Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 07 Maret 2014
------------------------------------
IN MEMORIAM MURIDAN WIDJOJO
INNA LILLAHI WA INNA ILLAHI RAJIUN.
Hari ini 07 Maret, 2014, terkejut dan sedih kubaca berita duka MENINGGALNYA MURIDAN WIDJO.
Semoga arwahnya di terima di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan tabah melalui masa-masa duka ini.
* * *
Muridan Widjojo kukenal beberapa tahun yang lalu di rumah Mintardjo di Oesgeest, Leiden. Kemudian ikut hadir
ketika ia menerima gelar Ph.D-nya, di Belanda. Berikutnya kami bertemu lagi dalam suatu seminar bersama dengan kawan-kawan
lainnya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakaarta.
* * *
Kita telah kehilangan seorang ilmuwan dan pakar (Papua) yang punya dedikasi dan pengkhayatan begitu
besar terhadap perkembangan bangsa ini, khususnya yang menangkut PAPUA.
* * *
Tulisan di bawah ini disiarkan kembali sebagai manifestasi perasaan kedekatan dengan seorang kawan:
Muridan dan Tesis Papua-Maluku
Oleh : Ibrahim Isa 11-Sep-2007,
KabarIndonesia - Hari Rabu, 12 September 2007, (kukira) mestinya adalah hari yang p e n t i n g dalam kehidupan intelektual sahabatku, cendekiawan muda Indonesia, Muridan S. Widjoyo. Karena besok siang, untuk praktisnya, sebaiknya dikutip saja di bawah ini undangan yang dikirimkan Muridan kepadaku (dalam bahasa Inggris):
Defence Invitation
You are cordially invited to the public defence of the PhD thesis
Cross-Cultural Alliance-Making and Local Resistance in Maluku during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810
by
Muridan Satrio Widjojo on Wednesday 12 September 2007, at 15:00 to 16:00, at Lokhorstkerk, Pieterskerkstraat 1, 2311 SV Leiden, Ph. 071-512 3392.
The reception will be held on the same day at 16:00 to 18:00 at Clusius Café, Hortus Botanicus, Rapenburg 73, 2311 GT Leiden, Ph. 071-527 7249
* * *
Jadi, besok itu, antara jam 15.00 dan jam 16.00 Muridan akan mempertahankan tesisnya di Universitas Leiden untuk gelar PhD. Tentu, semakin banyak cendekiawan Indonesia, dari generasi muda, yang menambah dan meningkatkan pengetahuan mereka di Indonesia maupun di luar negeri, berarti bertambah pula jumlah cendekiawan bangsa kita.
Perkembangan ini membesarkan hati kita sebagai orang Indonesia. Setiap harinya entah berapa banyak cendekiawan Indonesia yang menyelesaikan studinya dengan baik. Suatu perkembangan yang amat perlu diperhatikan Pemerintah dan memperbesar lagi jumlah anggaran pendidikan negara. Supaya negara mengkonsekuenkan janji-janji yang menyatakan memperhatikan masalah pendidikan bangsa.
Kemajuan suatu bangsa, dalam arti penting tergantung pada jumlah dan kemampuan kaum cerdik pandainya mengabdikan hasil studi dan penelitiannya untuk kepentingan kemajuan dan pertumbuhan kekuatan ekonomi, politik dan budaya bangsa itu.
Berhasilnya Muridan S Widjoyo menyelesaikan postgraduate study-nya di Leiden, seyogianya disambut dengan gembira. Hal tsb juga merupakan dorongan bagi mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang dalam jumlah besar sedang menempuh studinya di Amsterdam, Leiden, Utrecht, Delft, Wageningen, Groningen, Rotterdam dan perguruan tinggi lainnya di Belanda.
Studi Muridan S Widjoyo memang bagiku agak istimewa. Ini disebabkan oleh tema dan masalah yang diangkat dan dijadikan bahan studinya. Yaitu latar belakang sejarah Papua dan Maluku. Ini penting sekali agar dalam menelaah masalah Papua dan Maluku, dan kasus-kasus lainnya, tidak sekadar atas dasar apa yang terjadi di masa kini. Yang sering menjadi ramai dibicarakan semata-mata karena kasus simbolik semata, seperti dikirbarkannya bendera Papua, dan sebagainya.
Diharapkan dalam meninjau dengan seksama masalah Papua, ditinjau dan diteliti pula latar belakang sejarahnya. Hal ini teramat penting bagi politisi yang sering mengedepankan dan mengangkat sesuatu kasus daerah, banyak terdorong oleh kepentingan politik seketika dari parpol-parpol yang bersangkutan. Lebih-lebih lagi dilakukan tanpa mempelajari dengan seksama inti masalahnya. Hal ini lebih-lebih lagi perlu diperhatikan bila masalahnya menyangkut kasus daerah, seperti Papua, Maluku, Aceh dan lain-lain.
