Assalamu'alaikum wrwb,
Lega hati saya setelah mengetahui Bapak dan keluarga sudah pulang ke Indonesia.
Semoga Menteri Hukum dan Ham yang baru memberi respon dan waktunya agar paspor Bapak segera diberikan.
Buku pertama ini ditulis atas dasar niat awal mencari dana untuk organisasi kawin campur para wanita Indonesia yg menikah dengan orang asing, saya menjadi volunteer di tim risetnya. Sehingga nilai royalti akan disumbangkan walaupun demikian ternyata dalam organisasi ada pro dan kontra soal nama pengarang, tetapi saya bertekad tetap menggunakan nama saya sebagai pengarang, sebab saya sendiri yang menyusun dan menulisnya dan saya juga yg sdh mengeluarkan materiil dan moril unutk buku ini. Pihak organisasi sebelumnya (pendiri) ingin memakai nama KPC melati WW.
Karena saya di tim riset, mereka anggap saya ambil data dari organisasi walaupun saya sduah menulis surat resmi permohonan mengambil data, karena tidak dibalas oleh pendirinya saya urungkan niat ambil data dari organisasi, tetapi saya membeli buku-2 melalui amazon.com ( mengemis suami yang hanya seorang teknisi di kilang minyaK) untuk memakai kredit cardnya beli buku online. Sebab buku-2 di Yunani terutama bahasa asing sangat mahal dan harganya dua kali lipat dari harga yg dijual oleh amazon.com.
Perjalanan menulis buku pertama ini melalui banyak halangan dan rintangan, dan bahkan semula kontributor hanya menyumbang eh akhirnya minta bagian royalti, jadi saya mengirim pernyataan memberi royalti 50% unutk www.kpcmelati.org dan 5 orang kontributor diberi masing- masing 5% hasil royalti, sehingga saya dapat 25% royalti. Saya bahkan berdebat dengansuami sebab say pakai kartunya hingga 200 dolar beli buku, dan juga uang belanja bahkan saya pakai beli buku lagi di toko buku Yunani.Saya begadang menulis ketika anak-2 sudah tidur.
Saya kirim naskah ke penerbit Gramedia dengan harapan dapat diterbitkan, tetapi setelah sebulan belum ada kabar, ternyata melalui seorang kenalan di internet pendiri mailing list penulis bestseller (Edy Zaqeus) , telpon langsung ke Gramedia, ternyata naskah saya kurang lengkap, belum ada endorsement dan sinopsis. Maklum saya ibu rumah tangga dengan 3 anak balita, dan urus rumah sendiri, jadi tidak banyak waktu untuk mengembara di internet cari info tentang tata cara kirim naskah.
Untunglah endorsement dapat walau sedikti, dan besok Senin saya mau kirim naskah lagi beserta kelengkapannya ke Gramedia lagi mumpung belum ada kabar ditolak.
Jika ditolakpun nanti saya kan cari penerbit lain yang mau menerima.
Itulah sebabnya saya menulis buku ini agar generasi muda Indonesia tahu bagaimana sulitnya hidup di negeri orang, apalagi saya ada rasa penyesalan yang dalam menikah denganorang Yunani dan berhenti kerja yg sudah saya rintis sejak lama, itulah ada kerinduan dalam pada ayah ( beliau suka cerita ttg politik dan diskusi dengan saya sejak kecil).
JIka buku ini nantinya diterbitkan pasti akan saya kirimkan ke Bapak, besok saya juga akan kirim naskah buku ini ke Etek Betty, agar mereka semua tahu semua tentang suka duka hidup saya yang memang tidak pernah saya ceritakan pada siapapun.
Telponlah keluarga Nur Sutan Iskandar , mereka pasti senang menerima telpon dari Bapak.
Paseban, saya tinggal di daerah tersebut ( percetakan negara) ketika mengontrak rumah dengan suami pertama, ada ceritanya di buku. juga kantor tempat saya kerja dekat dengan Paseban, saya sering makan bakso di pasar Paseban, pasti kalau ke Jakarta saya mau datang sholat ke mesjid tsb, setiap saya pulang selalu pergi ke mesjid sendiri dan sholat maghrib atau Zuhur, tidka seorang pun tahu bagaimana kerinduan saya pada mesjid yg tidak ada di athena dan Megara kota tempat ssya tinggal.
