Wednesday, August 26, 2009

BAGAIMANA MEMAHAMI MAKNA REVOLUSI

Kolom IBRAHIM ISA

Jum'at, 24 Juli 2009

---------------------------------

BAGAIMANA MEMAHAMI MAKNA REVOLUSI



Beberapa hari belakangan ini ramai politisi, elite dan media Indonesia mempersoalkan masalah REVOLUSI. Dalam hatiku: Bagus sekali ! Bahwa masalah REVOLUSI menjadi hangat dibicarakan. Dengan sendirinya masing-masing menyatakan pemahamannya sendiri mengenai apa itu Revolusi. Sehubungan dengan pemberitaan adanya 'ancaman' (kepada SBY), bila SBYmemang akan timbul revolusi,tampaknya memancing reaksi fihak lainnya. Muncul berita di media bahawa Mega dan Prabowo juga akan melaksanakan revolusi (bila menang) . Tak lama lagi disusul pula dengan pernyataan fihak SBY/Partai Demkrat tentang 'QUITE REVOLUTION' atau 'REVOLUSI SENYAP' yang mereka adakan. .

Menjadi jelas bahwa kata REVOLUSI itu, interpretasi apa itu revolusi bukanlah monopoli penguasa, politisi, pakar ataupun elite. Nyatanya yang mula membicarakan masalah revolusi, mungkin, adalah para pemikir. Mereka mencoba merumuskan: APA SIH YANG DINAMAKAN REVOLUSI ITU. Sekali tempo di negeri kita, revolusi itu tabu untuk diomongkan. Namun kalangan lainnya menganggap bahwa revolusi itu adalah sesuatu yang positif! Yang diperlukan oleh masyrakat itu sendiri agar tidak mandek, tidak jalan di tempat! Malah ditegaskan bahwa revolusi itu merupakan hukum alam. Tidak bisa ditangkal atau dicegah. Ia akan muncul, meletus bila syarat-syaratnya sudah tersedia. Disukai atau tidak. Ditakuti atau diharapkan, disepanjang sejarah masyarakat manusia, Revolsui itu bagian yang tak terhindarkan dari kehidupan dan perkembangan masyarakat. Bisa dilihat di catatan sejarah, bahwa sesudah terjadinya Revolusi, biasanya disusul oleh lompatan kemajuan dan perkembangan yang lebih cepat dalam masyarakat sesuatu bangsa. Cobalah liat hal ini pada Revolusi Perancis, Revolusk Amerika, Revolusi Oktober Rusia, Revolusi Tiongkok, Revolusi Vietnam, Revolusi Aljazair, Revolusi Cuba, dan . . . . REVOLUSI INDONESIA.

Bagi kita sejak semula kata revolusi itu bukan barang tabu. Bukan sesuatu yang aneh. Bukan sesuatu yang tidak difahami. Republik Indonesia lahir berkat atau dimulai denga kalimat, pengumuman PROKLAMASI KEMERDEKAAN. SUATU REVOLUSI. Maka sering disebut REVOLUSI AGUSTUS 1945. Sebagai suatu nasion muda yang lahirnya dimulai dan digembleng dalam kancah perjuangan damai dan peperangan, kata REVOLUSI bukan suatu istilah yang tidak dimengerti. Bagi bangsa kita REVOLUSI itu adalah suatu berkah. Sesuatu yang pecah sebagai puncak perlawanan terhadap ketidakadilan, penindasan dan dominasi kolonialisme dan kekuasaan militer Jepang. Republik Indonesia lahir dan terkonsolidasi di dalam kancah Revolusi Agustus 1945. Maka siapa berani bilang kita takut atau emoh revolusi. Siapa bilang kita tidak mengerti revousi.

* * *

Hanyalah sejak rezim Orde Baru berkuasa, kata revolusi itu menjadi 'tabu'. Orang jadi takut membicarakan masalah revolusi. Karena masyarakat dibikin takut terhadap revolsui. Revolusi digambarkan sebagai suatu bencana, sebagai sutu kejahatan. Tidak aneh. Karena Orde Baru lahir dan berjaya, dengan menggulingkan Bapak Nasion dan Guru Revolusi Indonesia, Bung Karno. Yang menjadi soal. Apakah sesudah menggulingkan rezim Orde Baru, memasuki periode Reformasi, warisan Orba tsb masih hendak diteruskan?