Yang mendorong Muridan mengapa ia memilih tema ini, dijelaskannya sebagai berikut:
Konflik-konflik yang ada di antara masyarakat sekarang ini mendorong saya untuk melihat bagaimana sebetulnya konfigurasi masyarakat Indonesia Timur pada masa lalu.
Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan Muridan, tesisnya menyangkut perjuangan lama yang dilakukan oleh kaum pemberontak Maluku dan Papua melawan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dalam periode antara kira-kira 1780 - 1810, yang berlangsung di bawah pimpinan Pangeran Nuku dari Tidore. Dengan bantuan orang-orang Inggris kekuatan perjuangan Maluku dan Papua Nuku berhasil merebut kembali kesultanan Bacan dan Tidore, yang ketika itu ada di bawah perlindungan Belanda.
Selanjutnya, tulis Muridan dalam 'Korte Samenvatting' dari tesisnya: Salah satu dari konklusi penting desertasi ialah bahwa sukses pemberontakan tsb tidak seharusnya dikemukakan sebagai hasil terutama oleh konstruksi ideologi Maluku dan pengikutnya, seperti dikemukkakan oleh historikus L. Andaya. Sukses tsb terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa Nuku dalam kampanyenya, secara optimal mampu menggunakan kekuatan pejuang-pejuangnya, kaum perampok Papua dan Gamrange, dan bersamaan dengan itu secara maksimal menggunakan kapasitas logistik kaum pedagang Seram Timur. Terlebih lagi Nuku dapat dengan pandai mengikat orang-oarng Inggris dan menggunakan para 'country traders' itu untuk kepentingan tujuannya sendiri (terjemahan bebas dari bahasa Belanda - I.I.).
Dalam kesempatan lain Muridan menyatakan bahwa desertasi ini akan menunjukkan bahwa gerakan-gerakan rakyat yang ada sekarang ini sudah ada sejak lama, bahkan sejak abad XVII. Jadi sebetulnya aspek-aspek dasar dari gerakan-gerakan kerakyatan bisa terlihat dari situ.
Bicara tentang masalah Papua dewasa ini, menyangkut masalah identitas Papua, dikatakan Muridan a.l.: Problemnya adalah identitas itu bisa bersifat objektif atau subjektif. Ketika menjadi identitas subjektif seringkali menjadi audiological screen atau sebagai alat yang dipakai untuk melihat apa sebetulnya yang ada di balik pemikiran seseorang ketika dia berbicara tentang ke-Papuaan yang asli atau tentang Islam dan Kristen. Sebenarnya apa yang ada di kepala mereka itu adalah proyek bisnis keamanan saja. Ada proyek-proyek yang memang mempunyai kepentingan ekonomi dan politik tersendiri di sana. Itu yang harus dibongkar.
Begitu juga di Papua, ada masalah separatisme, ada masalah pendatang dan asli, tapi sebetulnya yang ada di belakang itu adalah perebutan sumber daya. Itu yang harus diverifikasi sehingga kita memahami masalah konflik-konflik yang sekarang dan juga konflik-konflik vertikal dan horizontal yang ada di Indonesia Timur. Betul-betul melihat bahwa sumbernya ada pada persoalan ekonomi dan politik (wawancara Muridan yg disiarkan dalam Papua Watch -- 30 April 2005).
* * *
Apa yang disinggung di atas mengenai tesis Muridan adalah sebagian kecil saja. Sekadar untuk mendapat gambaran umum tentang apa yang akan dikemukakannya besok itu. Hanya sebagai pemula saja. Isi dari tesisnya jauh lebih luas dan lebih dalam. Yang paling baik adalah mendengarkan dan membaca sendiri tesis Murian dalam kesempatan lain.
Mudah-mudahan pengalaman dan hasil studi Muridan S. Widjoyo akan menjadi penggugah bagi kaum terpelajar kita, khususnya dari generasi muda, untuk lebih baik lagi mempelajari masalah daerah dan latar belakar sejarah suku-suku bangsa Indonesia yang bersatu dalam satu nation Indonesia. Hanya dengan cara ilmiah dan bijaksana, Indonesia akan mampu menemukan solusi sebaiknya atas kasus-kasus yang menyangkut daerah.
Agar kasus-kasus daerah, tidak disalah-gunakan oleh siapa pun, untuk menyulut dan mengobarkan separatisme dan dengan demikian membahayakan eksistensi dan kesatuan serta persatuan Indonesia sebagai bangsa dan negara .
Kita tutup tulisan singkat ini dengan mengucapkan SELAMAT dan SUKSES kepada Muridan.
* * *
Jum'at, 07 Maret 2014
------------------------------------
IN MEMORIAM MURIDAN WIDJOJO
INNA LILLAHI WA INNA ILLAHI RAJIUN.