Wassalam dan Selamat Hari Ibu untuk Ibu dan putri Bapak.
isa
IBRAHIM ISA
----------------
13 MEI 2007
Sdri Hartati y.b.,
Terima kasih atas perhatian Anda terhadap tulisan-tulisan saya.
Karena saya gemar menulis dan dalam hampir 10 tahun belakangan ini
mencadi titik berat
kegiatan saya di Amsterdam, sekaligus menjadi hobby saya, maka saya gembira
bila orang mau, lebih-lebih lagi, bila suka membaca tulisan tsb Sumber
informasi
untuk tulisan saya, adalah media Indonesia dan internasional. Terlebih
penting
lagi ialah kontak-kontak langsung saya dengan keluarga dan teman-teman
di Indonesia.
Selain sudah berkali-kali kami sekeluarga mengunjungi Indonesia.
Belakangan tahun 2005.
Orang tidak perlu menyetujui apa yang saya tulis. Tanggapan dan kritik
diharapkan sekali.
Yang penting dibaca dan dipertimbangkan. Barangkali ada gunanya.
* * *
Anda sudah mulai mengenal saya.
Anda pernah tanya, apakah saya Muslim. Sudah dijawab, YA!.
Keluarga kami adalah keluarga yang religius. Sekaligus menolak
ekstremisme dalam pemahaman agama.
Keluarga kami bersikap toleran terhadap makhluk Allah lainnya, yang
punya keyakinan agama lain.
Pada akhir tahun 2005, keluarga besar Isa di Inonesia (termasuk saya)
kumpul di Jakarta, dan saya diminta untuk ikut meresmikan mesjid
keluarga besar Isa
di Jalan Paseban. --
(Dengan paspor Nederland, saya nengunjungi Indonesia bersama istri,
pertama kali dalam tahun 1994, semasa rezim Orba. Saya menigggalkan
Indonesia tahun 1960 untuk berdomisili di Cairo, karena pekerjaan. Pada
tahun 1966 paspor saya, dengan sewenang-wenang
atas tuduhan dan fitnahan belaka, dicabut oleh Orba. Maka menjadi 'orang
yang terhalang pulang'.
Belakangan pemerintah/ KBRI Den Haag mengatakan akan mengurus
diberikannya paspor
RI yang baru, melalui prosedur khusus yang memudahkan. Untuk itu
direncanakan Menteri Awaludin Hamid
akan berkunjung ke Belanda. Saya dengan tegas mengajukan kepada KBRI dan
pemerintah
agar pemerintah pertama-tama harus mengaku salah dan kemudian minta
maaf, karena Orba di waktu yang lalu secara sewenang-wenang
dengan melanggar prosedur dan hukum yang berlaku, semata-mata atas dasar
tuduhan dan fitnah
telah mencabut paspor sejumlah warganegara.
Tetapi Menteri A. Hamid tak kunjung datang, dan sekarang beliau sudah
diganti dengan menteri baru:
Andi Matalata. Itulah sebabnya saya menulis tentang soal ini. ) --
Nama mesjid keluarga besar Isa tsb ialah, 'Mesjid Ummul Sakinah'.
Disitulah, pada akhir 2005, saya mengucapkan pidato peresmian Mesjid
Ummul Sakinah'.
Mesjid tsb adalah keluarga besar kami yang mendanai dan mengurusnya,
tetapis sifatnya adalah MESJID UMUM. Terbuka
bagi setiap Muslimin dan Muslimat, untuk beribadah di situ.
Selain mesjid disampingnya dibangun semacam 'asrama' bagi siswa-siswi'
(untuk kurang lebih duapuluhan)
yang melakukan studinya di Jakarta.
Jadi semacam pemondokan. Juga ada perpustakaannya. Maksudnya membantu
mereka-mereka
yang kurang mampu. Untuk bisa menghindari ongkos pemondokan biasa,
yang lebih mahal.
Satu pertanyaan: Kapan buku Anda itu diterbitkan.