Syukur alhamdulillah, karena sekarang ini partainya Presiden SBY sendiri, Partai Demokrat yang menyatakan bahwa selama ini Partai Demokrat beragendakan dan melakukan Revolusi. Jelasnya suatu QUITE REVOLUTION. Revolusi Senyap, begitu! Mungkin ini sebagai reaksi terhadap pernyataan dari fihak PDI-P, bahwa Mega dan Prabowo, bila menang, akan mengadakan REVOLUSI.

Mari ikuti penjelasan yang diberikan oleh Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono, apa yang dimaksudkannya dengan 'quiet revolution' . Partai Demokrat yang didirikan dan dibina sejak 2001 telah melakukan quiet revolution (revolusi senyap). Makanya mampu menang dalam pemilihan umum legislatif pada 9 April 2009.

Revolusi senyap itu dilakukan sejak 2005 melalui sebuah perencanaan dan persiapan. "Diam-diam, melaksanakan quiet revolution."

Revolusi senyap itu memperkuat infrastruktur, meningkatkan kemampaun kader, dan pembekalan lain. "Tiap-tiap kader ikut pelatihan kepemimpinan selama dua minggu".

Revolusi senyap dikatakan salah satu dari lima faktor atau kunci keberhasilan Partai Demokrat meningkatkan raihan suara hampir 300 persen. Empat faktor lain adalah rahmat Tuhan, kerja keras, kekompakan, dan program prorakyat yang digelontorkan dalam bentuk BLT dan sebagainya.

Lima tahun tanpa banyak publikasi, kami menata diri, membenahi diri untuk hasil yang lebih baik,"

Demikian penjelasaqn SBY sendiri mengenai apa yang dimaksudkannya dengan QUIET REVOLUTION .



Maka, dalam dunia kehidupan yang nyata, tidak ada tempat bagi siapa saja yang 'alergi', takut, atau phobi revolusi. Karena alergi, takut dan phobi terhadap revolusi, tak ada gunanya, karena pada suatu ketika REVOLUSI ITU TOH AKAN TERJADI.

Sehingga, bisa timbul kesan seolah-seolah tak ada isu atau kasus lain yang lebih urgen dan menarik di Indonesia dewasa ini, selain masalah REVOLUSI. Ditelusuri ke belakang, isu ini muncul dan membengkak terus, diawali oleh pemilu kemudian pilpres. Jadi hangat dibicarakan, karena ternyata 'incumbant president', presiden yang sedang berfungsi menggondol kemenangan. Kemudian diberitakan bahwa telah dideteksi sejumlah ketidak-wajaran atau kekisruhan, bahkan disebut ksesengajaan menjurus rekayasa sekitar pencatatan daftar pemilih. Tidak aneh, bahwa fihak yang kalah yang mempersoalkan 'ketidak-beresan' pemilu, teristimewa pilpres.

Dimana-mana begitu! Di Iran masih saja 'ramai' sekitar 'rekayasa' yang terjadi dalam pemilihan presiden. Presiden Ahmadinejad keluar sebagai pemenang. Oposisi yang dikepalai oleh Mousavi, menggugat hasil pemilu. Muncul demonstrasi berhari-hari diikuti oleh ribuan massa. Aparat keamanan bertindak melarang dan menindas kaum oposisi. Tampil para ayatolah dan mullah membenarkan Ahmadinejad. Kemudian tampil mantan presiden Rafsanjani, yang sedikit banyak menunjukkan keberfihakannya pada oposisi. Sampai sekarang masalah pemalsuan pemilu sebagai dituduhkan oposisi, masih belum selesai di Iran. Mantan presiden Iran, Ali Khatami, seperti halnya mantan calon presiden Ali Akbar Rafsanjani, tiga hari yang lalu menyatakan bahwa krisis yang ada sekarang sekitar terpilihanya kembali Presiden Mahmoud Ahamdinejad hanya bisa diselesaikan lewat referendum. Ini bertentangan dengan keputusan kekuasaan tertinggi Iran dibawah ayatollah Ali Khamenei, bahwa pemilihan lalu sudah sah.