Hari ini 07 Maret, 2014, terkejut dan sedih kubaca berita duka MENINGGALNYA MURIDAN WIDJO.
Semoga arwahnya di terima di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan tabah melalui masa-masa duka ini.
* * *
Muridan Widjojo kukenal beberapa tahun yang lalu di rumah Mintardjo di Oesgeest, Leiden. Kemudian ikut hadir
ketika ia menerima gelar Ph.D-nya, di Belanda. Berikutnya kami bertemu lagi dalam suatu seminar bersama dengan kawan-kawan
lainnya di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Jakaarta.
* * *
Kita telah kehilangan seorang ilmuwan dan pakar (Papua) yang punya dedikasi dan pengkhayatan begitu
besar terhadap perkembangan bangsa ini, khususnya yang menangkut PAPUA.
* * *
Tulisan di bawah ini disiarkan kembali sebagai manifestasi perasaan kedekatan dengan seorang kawan:
Muridan dan Tesis Papua-Maluku
Oleh : Ibrahim Isa 11-Sep-2007,
KabarIndonesia - Hari Rabu, 12 September 2007, (kukira) mestinya adalah hari yang p e n t i n g dalam kehidupan intelektual sahabatku, cendekiawan muda Indonesia, Muridan S. Widjoyo. Karena besok siang, untuk praktisnya, sebaiknya dikutip saja di bawah ini undangan yang dikirimkan Muridan kepadaku (dalam bahasa Inggris):
Defence Invitation
You are cordially invited to the public defence of the PhD thesis
Cross-Cultural Alliance-Making and Local Resistance in Maluku during the Revolt of Prince Nuku, c. 1780-1810
by
Muridan Satrio Widjojo on Wednesday 12 September 2007, at 15:00 to 16:00, at Lokhorstkerk, Pieterskerkstraat 1, 2311 SV Leiden, Ph. 071-512 3392.
The reception will be held on the same day at 16:00 to 18:00 at Clusius Café, Hortus Botanicus, Rapenburg 73, 2311 GT Leiden, Ph. 071-527 7249
* * *
Jadi, besok itu, antara jam 15.00 dan jam 16.00 Muridan akan mempertahankan tesisnya di Universitas Leiden untuk gelar PhD. Tentu, semakin banyak cendekiawan Indonesia, dari generasi muda, yang menambah dan meningkatkan pengetahuan mereka di Indonesia maupun di luar negeri, berarti bertambah pula jumlah cendekiawan bangsa kita.
Perkembangan ini membesarkan hati kita sebagai orang Indonesia. Setiap harinya entah berapa banyak cendekiawan Indonesia yang menyelesaikan studinya dengan baik. Suatu perkembangan yang amat perlu diperhatikan Pemerintah dan memperbesar lagi jumlah anggaran pendidikan negara. Supaya negara mengkonsekuenkan janji-janji yang menyatakan memperhatikan masalah pendidikan bangsa.
Kemajuan suatu bangsa, dalam arti penting tergantung pada jumlah dan kemampuan kaum cerdik pandainya mengabdikan hasil studi dan penelitiannya untuk kepentingan kemajuan dan pertumbuhan kekuatan ekonomi, politik dan budaya bangsa itu.
Berhasilnya Muridan S Widjoyo menyelesaikan postgraduate study-nya di Leiden, seyogianya disambut dengan gembira. Hal tsb juga merupakan dorongan bagi mahasiswa-mahasiwa Indonesia yang dalam jumlah besar sedang menempuh studinya di Amsterdam, Leiden, Utrecht, Delft, Wageningen, Groningen, Rotterdam dan perguruan tinggi lainnya di Belanda.
Studi Muridan S Widjoyo memang bagiku agak istimewa. Ini disebabkan oleh tema dan masalah yang diangkat dan dijadikan bahan studinya. Yaitu latar belakang sejarah Papua dan Maluku. Ini penting sekali agar dalam menelaah masalah Papua dan Maluku, dan kasus-kasus lainnya, tidak sekadar atas dasar apa yang terjadi di masa kini. Yang sering menjadi ramai dibicarakan semata-mata karena kasus simbolik semata, seperti dikirbarkannya bendera Papua, dan sebagainya.
Diharapkan dalam meninjau dengan seksama masalah Papua, ditinjau dan diteliti pula latar belakang sejarahnya. Hal ini teramat penting bagi politisi yang sering mengedepankan dan mengangkat sesuatu kasus daerah, banyak terdorong oleh kepentingan politik seketika dari parpol-parpol yang bersangkutan. Lebih-lebih lagi dilakukan tanpa mempelajari dengan seksama inti masalahnya. Hal ini lebih-lebih lagi perlu diperhatikan bila masalahnya menyangkut kasus daerah, seperti Papua, Maluku, Aceh dan lain-lain.