Mohon dikirimkan satu eksemplar untuk saya nikmati.
Mengharapkan Anda sekeluarga sehat-sehat saja adanya.
Amin.
Ibrahim Isa
--------------------------------------------------------
Hartati Papafragos schreef:
> Assalamu'alaikum wr wb,
>
> Pak Ibrahim, jujur saya sekarang menunggu terus tulisan anda.
> Walaupun ada sisi idealisme yg berbeda antara saya dan Bapak , namun saya kagum pada Bapak sebagai seorang Indonesia.
>
> I am curios, apakah Bapak sama sekali tidak pernah diijinkan pulang masuk ke wilayah RI? atau Bapak bisa masuk RI dengan paspor asing?
>
> Bagaimana cara menghilangkan kerinduan pada tanah air, jika selama ini Bapak tidak pernah pulang? Sebab, audio visual (tv) dan mass media tidak sama dengan penglihatan objek dengan mata kepala sendiri. Ini yg saya alami setiap pulang ke Jakarta setiap tahun selalu ada yg berubah.
>
> Terima kasih atas bantuan Bapak selama ini menolong saya membenahi naskah buku yg sekarang diberi judul" Ketika Timur Bertemu Barat", saya cek di daftar buku IKAPI belum ada judul itu, kalau buku luar banyak hanya dalam konteks lain.
>
>
> Wassalam wrwb
>
>
>
>
>
>
> isa wrote:
>
>
>> *IBRAHIM ISA - BERBAGI CERITA*
>>
>> *Sabtu, 12 Mei 2007*
>>
>> *--------------------------------------*
>>
>> *SEBAGAI ORANG INDONESIA HATIKU MONGKOK!*
>>
>>
>> Siapa FARID FIRMANSYAH? Dan siapa pula MUHAMMAD FIRMANSYAH KASIM. Lalu
>> RUDI HANDOKO? Tiga-tiga anak-muda itu, yang bisa dikatakan masih
>> 'anak-anak', adalah anak-anak muda belia Indonesia. Belakangan ini
>> nama-nama mereka mencuat di media dalam negeri maupun luarnegeri.
>>
>>
>>
>> Dua minggu yang lalu, tak ada, --- kalau tokh ada ---, sedikit sekali,
>> yang kenal akan nama-nama Farid Firmansyah, Rudi Handoko ataupun Muh.
>> Firmansyah Kasim.
>>
>>
>>
>> * * *
>>
>>
>>
>> FARID FIRMANSYAH, -- siapa pelajar asal Bekasi (Jabar) ini? Farid
>> Firmansyah sebenarnya sudah dikenal juga sebagai Juara Catur Siswa
>> (Nasional). Sekarang dunia mengetahui bahwa yang tampil sebagai JUARA
>> CATUR SISWA SEDUNIA, adalah FARID FIRMANSYAH. Kejuaraaan dunia ini
>> direbutnya setelah mengalahkan pecatur Junani, Kazantsis Ilias, dengan
>> nilai total 8,5 untuk 'Kelompok Umur Di bawah 15th' (KU-15).
>> 'KEJUARAAN DUNIA PELAJAR 2007', berlangsung di Halkidiki, Yunani pada
>> tanggal 5 Mei y.l. Disitulah Farid Firmansyah pemenangnya. Dengan
>> demikian telah membawa taraf permainan catur Indonesia ke taraf
>> internasional.
>>
>>
>> /* * */
>>
>>
>>
>> Lalu disusul lagi dengan peristiwa menggembirakan sekitar Olimpiade
>> Fisika Asia ke-8 y.l.
>>
>> Dalam Olimpiade Fisika Asia Ke-8, yang berlangsung di Shanghai,
>> Tiongkok, 22 - 28 April y.l., MUHAMMAD FIRMANSYAH KASIM, siswa kelas I
>> SMAN Athirah Makasar, dan RUDI HANDOKO, siswa kelas I SMA Sutomo 1,
>> Medan, MERAIH MEDALI EMAS.
