan demikian heibatnya terhadap Gaza, sepenuhnya bermotif politik. Dewasa ini partai-partai pemerintah sedang siap-siap untuk masuk pemilu. Untuk memperoleh popularitas di kalangan pemilih dan sebanyak mungkin merebut suara , itulah sebabnya momentum serangan terhadap Gaza dipilih pada saat ini. Pemerintah ingin tampil menunjukkan bahwa mereka berani bertindak tegas dan keras terhadap Hamas. Demikian ditegaskan oleh sang mahasiswi. Ini bukan propaganda Hamas, tetapi keluar dari mulut seorang mahasiswi Israel./
/* * */
Ketika membela dan membenarkan serangan mereka terhadap Gaza, fihak resmi Israel mengecam pandangan umum internasional, yang, katanya, tidak mau melihat 'segi lainnya' dari konflik Israel-Hamas. Fihak resmi Israel minta perhatian atas serangan roket yang dilakukan Hamas dari wilayah Gaza. Serangan-serangan Hamas tsb menimbulkan ketakutan, rasa tidak aman, dan korban di kalangan penduduk Israel. Maka Israel menuntut supaya mengenai kasus konflik di Gaza, jangan hendaknya dilihat dari satu segi saja.
Baik, mari kita usahakan melihatnya dari segi lain. Sedikit saja meninjau ke belakang.
Sampailah kita pada saat-saat di masa lalu, ketika PBB mengeluarkan beberapa resolusi mengenai masalah Palestina. Diantaranya terdapat Resolusi PBB No 242 (22 Nov 1967). Resolusi 242 tsb menuntut Isarel menarik tentaranya kembali ke perbatasan sebelum meletusnya perang Israel- Arab tahun 1967. Resolusi PBB yang mewajibkan Israel mengakhiri pendudukan militernya atas Gaza, Tepian Jordan (Westbank) dan Dataran Tinggi Golan (Golan Hight) ditolak mentah-mentah oleh Israel. Kemudian ada Resolusi PBB No 252 yang menyatakan Israel tidak punya hak memasukkan Yerusalem Timur menjadi wilayah negara Israel. Juga resolusi PBB ini tidak digubris oleh Israel. Mengenai kasus kota Yerusalem hal ini selalu menjadi salah satu titik konflik Israel-Palestina. Palestina menganggap Yerusalem harus di-internasionalisasi. Sedangkan Israel menjadikannya ibukota negara Israel.
Dari dua sikap Israel terhadap lembaga internasional bangsa-bangsa dimana Israel sendiri menjadi anggota, orang bisa mengambil kesimpulan, bahwa masalah hakiki konflik Israel-Palestina, adalah didudukinya wilayah Palestina oleh militer Israel. Meskipun sudah ada apa yang dinamakan wilayah Palestina yang terdiri dari Gaza Strip dan Tepian Barat, yang dikatakan di kelak kemudian hari akan merupakan wilayah negara Palestina, namun dalam kenyataan wilayah tsb tetap ada di bawah kekuasaan militer Israel. Kapan saja Israel mau, ia bisa masuk Gaza, seperti apa yang dilakukannya sekarang ini. Kapan saja Israel menghendakinya, ia bisa membangun perkampungan-perkampungan baru Yahudi di wilayah Palestina di Tepian Jordan, Dataran Tinggi Golan dan Gaza.
Sedangkan di lain fihak, ratusan ribu pengungsi Palestina yang diusir dengan kekerasan oleh militer Israel dari kampung halaman mereka yang sekarang sudah menjadi wilajah negara Israel, harus tinggal berjejal-jejal di Gaza. Soal besar: -- para pengungsi Palestina tb dirampas haknya oleh Israel untuk kembali ke kampung halamannya.
Kalau hendak meninjau masalah konflik Israel-Palestina, tidak usah terlalu jauh ke belakang, mengenai latar belakang 'konflik' tsb, jelas adalah hal-hal yang dibebeberkan diatas tadi itu yang merupakan sumber, atau sabab-musahab konflik yang berkepanjangan antara Israel dengan rakyat Palestina. Hak rakyat Palestina akan wilayahnya, untuk hidup sebagai bangsa yang merdeka, hal-hal itulah yang dilanggar oleh Israel.
Kekerasan yang terjadi di Palestina, penyebab utamanya bukan serangan roket-roket Hamas. Sumber konflik terletak pada kenyataan, bahwa sampai sekarang Palestina masih diduduki oleh kekuatan militer Israel dan secara ekonomi menderita blokade. Sumber konflik terletak pada kenyataan bahwa Israel dengan seenaknya membangun perkampungan-perkampungan baruYahudi di wilayah-wialayah Palestina. Sumber konflik terletak pada kenyataan terkatung-katungnya nasib ratusan ribu pengungsi Palestina yang diusir dari kampung halamannya di wilayah yang sejak 1948 diproklamsikan menjadi negara Israel. Hak mereka untuk kembali ke kampung halaman tempat kelahirannya dimana mereka tinggal turun temurun, dengan sewenang-wenang dirampas oleh Israel.
* * *
Perkembangan terakhir sekitar masalah serangan Israel atas Gaza, diprediksi mendekati suatu persetujuan 'ceasefire' dan segera dimulainya perundingan perdamaian.
Namun, dari jurusan manapun datangnya inisiatif menuju ke solusi masalah Palestina, -- apakah itu dari Presiden Perancic Sharkozy, dari Presiden Mesir Hosni Mobarrak atau dari Barack Obama bila ia sudah dilantik menjadi Presiden AS, --- perdamaian di Timur Tengah tidak akan tercapai selama masalah-masalah inti yang menjadi sumber konflik Palestina-Israel, ditangani dan dipecahkan secara tuntas sesuai dengah hak bangsa Palestina untuk mempunyai negara sendiri, wilayah kedaulatan nasional sendiri, serta sama sederajat dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia ini.
* * *
No comments:
Post a Comment