Yang mendorong Muridan mengapa ia memilih tema ini, dijelaskannya sebagai berikut:
Konflik-konflik yang ada di antara masyarakat sekarang ini mendorong saya untuk melihat bagaimana sebetulnya konfigurasi masyarakat Indonesia Timur pada masa lalu.
Seperti yang dinyatakan dalam penjelasan Muridan, tesisnya menyangkut perjuangan lama yang dilakukan oleh kaum pemberontak Maluku dan Papua melawan VOC (Verenigde Oostindische Compagnie) dalam periode antara kira-kira 1780 - 1810, yang berlangsung di bawah pimpinan Pangeran Nuku dari Tidore. Dengan bantuan orang-orang Inggris kekuatan perjuangan Maluku dan Papua Nuku berhasil merebut kembali kesultanan Bacan dan Tidore, yang ketika itu ada di bawah perlindungan Belanda.
Selanjutnya, tulis Muridan dalam 'Korte Samenvatting' dari tesisnya: Salah satu dari konklusi penting desertasi ialah bahwa sukses pemberontakan tsb tidak seharusnya dikemukakan sebagai hasil terutama oleh konstruksi ideologi Maluku dan pengikutnya, seperti dikemukkakan oleh historikus L. Andaya. Sukses tsb terutama disebabkan oleh kenyataan bahwa Nuku dalam kampanyenya, secara optimal mampu menggunakan kekuatan pejuang-pejuangnya, kaum perampok Papua dan Gamrange, dan bersamaan dengan itu secara maksimal menggunakan kapasitas logistik kaum pedagang Seram Timur. Terlebih lagi Nuku dapat dengan pandai mengikat orang-oarng Inggris dan menggunakan para 'country traders' itu untuk kepentingan tujuannya sendiri (terjemahan bebas dari bahasa Belanda - I.I.).
Dalam kesempatan lain Muridan menyatakan bahwa desertasi ini akan menunjukkan bahwa gerakan-gerakan rakyat yang ada sekarang ini sudah ada sejak lama, bahkan sejak abad XVII. Jadi sebetulnya aspek-aspek dasar dari gerakan-gerakan kerakyatan bisa terlihat dari situ.
Bicara tentang masalah Papua dewasa ini, menyangkut masalah identitas Papua, dikatakan Muridan a.l.: Problemnya adalah identitas itu bisa bersifat objektif atau subjektif. Ketika menjadi identitas subjektif seringkali menjadi audiological screen atau sebagai alat yang dipakai untuk melihat apa sebetulnya yang ada di balik pemikiran seseorang ketika dia berbicara tentang ke-Papuaan yang asli atau tentang Islam dan Kristen. Sebenarnya apa yang ada di kepala mereka itu adalah proyek bisnis keamanan saja. Ada proyek-proyek yang memang mempunyai kepentingan ekonomi dan politik tersendiri di sana. Itu yang harus dibongkar.
Begitu juga di Papua, ada masalah separatisme, ada masalah pendatang dan asli, tapi sebetulnya yang ada di belakang itu adalah perebutan sumber daya. Itu yang harus diverifikasi sehingga kita memahami masalah konflik-konflik yang sekarang dan juga konflik-konflik vertikal dan horizontal yang ada di Indonesia Timur. Betul-betul melihat bahwa sumbernya ada pada persoalan ekonomi dan politik (wawancara Muridan yg disiarkan dalam Papua Watch -- 30 April 2005).
* * *
Apa yang disinggung di atas mengenai tesis Muridan adalah sebagian kecil saja. Sekadar untuk mendapat gambaran umum tentang apa yang akan dikemukakannya besok itu. Hanya sebagai pemula saja. Isi dari tesisnya jauh lebih luas dan lebih dalam. Yang paling baik adalah mendengarkan dan membaca sendiri tesis Murian dalam kesempatan lain.
Mudah-mudahan pengalaman dan hasil studi Muridan S. Widjoyo akan menjadi penggugah bagi kaum terpelajar kita, khususnya dari generasi muda, untuk lebih baik lagi mempelajari masalah daerah dan latar belakar sejarah suku-suku bangsa Indonesia yang bersatu dalam satu nation Indonesia. Hanya dengan cara ilmiah dan bijaksana, Indonesia akan mampu menemukan solusi sebaiknya atas kasus-kasus yang menyangkut daerah.
Agar kasus-kasus daerah, tidak disalah-gunakan oleh siapa pun, untuk menyulut dan mengobarkan separatisme dan dengan demikian membahayakan eksistensi dan kesatuan serta persatuan Indonesia sebagai bangsa dan negara .
Kita tutup tulisan singkat ini dengan mengucapkan SELAMAT dan SUKSES kepada Muridan.
* * *
No comments:
Post a Comment