Nah, muncul suara-suara, bahwa akan terjadi Revolusi Iran Edisi Kedua, sesudah Revolusi Iran th 70-an yang juga diklaim sebagai Revolusi Islam menggulingkan Syah Reza Pahlevi.

* * *

Meragukan hasil pemilihan bukan sesuatu yang baru. Di banyak negeri sering terjadi pemenang pemilihan tsb memang melakukan rekayasa. Artinya terjadi ketidakjujuran. Jangan jauh-jauh ambil contoh. Liat saja hasil pemilihan presiden Amerika dimana Georege Bush keluar sebagai pemenang. Di Amerika saja, suatu negara yang dikatakan merupakan negara demokrasi terbesar di dunia, berumur 200 tahun lebih masih bisa terjadi 'kehebohan' sekitar hasil pemilihan persiden. Begitu 'rumitnya' menentukan siapa yang menang, sehingga akhirnya diserahkan kepada Mahkamah Agung untuk menentukan siapa yang benar-benar telah memenangkan pemilihan presiden AS tahun itu.

Timbullah klaim, bahwa Bush jadi presiden bukan hasil pemilihan, tetapi adalah ketentuan oleh Mahkamah Agung. Jadi Bush bukan presiden pilihan rakyat. Namun, George Bush sempat berkuasa 8 tahun. Sempat melancarkan perang agresi di Irak. Dengan dalih bahwa rezim Hussein, menyimpan 'senjata pemusnahan masal'. Presiden Bush juga sempat membangun penjara Guantanmo yang meninjak-injak hukum internasional mengenai tawanan perang. Dalih Bush memperlakukan tawanan Guantanamo di luar kemanusiaan memperlakukan tawanan. Presiden Bush bilang meraka itu bukan tawanan perang, tetapi 'foreign combattant', 'pejuang asing'. Tapi Presiden baru AS Barack Obama, memutuskan menutup penjara Guantanamo. Karena warisan Bush itu telah memerosotkan wajah AS di dunia iternasional sebagai suatu pelanggaran terhadap HAM.

* * *

Mari liat apa yang dikatakan oleh kalangan linguist seperti yang dimuat di 'Websters New International Dictionary', Volume II, H to R – Encyclopaedia Britannica, INC. 1981. Mengenai makna kata REVOLUSI, a.l dijelaskan, sbb: Revolusi adalah . . . 'suatu perubahan tiba-tiba, radikal atau keseluruhan. Selanjutnya, Revolusi itu adalah: Suatu perubahan fundamental dalam organisasi politik, atau dalam pemerintah,atau konstitusi dan digantikannya dengn pemerintah yang lain.

Memang, sebagai bangsa yang memulai revolusinya pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa kita telah mengadakan perubahan tiba-tiba, radikal dan menyeluruh atas kekuasaan di Indonesia, yang ketika itu masih dikuasai oleh balatentara Jepang. Revolsi Agustus pada mulanya tidak mengambil bentuk kekerasan, seperti umpamanya pemberontakan bersenjata dalam Revolusi Perancis, Revolusi Amerika, maupun Revolusi Sosialis Oktober 1917 di Rusia. Secara keseluruhan Revolusi Kemerdekaan Indonesia dimulai dengan damai. Di sana-sini terjadi kekerasan. Hanyalah sesudah tentara Inggris memulai konflik bersenjata di Surabaya, Revolusi memasuki tahap kekerasan bersenjata.

Bagaimana dengan 'revolusi' yang katanya hendak dilaksanakan oleh Mega-Prawobo? Nyatanya sekadar hendak mengadakan perubahan bersangkutan dengan diat/makanan anak-anak Indonesia. Yang dimaksudkan dengan revolusi adalah 'perubahan besar -besaran' dalam menu makanan anak-anak. Agar secara keseluruhan dan besar-besaran anak-anak Indonesia mulai minum susu. Supaya sehat dan pandai.

Tidakkah agak 'sederhana' bila begini caranya memaknakan arti REVOLUSI?

* * *

No comments: