*----------------------------------
BIODATA SINGKAT.
-----------------------------------
*
*Nama: IBRAHIM ISA, ALIAS BRAMIJN*
Kelahiran Jakarta, 20 Agustus 1930.
Kegiatan utama dewasa ini adalah sebagai P u b l i s i s, penulis
esay-esay politik Indonesia;
berdomisili di Amsterdam, Holland.
Anggota Pengurus dan Sekretaris: WERTHIM FOUNDATION
Ibrahim Isa adalah salah seorang ‘political dissidents’, disiden
politik, yang sejak 1966, termasuk dalam daftar hitam penguasa, sehingga
tidak bisa kembali ke Indonesia. Ia tidak bisa pulang, karena sikap dan
perlawanan politiknya terhadap rezim Jendral Suharto (Orba). Karena
keyakinan politik dan kegiatannya itu, penguasa di Jakarta yang
dikepalai oleh Jendral Suharto memberikan cap ‘pengkhianat bangsa’
kepada Ibrahim Isa.
Kongkritnya, ialah disebabkan oleh kegiatan yang dilakukan I. Isa
menjelang dan selama Konferensi Trikontinental (Asia-Afrika-Amerika
Latin) di Havana, Kuba, Januari 1966.
//
Didalam konfrensi tsb Ibrahim Isa, sebagai Ketua Delegasi Indonesia ke
Konferensi Trikontinental di Havana, untuk pertama kalinya, dimuka suatu
konferensi internasional Asia-Afrika-Amerika Latin, menjelaskan tentang
situasi gawat Indonesia, setelah peristiwa G30S, dimana Jendral Suharto,
memulai kampanye pembunuhan masal terhadap rakyat yang tidak bersalah,
yang dituduh komunis, Kiri dan pengikut Bung Karno.
Di dalam Konferensi Trikonental Asia-Afrika-Amerika Latin, Ibrahim Isa,
atas nama Delegasi Indonesia, telah menyerukan kepada dunia
internasional, untuk memberikan sokongan dan setiakawan terhadap
perjuangan rakyat Indonesia melawan rezim tirani Suharto. Konferensi
Trikontinental sebagai respon terhadap seruan tsb telah mengambil
resolusi menyokong perjuangan rakyat Indonesia melawan persekusi dan
teror kaum militer Kanan Indonesia.
Dalam pertemuan yang diadakan Menteri Kumdang Yusril Izha Mahendra (Yang
datang membawa Instruksi Presiden Abdurrahman Wahid No. 1, Th 2000,
untuk mengurus orang-orang Indonesia yang terhalan pulang) , di KBRI di
Den Haag, Belanda, pada bulan Januari 2000, dengan orang-orang Indonesia
yang tidak bisa pulang, sesudah peristiwa G30S,---- Ibrahim Isa dengan
resmi mengajukan kepada pemerintah, untuk mencabut TAP-MPRS No,
XXV/1966, serta memulihkan hak-hak politik dan sipil jutaan warganegara
Indonesia, yang secara tidak adil dan tidak sah telah dipersekusi dan
didiskriminasi atas tuduhan terlibat dengan peristiwa G30S.
Aktif di Amnesty International Nederland, bersama dengan beberapa orang
Indonesia lainnya, Ibrahim Isa mendirikan sebuah lembaga penelitian di
Amsterdam, yaitu “Stichting Azie Studies, Onderzoek en Informatie”. Pada
permulaan berdirinya lembaga penelitian tsb, Ibrahim Isa adalah anggota
pengurus dan sekretaris dari lembaga tsb.
Sejak permulaan tahun limapuluhan, kecuali sebagai guru, Ibrahim Isa
juga aktif di pelbagai organisasi kemasyarakatan, seperti lembaga
pendidikan Perguruan “KRIS”, sebagai Sekretgaris Umum. Sejak 1959,
Ibrahim Isa adalah Sekretaris Jendral Organisasi Setiakawan
Rakyat-Rakyat Asia-Afrika (OISRAA).
Pada tahun 1960, dengan bekerjasama dengan Kementerian Luarnegeri RI,
Isa dikirim ke Sekretariat Tetap Organisasi Setiakawan Rakyat
Asia-Afrika di Cairo, Mesir, untuk mewakili Indonesia, dalam badan
Asia-Afrika tsb. Isa juga menjabat Sekretaris dari Komite Dana
Asia-Afrika yang berkantor di Conackry, Guinea, pada paruh pertama tahun
enampuluhan.
Antara permulaan tahun limapuluhan sampai tahun enampuluhan, Ibrahim
Isa, berkali-kali mewakili Indonesia dalam pelbagai konferensi
internasional Asia-Afrika (NGO), untuk menyokong gerakan kemerdekaan di
negeri-negeri tsb.
Dalam tahun 2002 telah terbit di Jakarta, buku Ibrahim Isa berjudul
SUARA SEORANG EKSIL.
Sejak 1998 Ibrahim telah menulis lebih dari 450 esay-esay mengenai
perkembangan politik Indonesia sejak Reformasi.
* * * *
Sunday, August 5, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Pak, kalau saya mau tanya-tanya seputaran amnesty international, kemana saya bisa menghubungi bapak? terimakasih. rahmawatyamelia@yahoo.co.id
Post a Comment