>>
>> Mengenai Muhammad Firmansyah Kasim, 'Pontianak Pos' Sabtu ini, menulis
>> antara lain:
>>
>> 'Muhammad Firmansyah Kasim menjadi buah bibir di negeri ini. Prestasi
>> dia yang luar biasa dengan merebut medali emas Asian Physics Olympiad
>> (APhO), Shanghai, China, serta sederet medali lain di even Olimpiade
>> Fisika Internasional, membuat sosok ini begitu dikenal.
>>
>> MEMBANGGAKAN. Kata itu begitu lekat di bibir . . . Kata membanggakan
>> itu bukan untuk siapa-siapa, melainkan ditujukan khusus buat Muhammad
>> Firmansyah Kasim.
>>
>> Bagaimana tidak, . .Muhammad Firmansyah untuk kesekian kalinya
>> mengharumkan nama bangsa di pentas Olimpiade Internasional. Usai
>> merebut emas International Junior Science Olympiad (IJSO), Jogyakarta
>> (2005), medali perunggu Asian Physics Olympiad (APhO), Kazakhstan
>> (2006), perak di International Physics Olympiad (IPhO), Singapura,
>> (2006), Firman lagi-lagi menyabet emas pada Asian Physics Olympiad
>> (APhO), Shanghai, (2007), baru-baru ini.
>>
>> 'Sebenarnya, ia sudah ditawari beasiswa untuk melanjutkan kuliahnya
>> nanti di luar negeri. Hanya saja Firman menolaknya. Firman mengaku
>> ingin tetap di Indonesia dan mau kuliah SI di ITB. Untuk pasca
>> sarjananya, memang Firman ingin di luar negeri'.Demikian a.l
>> 'Pontianak Pos', 12 Mei 2007.
>>
>>
>>
>> * * *
>>
>>
>> Tak perlu kusembunyikan . . . HATIKU MONGKOK. Belum lama wartawan
>> senior H. Rosihan Anwar berucap, bahwa ia 'tidak malu sebagai orang
>> Indonesia'. Maka sekarang ini, tak salah ucapanku, setelah prestasi
>> yang dicapai siswa-siswa Indonesia pada pertandingan catur maupun
>> Olimpiad Fisika, bahwa: -- 'Bolehlah kita berbangga, berbesar hati,
>> menjadi orang Indonesia'. 'Hatiku mongkok', lahir di dunia ini sebagai
>> orang Indonesia.
>>
>>
>>
>> Kebanggaan nasional mencuat sejadi-jadinya, dengan tak disadari
>> berbicara hati kecilku: Siapa bilang orang Indonesia bodoh? Sebentar
>> .. sebentar dulu! Apakah perasaan, emosiku itu suatu permunculan yang
>> tak disadari dari suatu semangat n a s i o n a l i s m e s e m p i t ?
>> Bahkan chauvinisme-nasional? Atau semacam NAZI-nya
>> (Nationalsozialist-nya) Hitler, yang seratus persen adalah chauvinisme
>> nasional sempit, rasis dan fasis. Atau sama dengan politik Orba dan
>> pendukung-pendukungnya yang membenarkan agresi, okupasi dan
>> peng-'anschluss'-an Timor Timur menjadi bagian dari propinsi Indonesia.
>>
>>
>>
>> Tentu tidak, rasa bangga sebagai orang Indonesia itu, seratus persen
>> bukan 'chauvinisme nasional' samasekali. Perasaan dan emosi itu wajar,
>> lumrah dan juga sehat! Ini dapat dipastikan, demikian pula perasaan
>> dan semangat bangsa kita umumnya.
>>
>> Benar sekali, 'chauvinisme-nasional' itu bertentangan dengan semangat
>> 'internasionalisme'. Selama ini aku merasa, bangsa kita, kaum demokrat
>> dan penganut faham nasionalisme-patriotik, melakukan kegiatan dan
>> berbuat, betapapun kecilnya, yang bersangkutan dengan negeri-negeri
>> tsb, dilakukan demi semangat solidaritas internasional terhadap
>> perjuangan kemerdekaan dan demokrasi di Afrika, Asia dan Amerika Latin.
>>
>>
>>
>> Berlangsungnya di negeri kita, Konferensi Asia-AFrika di Bandung pada
>> tahun 1955, yang melahirkan SEMANGAT BANDUNG, semangat solidaritas
>> dalam perjuangan bangsa-bangsa untuk kemerdekaan dan keadilan, adalah
>> manifestasi semangat internasionalisme yang bertentangan dengan
>> semangat chauvinisme-nasional. Aku sendiri, sebagaimana halnya kaum
>> demokrat yang patriotik dan progresif, merasa bahwa perjuangan untuk
>> kemerdekaan nasional dan demokrasi, hak-hak azasi manusia dan keadilan
>> sosial, yang dilakukan oleh bangsa dari negeri manapun, sebagai
>> perjuanganku sendiri, sebagai perjuangan bangsa kita sendiri.
>>
>>
>>
>> Salah seorang sahabat karibku yang biasa memberikan komentar tajam dan
>> kritis, suatu ketika, mengomentari tulisan-tulisanku. Ia berkomentar
>> bahwa, tulisanku itu kok bersifat 'nasionalistis' sekali! Barangkali
>> maksudnya untuk membandingkannya dengan tulisan-tulisanku lainnya yang
>> dianggapnya 'progresif'.
>>
>> Aku fikir, sesungguhnya pejuang-pejuang kemerdekaan dan demokrasi di
>> Indonesia, tidak pernah memisahkan semangat dan jiwa cinta tanah air
>> dan bangsa, jiwa dan semangat nasional yang patriotik dan progresif-
>> dengan fikiran demokratis-sosialis. Lihat saja perjuangan para
>> 'founding fathers' kita, pendahulu-pendahulu pejuang anti-kolonialisme
>> demi kemerdekaan untuk Indonesia yang adil dan makmur. Kenyataannya
>> mereka itu, banyak yang sosialis, banyak yang nasionalis dan banyak
>> yang komunis. Siapa yang meragukan jiwa cinta tanah air dan bangsa,
>> yang nasionalis-patrotik yang berkobar-kobar di dada mereka. Bahkan
>> pencetus dan pendorong serta visi mereka itu, kebanyakan adalah
>> perpaduan nasionalisme dengan sosialisme, bahkan Islamisme dengan
>> sosialisme. Itulah sebabnya Bung Karno dengan sepenuh hati sejak dulu
>> memperjuangkan persatuan antara Nasionalisme, Islamisme dan Marxisme.
>>
>>
>>
>> * * *
>>
>>
>>
>> Kebanggaanku sebagai orang Indonesia, tentu, bukan saja, disebabkan
>> munculnya orang-orang Indonesia yang menunjukkan keunggulannya di
>> bidang a.l olah-raga bulu tangkis (dalam waktu panjang), catur
>> (junior) dan kecerdesan (pengetahuan ilmu fisika -junior). Banyak
>> sebab lainnya yang membikin kita pantas dan berhak merasa bangga
>> sebagai orang Indonesia.
>>
>>
>>
>> Seperti halnya kita bangga dewasa ini memiliki cendekiawan-cendekiawan
>> generasi muda yang bebas dan berani berfikir sendiri. Berani dan punya
>> kemauan keras untuk meluruskan atau 'menjenihkan' sejarah bangsa kita
>> yang telah dipalsu, 'diplintir' dan direkayasa oleh Orba dan para
>> 'pakar' pendukung Orba.
>>
>>
>>
>> Last but not least, kebanggaan nasional kita wajar dan patut, karena
>> di kalangan bangsa kita terdapat pejuang-pejuang kemerdekaan dan
>> pembangun nasion Indonesia, negarawan pemersatu kesatuan dan persatuan
>> bangsa, seperti BUNG KARNO, BUNG HATTA, SYAHRIR, TAN MALAKA, HAJI AGUS
>> SALIM, AMIR SYARIFUDDIN, dan banyak lainnya lagi.
>>
>>
>>
>> Itu semua membikin kebanggaan nasional kita semakin kokoh, memupuk
>> sehat kesadaran berbangsa yang kita khayati selama ini dan untuk
>> selanjutnya!
>>
>>
>>
>> * * *
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>>
>
>
>
>
> Hartati Nurwidjaya Papafragos
> Megara, greece
>
> ---------------------------------
No comments:
Post a Comment