IBRAHIM ISA
----------------
20 JAN 2007
-------------------------------
SEKITAR MAO dan buku JUNG CHANG
-------------------------------
Bung Asahan y.b.,
Terima kasih atas perhatian Anda terhadap tulisan saya.
Seorang kawan (SML) meminjami saya buku Jung Chang yang ditulisnya
bersama suaminya Jon Halliday, (seorang sejarawan), terjemahan bahasa
Belandanya (terbitan Globalflair Ltd, 2005), yang judul aslinya,
ialah, MAO, THE UNKNOWN STORY, oleh Penerbit Jonatan Cape, London.
Buku itu tebalnya 941 halaman. Terus terang, belum habis saja baca.
Tetapi sudah mulai membacanya. Sudah tahu juga kemana maksud dua
penulisnya itu.
Jung Chang dan suaminya, yang (menurut pengakuannya sendiri) telah
melakukan penelitian dan studi intensif tentang riwayat Mao, pada
akhirnya menyimpulkan bahwa Mao bukanlah orang yang diilhami oleh
idealisme atau ideologi. Tapi seorang tukang komplot, meracuni orang
dan pemeras. Tujuan Mao yang dirahasiakannya adalah menguasai
dunia. Demikian tulis penerbitnya.
Dalam epilognya Jung Chang menulis, bahwa 'juga sekarang ini potret
Mao dan jenazahnya masih berdominasi di Lapangan Tiananmen. Rezim
Komunis yang sekarang ini masih menyebut dirinya pewaris Mao dan
meneruskan dengan cara agresif mitos MAO'. Demikian Jung Chang.
Maka tidak heran, bahwa buku Jung Chang ini laku sekali di pasaran
buku internasional, khususnya di dunia Barat yang anti-Komunis dan
yang amat khawatir akan 'bahaya' munculnya 'superpower baru' yang
bernama Republik Rakyat Tiongkok.
Dalam artian ini buku Jung Chang itu telah memberikan input yang
disambut baik oleh fihak Barat.
Dengan sendirinya sebagai pembaca tetap harus bersikap open minded
dan kritis membaca buku Jung Chang itu. Sebagaimana halnya jika
membaca buku-buku sejarawan lainnya.
* * *
Ada sebuah buku lainnya, yang klasik tentang Tiongkok dan Mao yang
juga termasuk bestseller di pasar buku internasional dulu, termasuk
di Barat.Yaitu buku Edgar Snow, wartawan Amerika, yang dalam tahun
1936, khusus mengunjungi Yenan, daerah basis Tentara Merah Tiongkok,
dan daerah basis perlawanan perang anti-Jepang, di Shanxi Utara.
Kiranya Anda juga sudah membacanya. Judul buku Snow itu: RED STAR OVER
CHINA. Disitu dilukiskan perjuangan Tentara Merah Tiongkok melawan
Jepang, di bawah pimpinan Partai Komunis Tiongkok. yang bermarkas di
gua-gua pegunungan Yenan. Snow mewawancarai banyak tokoh-tokoh
pimpinan PKT, khususnya juga Mao Tsetung.
* * *
Dalam tahun 1972 Snow menambahkan pada bukunya, bahwa bukunya itu
memberikan tidak saja kepada pembaca non-Chinese, tetapi juga bagi
seluruh rakyat Tiongkok -- termasuk semua kecuali pimpinan Tiongkok
itu sendiri -- catatan penulisan pertama yang otentik tentang Partai
Komunis Tiongkok dan sehubungan dengan itu penulisan pertama mengenai
pejuangan tahan lama mereka untuk melaksanakan revolusi sosial yang
paling mendalam di Tiongkok selama 3000 tahun sejarah Tiongkok..(Kata
pengantar pada Edisi yang diperbaiki dari buku Red Star Over China)
Buku Snow mengisahkan tentang China's REVOLUTION IN THE MAKING,
dengan Mao sebagai pimpinan utamanya.
Penulis lainnya yang menulis buku LONG MARCH kaum Komunis Tiongkok,
Ed Jocelyn namanya, juga kritis terhadap Mao dalam banyak hal,
tetapi amat tidak sependapat dengan Jung Chang dan Halliday.
Kiranya buku Edgar Snow ini lebih mendekati obyektivitas dibanding
buku-buku lainnya yang serupa.Mungkin saja karena ia ditulis dalam
situasi belum adanya Perang Dingin.
Bung Asahan y.b.,
Masih begitu banyak lagi buku yang telah ditulis mengenai Mao dan
Tiongkok.
Memang, kalau ada waktu baik juga untuk membacanya.
Salam hangat,
IBRAHIM ISA
----------------------------------------
SURAT ASAHAN :
Pak Ibrahim Isa Yb.
Apakah bapak sudah pernah membaca buku "MAO" karangan Yung Chang? (
terjemahan bahasa Belanda). Bila belum dan bapak berminat membacanya
saya bisa meminjamkannya pada bapak.
Salam.
asahan
Monday, April 2, 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment