Thursday, May 31, 2012

MUNGKIN INDONESIA PERLU REDAH HATI “BELAJAR” DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!!


Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 31 Mei 2012
----------------------------

MUNGKIN INDONESIA PERLU REDAH HATI “BELAJAR”
DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!!

Mengunjungi “Turki Modern”, “Turkinya Mustafa Kemal Attaturk”, dilakukan orang karena bermacam alasan dan motif. Sebagian terbesar pengunjung Turki melakukannya dalam rangka “ingin melihat negeri lain” selain dari negeri-negeri yang sudah dikunjungi sebelumnya. Sebagain besar dari orang-orang Eropah, Amerika dan Asia seperi Jepang, Taiwan, Singapur dan juga Tiongkok daratan, berkunjung ke Turki dalam rangka parawisata. “Jalan-jalan” ke Turki karena cuacanya lebih menjenangkan. Lebih sering matahari bersinar dalam musim liburan dibanding dengan negerinya.

Orang-orang yang berkunjung ke Turki dengan alasan “berparawisata”, merupakan sebagian terbesar pengunjung Turki setiap musim. Terutama pada musim semi dan musim panas. Tidak sedikit yang mengunjungi bagian sebelah Barart Turki. Karena disitu tanahnya lebih subur dan banyak gunung-gemunung dan bukit-bukit serta tanah dataran yang hijau. Nyaman dan indah dipandang serta dinikmati. Bisa menyaksikan kebun anggur, zaitun, kapas, tambakau dan tanaman buah-buahan lainnya yang memenuhi daerah luas dataran rendah dan dataran tinggi Turki.

Kutanyakan sebagian teman yang ikut dalam rombong Indonesia ke Turki (dari Belanda terdiri dari 32 orang. Yang paling tua berumur hampir 83 tahun dan yang paling muda berumur 10 tahun), mengapa pada musim semi ini mereka berkunjung ke Turki ? Jawaban yang diberikan umumnya sama. Yaitu karena “belum pernah ke Turki” dan ingin menyaksikan sendiri bagaimana negeri Turki itu.

Sementara teman Indonesia lainnya yang tidak sempat kutanyakan, tentu punya alasan dan sebab lain mengapa ikut dengan rombongan kunjungan ke Turki ini. Kami berdua, Murti dan aku, ambil bagian dalam kunjungan selama 8 hari ( 23 -31 Mei 2012) yang dipimpin oleh Taufik Tahrawi dari suatu perkumpulan arisan di Belanda; juga punya alasan kami sendiri.

Bila ditanya, mengapa aku tertarik ingin berkunjung ke Turki? Maka alasanku adalah, karena ingin mengenal Turki dari dekat. Negeri dan rakyatnya. Dalam waktu demikian singkatnya tentu amat tidak cukup untuk “mengenal” suatu negeri yang berpenduduk lebih dari 72 juta. Yang bisa diperoleh dari kunjungan itu adalah kesan-kesan pertama semata dari negeri dan mengenai orang-orang yang kebetulan dijumpai. Namun,8 hari di Turki berkunjung ke sekian banyak tempat dan dipandu oleh seorang pengantar orang setempat yang bisa berbahasa Belanda dan hampir setiap saat menceriterakan apa yang dilihat dan dikunjungi serta latar belakang sejarahnya, adalah suatu awal yang “lumayan” untuk mengenal lebih lanjut apakah yang dinamakan Turki modern itu. Tentu hal itu hanya diperoleh bila selanjutnya dengan seksama dan kritis membaca media dan literatur mengenai Turki Modern.

Tambahan lagi teman Turki yang menemani dan membimbing rombongan Indonesia ke Turki kali ini, bernama ISMAIL, adalah seorang intelektual yang ramah, menarik dan gembira serta mengenal betul sejarah negeri dan rakyat Turki.

Dalam tempo singkat selama 8 hari terus bersama Ismail, telah menjadikannya sahabat akrab kami. Ia berucap bahwa belum pernah menemui rombongan pengunjung ke Turki yang demikian ramah, bersahabat dan gembiranya seperti rombongan orang-orang Indonesia. Perasaaan ini timbal-balik. Kami dari rombongan Indonesia juga merasa, dalam kunjungan ke Turki kali ini memperoleh seorang sahabat bangsa Turki, yang mencerminkan “wajah umum” orang-orang Turki modern.

* * *

Selama 8 hari mengunjungi Turki telah dilakukan perjalanan kunjungan dan peninjauan cukuppanjang, -- kurang lebih 1350 km jauhnya. Meliputi perjalanan bus dan kapal ke Eceabat, menyeberangi selat Dardanela menuju tempat berejarah Troya (terkenal dengan kisah KUDA TROYA).

Lalu ke suatu tempat penuh peninggalan sejarah di kota Pergamon, Bergama. Kemudian ke kota kuno dan bersejarah Efeze (cerita tentang Efeze terdapat di Kitab Injil). Seterusnya ke Palmukkale dimana terdapat permunculan geografis alamiah indah yang ditimbulkan oleh ribuan tahun mengalirnya sumber air-panas yang mengandung calcium yang kaya. Disebabkan oleh penumpukan kalk maka muncullah teras-kalk yang indah dan mempesonakan. Lalu ke kota kuno bersejarah Hiƫrapolis yang kaya dengan peninggalan sejarah.

Kembali ke Istambul, dikununjungilah Masjid Biru Istanbul, Musium Topkapi dan Musium Hagia Sophia yang tadinya adalah gereja, diubah menjuadi masjid oleh kekuasaan Islam Kerjaan Ottoman, kemudian oleh pemerintah Republik Turki dijadikan Musium Aya Sophia. Yang mengisahkan perubahan dari gereja menjadi mesjid lalu menjadi musium Kristen dan Islam. Kami juga mengikuti pelayaran dengan kapal di laut yang memisahkan dan menghubungkan wilayah Asia dan bagian Eropa dari Turki. Itu tidak kalah indahnya bila mengikuti pelayaran kapal pesiar di sungai Seine di kota Paris. Turki adalah satu-satunya negeri di dunia dimana “bertemu” bagian Asia dan Eropa dari Turki.

Orang bisa bertanya: Yang namanyaTurki itu, apakah itu sebuah negeri Asia atau negeri Eropah? Jawabnya: Ya Asia, ya Eropah. Karena negeri dan rakyat Turki sebagian ada di benua Asia, sebagian lagi di benua Eropah. Makanya sebagai negeri Asia, Turki juga hadir dan anggota dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955), dan sejumlah konferensi Asia-Afrika lainnya. Sebagai negeri Eropah, Turki adalah anggota dari blok militer Eropah Barat dan AS, bernama Nato. Sudah beberapa tahun belakangan ini Turki mengajukan untuk menjadi anggota dari Uni Eropah (European Union, EU)

* * *

Namun yang hendak sedikit diangkat dalam rangka mengenal Turki modern bukanlah kunjungan ke pelbagai daerah Turki serta latar belakang sejarahnya yang lebih banyak merupakan peninggalan penguasa-penguasa dari Barat seperti Kerajaan Junani kuno dan Kerajaan Romawi.
Cerita tentang itu akan dilanjutkan dalam tulisan berikutnya.

Lalu, bila ditanya padaku: Apa kesan selayang pandang tapi menyolok dari Turki modern sekarang ini?
Ada EMPAT HAL yang mengesankan:
Pertama, selama kunjungan yang amat menyokok dan mengesankan ialah SIKAP TOLERANASI bangsa dan negeri Turki serta penguasanya mengenai masalah agama. Setelah kemenangan REVOLUSI TURKI melawan kekuatan asing dan kerajaan, --- yang dipimpin oleh MUSTAFA KEMAL ATTATURK, telah diadakan pelbagai Reformasi teramat penting. Namun, yang terpenting ialah: PEMISAHAN ANTARA AGAMA DAN NEGARA. Populer dikenal dengan nama Pemisahan antara Masjid atau Gereja dengan Agama. Atau SEKULARISME.
Kedua, SIKAP TOLERANSI MAYORITAS DAN PENGUASA ISLAM terhadap agama lainnya.
Ketiga: Selama kunjungan tak pernah menemukan walau seekor lalatpun.
Keempat: Tak sekalipun melihat corat-coret di tembok atau tempat dan kendaraan umum yang dikenal sebagai GRAFITI. . * * *

Sunday, May 20, 2012

HARI KEBANGKITAN NASIONAL DAN DR. GSSJ RATULANGIE (1)


Kolom IBRAHIM ISA
Minggu, 20 Mei 2012
---------------------------

HARI KEBANGKITAN NASIONAL
DAN DR. GSSJ RATULANGIE (1)

Pelbagai cara dapat ditempuh, --- pada saat kita memperingati HARI KEBANGKITAN NASIONAL 20 MEI 1908. Hari ini aku mengimbau perhatian pembaca pada salah seorang tokoh nasional. Beliau adalah salah seorang yang tergolong PAHLAWAN NASIONAL. Tokoh tsb bernama DR. G.S.S.J Ratulangi.

Mengenal pejuang-pejuang pendahulu kita, para 'founding-fathers' dari kemerdekaan dan berdirinya negara Republik Indonesia, adalah salah satu cara untuk mengenal sejarah bangsa kita. Juga merupakan salah satu faktor untuk mengenal identitas dan kepribadian bangsa. Ia merupakan syarat terpelihara dan diperkokohnya kesedararan berbangsa. Dan dengan itu pula memperkokoh persatuan bangsa.

Menyinggung masalah persatuan bangsa, terkenanglah pada sahabat karibku Jusuf Isak, pemimpin Penerbit Buku Bermutu “HASTA MITRA”. Aku tidak bisa lupa komunikasiku dengan Jusuf Isak menjelang Hari Kebangkitan Nasional beberapa tahun yang lalu. Ketika mengajukan ide-idenya berkenaan dengan seratus tahun Hari Kebangkitan Nasional. Jusuf menulis kepadaku antara lain sebagai berikut:

Apakah moral dan message paling inti dan paling hakikat dari peristiwa Kebangkitan Nasional 100 tahun yang lalu? This is it: Persatuan nasional. Karena persatuan nasional kita merdeka, karena persatuan nasional kita kuat dan mandiri, karena persatuan nasional amburadul negeri terimbas amburaqdul, akibatnya negeri serba tergantung, rakyat sengsara, cuma segelintir elit yang tetap senang.

* * *

Bisa dipastikan tidak banyak pembaca, terutama generasi mudanya, yang bisa memberikan jawaban yang benar, siapa Dr. Sam Ratulangi itu. Termasuk orang-orang Indonesia asal Minahasa, biasa disebut KAWANUA, mungkin tidak bisa memberikan jawaban yang lengkap. Mungkin pernah mendengar bahwa Dr Sam Ratulangi adalah salah seorang tokoh pejuang kemerdekaan asal Sulawesi dan salah seorang pemrakarsa dan pendiri organisasi pejuang kemerdekaan Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi, KRIS.

Kita punya banyak tokoh nasional dan juga yang telah dianugerahi gelar sebagaI Pahlawan Nasional, karena jasa beliau-beliau terutama dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang dan perang kemerdekaan melawan Belanda.

Salah satu tokoh yang unik dan terkenal namanya pada tahun-tahun perjuangan kemerdekaan dan beridirinya Republik Indonesia, adalah DR SAM RATULANGI. Kukatakan u n i k, karena setelah diangkat oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai Gubernur Sulawesi, beliau ditangkap pemerintah NICA yang dikepalai oleh Letnan Gubernur Jendral Dr. H.J. VanMook dan dibuang ke Serui.

Tokoh dan pahlawan nasional Dr GSSJ Ratulangi, yang namanya dikokohkan dalam sejarah antara lain dengan dipancangkannya nama beliau untuk sebuah jalan di daerah Gondangdia, Menteng.. . . Jalan tsb sebelumnya bernama Jalan Asembaru. Ditahun 1976 DKI menyetujui usulan dari beberapa orang Manado agar jalan tersebut diberikan nama Jalan Sam Ratulangie. Ini ada hubungannya dengan sebuah gedung di Jalan Asembaru 26. Gedung itu adalah gedung “PERGURUAN KRIS”.

Seperti diceriterakan oleh Pangalila Ratulangi: Perumahan Perguruan KRIS adalah rumah bersejarah. Di masa Perang Dunia II, di situ bermarkas organisasi yang bernama Penolong Kaum Sulawesi. Merupakan pusat pertolongan di seluruh Jawa, untuk wanita-wanita Minahassa yang terlantar karena suami-suami mereka (KNIL) diinternir oleh tentara Nippon. Sesudah perang wanita-wanita itu berangkat ke Minahassa. Kembali kekampung halaman mereka menyebarkan kesedaran Kebangsaan Indonesia!

Ternyata wanita-wanita itu telah menjadi soko-guru pertahanan Barisan Nasional di Minahassa. Ketika para orangtua merek dipenjarakan Belanda, para pemuda remaja mereka pun berontak melawan tentara Belanda pada bulan Februari 1946. Hal itu terjadi walaupun ayah-ayah mereka berfihak KNIL kembali.

Salah satu kegiatan sosial yang dikordinir dan dilakukan oleh Dr Sam Ratulangi ialah mengurus para keluarga bekas tentara KNIL. Agar kehidupan dan pendidikan anak-anak mereka bisa berjalan terus dengan baik. Kegiatan ini dikoordinasikan dalam satu organisasi yang dinamakan Penolong Kaum Selebes (PeKaSe) dan markasnya adalah di Nieuwe Tamarinde Laan No 26 jalan mana kemudian diberi nama Jalan Asem Baru.

Situasi amat rumit. Di satu fihak para keluarga KNIL itu merupakan bagian dari rakyat Minahasssa dan harus diurus dengan baik penghidupan dan pendidikan bagi anak-anak mereka. Di lain fihak perjuangan nasional melawan Belanda harus berjalan terus seirama dengan perjuangan kemerdekaan seluruh negeri. Dalam situasi rumit seperti inilah, Dr Sam Ratulangi bersama kawan-kawannya melakukan pekerjaan menangani tugas berat yang mereka hadapi.

Dr GSSJ Ratulangi (lahir di Tondano, Sulawesi Utara, pada tanggal 05 September 1890) meninggal dunia pada tanggal 30 Juni 1949, setelah menderita sakit beberapa lamanya. Ketika itu kantor berita AP dan Reuters menyiarkan kabar dari Jakarta, a.l sbb:

Dr GSSJ Ratulangi penasihat Delegasi Republik Indonesia, dan mantan Gubernur Sulawesi meninggal dunia. < Ketika itu Republik Indonesia dan pemerintah Belanda sedang dalam periode perundingan Konferensi Meja Bundar, I.I.). Dr. Ratulangi menempuh studinya di Amsterdam dan Zurich. Pada masa itu ia aktif dalam gerakan dan perkumpulan mahasiswa Indonesia. Pada zaman kolonial Hindia Belanda Ratulangi adalah anggota 'Volksraad'. Selain itu ia pemimpin sebuah mingguan nasionalis.


* * *

Maka tidak heranlah kita membaca laporan Pangalila Ratulangi, yaang a.l berbunyi sbb:
Pada saat jenazah Ayah saya akan ditempatkan diperistirahatan sementara di Tanah Abang maka diadakan Ibadah (1949). Tanpa termasuk dalam rencana/acara maka tiba2 satu barisan perwira2 KNIL memasuki tempat upacara dan berbaris dengan rapih mengesankan.
Mereka lalu memmberikan salam hormat kepada jenazah sebagai ucapan terima kasih atas jasa almarhum membantu memberikan perhatian kepada keluarga2 mereka sewaktu mereka terpaksa berpisah karena harus menunaikan tugas kemiliteran mereka.
Inilah yang dimaksudkan uniknya Dr Sam Ratulangi. Di satu fihak ia adalah pejuang kemerdekaan anti kolonialisme Belanda, yang kemudian dipenjarakan pemerintah NICA di Serui. Di lain fihak sejumlah opsir KNIL datang berbaris memberikan penghormatan pada (jenazah) Dr Sam Ratulangi, karena kegiatan kemanusiaan yang dilakukannya terhadap para keluarga anggota-anggota KNIL.

* * *

BERDIRINYA YAYASAN PERGURUAN KRIS
Referensi: "DR.G.S.S.J.RATU LANGIE & YAYASAN KRIS" oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, 1978.

Sejak Teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945, sebagai realisasi daripada kemerdekaan tersebut maka pada tanggal 5 Oktober 1945 Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dibentuk, hal ini merupakan langkah pertama bagi pengisian kemerdekaan dengan membentuk suatu alat kekuasaan yang terorganisir. Segenap rakyat di seluruh Nusantara tua-muda, laki-perempuan mengangkat senjata rela berkorban baik harta maupun nyawa untuk membela nusa dan hangsa.



Disamping Tentara resmi yang terbentuk dalam organisasi Tentara Keamanan Rakyat, terdapat pula berbagai macam organisasi-organisasi lain seperti Barisan Pelopor, Barisan Benteng Indonesia, Laskar Hisbullah, Barisan Rakyat Indonesia, Angkatan Pemuda Indonesia, Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi, Gabungan Pemuda Indonesia Sulawesi dan lain-lain. Pata pemimpin Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi (APIS) dan Gabungan Pemuda Indonesia Sulawesi (GAPIS) mengadakan perundingan, yang kemudian diperoleh kesepakatan bahwa organisasi APIS dan GAPIS bersepakat untuk meleburkan diri kedalam satu wadah, yang akhirya pada tanggal 10 Oktober 1945 terbentuklah satu badan baru secara resmi dengan nama Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi (KRIS), dengan formasi pimpinan sebagai berikut:

Ketua : A.R.S.D. Ratu Langie; Wakil Ketua : Baharuddin ; Sekretaris I : Kahar Muzakar ; Sekretaris II : J. W.Waworuntu ; Bendahara I : S. A. Pakasi; Bendahara II : H. M. Idrus; Pembantu Umum : M. Idris, Mahmud
Pembantu Bidang : Frans Panelewen; Penerangan



Program Perjuangan sebagai berikut :
1. Berusaha tetap memelihara perjuangan dengan sistem perlawanan rakyat total, serta selalu kerjasama bahu membahu dengan badan-badan perjuangan lainnya : Koordinator : Daan Mogot, Kepala Pasukan : J. Rapar
2. Mengirimkan utusan ke daerah-daerah pedalaman untuk membentuk cabang-cabang KRIS, serta menampung keluarga-keluarga Minahasa
3. Sekolah Rakyat PEKASE dilanjutkan dengan nama baru yaitu Sekolah KRIS. Mengingat keadaan di Jakarta sering terjadi pertempuran-pertempuran, para guru diwajibkan mengantar jemput murid-murid Sekolah KRIS.
4. Disamping itu, juga Sekolah KRIS dijadikan markas KRIS cabang Jakarta Raya yang bertugas mengatur strategi perjuangan para pemuda KRIS
5. Menjalankan usaha-usaha sosial, antara lain menangani para pengungsi akibat peperangan
6. Mengobarkan peperangan diseluruh wilayah Jakarta dengan taktik “Hadang-Tempur-Rampas”.

Para Pemuda KRIS di Jakarta mengadakan perlawanan dalam bentuk pertempuran-pertempuran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil terdiri dari 3 sampai dengan 5 orang. Dengan keberanian yang luar biasa mereka mengadakan serangan dari berbagai penjuru kota Jakarta seperti daerah Senen, Keramat, Cikini, Jatinegara, Petojo hingga Tanjung Priok secara serentak tanpa memperdulikan siapa komandan mereka, bertempur dengan hasil yang gilang gemilang.



Kelompok-kelompok kecil seperti Kelompok Lukas Palar, Jopi Pesak, Endi Ruminggit, Piet Sumilat, Piet Sibih, Alex Pangemanan dan lainnya, mereka bertempur dengan gayanya masing masing. Mereka inilah yang membawa harum nama KRIS dimata masyarakat, tanpa adanya hasil daripada perjuangan kelompok-kelompok kecil ini, kiranya KRIS tidak akan mungkin menjadi faktor yang menentukan langkah-langkah perjuangan dalam arti perjuangan kemerdekaan Rakyat Indonesia kita ini.


Selain perjuangan-perjuangan fisik yang telah disebutkan diatas, KRIS cabang Jakarta Juga memikul beban tugas untuk mengadakan infiltrasi ke dalam tubuh pasukan KNIL, guna mencari kontak dengan daerah-daerah Sulawesi yang masih di bawah kekuasaan KNIL.
Untuk merealisasi tugas tersebut pimpinan KRIS menempuh dua jalan yakni : pertama : mengadakan infiltrasi langsung ke dalam tubuh KNIL untuk merongrong kekuatan militer Belanda; kedua, mengurus dan membentuk barisan-barisan rakyat yang berjuang di daerah kekuasaan KNIL.

Dengan kedua cara ini perjuangan KRIS sangat berhasil, hal ini terbukti dengan terjadinya pernberontakan di Manado yang terkenal dengan peristiwa 14 Februari 1946. Sabotase-sabotase yang terjadi di dalam markas Belanda seperti di Makassar, Jayapura dan Kupang. Terorganisirnya gerakan pasukan gerilya di Sulawesi Selatan dibawah pimpinan Nan Pondaag, bekas ketua KRIS cabang Jakarta yang dikirim ke Makassar. Organisasi tersebut ialah Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS).


Demikianlah salah satu sumbangsih para Pemuda Indonesia tergabung dalam organisasi KRIS, yang lahir dalam kancah Revolusi rakyat Indonesia, dengan konsep perjuangan Nasional sendiri, tanpa menuntut balas jasa ataupun penghargaan, itulah salah satu sumbangan daripada para Pemuda Sulawesi bagi tuntutan perjuangan kemerdekaan Bangsa dan Negara Indonesia.


Diatas telah dibicarakan secara singkat tentang perjuangan para pemuda KRIS dalam perjuangan bersenjata, berupa pertempuran-pertempuran melawan pemerintah kolonial Belanda, yang ingin tetap menjadikan negara kita sebagai negara jajahannya, dimana dapat diperlakukan bagaimana saja sesuai dengan keinginan dan kemauan mereka secara semena-mena. Di samping itu KRIS juga berjuang di lapangan pendidikan, setelah perjuangan senjata berakhir, dalam fase itu para pemuda memerlukan ilmu pengetahuan yang merupakan syarat mutlak untuk terjun ke dalam masyarakat sebagai pengganti generasi tua yang harus digantikannya, untuk itu harus mempunyai bekal ilmu pengetahuan yang cukup sebagai senjata perjuangan guna mengisi kemerdekaan.



Untuk mewujudkan hal tersebut harus mewujudkan dan memajukan dunia pendidikan, maka pemimpin-pemimpin KRIS yang berpusat di Jalan Asam Baru No. 26 (sekarang Jalan Dr. Ratu Langie No. 26) pada tanggal 15 Januari 1946 membuka Sekolah Rakyat KRIS, mula-mula sekolah di buka di jalan Mampang, kemudian pada bulan Mei 1945 pindah ke Jalan Asam Baru No. 26 Jakarta.


Sekolah Rakyat KRIS dibuka untuk segenap lapisan masyarakat. Murid-murid diterima tanpa memandang suku ataupun agama, sekolah terbuka bagi siapa saja yang ingin belajar disitu. .
Ketika Belanda melancarkan Agresi Militer ke I pada bulan Juli 1947, secara paksa sekolah-sekolah Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta dirampas oleh Belanda (NICA), disebabkan kebanyakan guru serta para orang tua murid menolak untuk menjadi pegawai Belanda (NICA), juga para muridnya pun tidak mau lagi masuk sekolah pemerintah akan tetapi memilih sekolah swasta seperti : Taman Siswa, Muhammadiyah, Perguruan Rakyat, Perguruan Sinar Baru, Perguruan KRIS, dan lain-lain yang waktu itu tergabung dalam badan Koordinasi Perguruan Nasional, yang diketuai oleh M. Said dari Perguruan Taman Siswa.



Pada waktu Belanda menjalankan kembali Agresi Militer ke II pada bulan Desember 1948, seluruh pimpinan Pengurus KRIS antara lain : H. A. Pandelaki, A. J. Supit, A.Z. Abidin, W.H.M. Kaunang di tangkap oleh Belanda karena dianggap orang-orang republik, dengan adanya kejadian itu, menjadikan Perguruan KRIS bertambah teguh baik semangat maupun pendiriannya, untuk mengikuti jejak langkah Pemerintah Republik Indonesia.
Untuk mencapai stabilitas dan penyelenggaraan yang sebaik-baiknya, yang sesuai dengan ketentuan Hukum dan Undang-Undang, maka pada tanggal 28 Januari 1949, Perguruan KRIS diberi status hukum, dengan diresmikan sebagai satu yayasan yakni “Yayasan Perguruan KRIS” (Kebaktian Rakyat Indonesia Sulawesi) dengan akte Notaris R. Kardiman No. 47 tahun 1949.
AKTIVITAS GEDUNG YAYASAN PERGURUAN KRIS
Jalan Dr. Sam Ratu Langie No. 26, Jakarta

Apabila kita berbicara mengenai peranan dan perjuangan para Pemuda KRIS, sebagai salah satu sumbangannya untuk tercapainya kemerdekaan Negara Republik Indonesia kita ini, kita tidak akan terlepas dari pada sebuah gedung yang terletak di Jalan Dr. Sam Ratu Langie No. 26 Jakarta (dulu Jalan asam Baru 26), yang merupakan pusat kegiatan politik perlawanan rakyat serta usaha-usaha sosial dan pendidikan pada masa sebelum dan sesudah Prokarnasi 17 Agustus 1945.



Sejak zaman Pendudukan Tentara Jepang sampai pada masa revolusi fisik, berbagai macam kegiatan, baik politik maupun sosial, telah dipikirkan digerakkan dan dikendalikan dari gedung Jalan Dr. Sam Ratu Langie No. 26 ini, yang hingga saat ini ditempati “Yayasan Perguruan KRIS” yang menjalankan kegiatan dalam bidang pendidikan yang meliputi SD, SMP, SMA dan AMI/ASMI.


Pada zaman pendudukan tentara Jepang, Gedung Sekolah Yayasan Perguruan KRIS dipergunakan sebagai tempat kantor Badan amal PEKASE (Penolong Kaum Selebes) dalam kegiatan sosialnya menampung keluarga-keluarga Pelaut, Pelajar / Mahasiswa yang tidak mendapat lagi kiriman biaya dan orang tuanya akibat keadaan perang, keluarga-kelaurga ex KNIL yang ditawan Jepang dan lam-lain.


Selain menangani kegiatan sosial dan pendidikan Kantor PEKASE di Jalan
Dr. Ratu Langie, juga merupakan tempat pertemuan para pemuda Sulawesi ex anggota MAESA yang kegiatannya dibekukan oleh Tentara Jepang. Kontak hubungan tetap berjalan antara Pemuda MAESA dengan para mahasiswa Ika Dai Gakku, hal mana membuka kesempatan untuk berdiskusi tentang situasi politik, yang menjurus pada persiapan dan peranan pemuda untuk masa depan bangsa dan tanah air Indonesia. Para pemuda segera membuat rencana penyusunan kekuatan masa untuk mempersiapkan diri dan menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi.



Setelah tersiar kabar bahwa Tentara Jepang telah menyerah kalah kepada Tentara Sekutu, terjadi saat-saat yang menentukan, Bung Karno dan Bung Hatta di bawa ke Rengasdengklok, sekembalinya dari Rengasdengklok yang kemudian pada tanggal
17 Agustus 1945 jam 10.00 pagi Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia membacakan teks Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, dimuka eksponen Pemuda dan masyarakat lainnya, saat itu semakin bergelora tekad perjoangan untuk membela dan mernpertahankan Kemerdekaan Bangsa dan Tanah Air Indonesia.
Sejak Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, segera dibentuk organisasi Angkatan Muda Sulawesi (AMS) di bawah pimpinan Gajus Gagola, mereka mengadakan aksi pencoretan seperti pada tembok-tembok, kereta api dan lain-lain, hal ini dimaksudkan untuk membangkitkan semangat oang dan seluruh pemuda beserta rakyatnya.



Usia AMS tidak lama, ketika Barisan Keamanan Rakyat (BKR) terbentuk, AMS bergabung ke dalam BKR ini, dalam wadah organisasi inilah para pemuda AMS bertemu dengan para pemuda Rapar yang sejak lama telah dibina sebagai pasukan tempur istimewa dibawah bimbingan politis dari Mr. Ahmad Subardjo, Mr. A.A. Maramis dan Dr. G.S.S.J. Ratu Langie.


Perjuangan para pemuda beserta rakyat bergerak sangat cepat, komando pemuda berkumandang secara revolusioner dari markasnya di Menteng Raya 31. Serentak pula kelompok pemuda Sulawesi menggabungkan diri dengan para pemuda Menteng Raya 31, yang tergabung dalam satu wadah organisasi Angkatan Pemuda Indoensia (API), sehubungan dengan itu para pemuda Sulawesi pun membentuk organisasi di bawah koordinator API dengan nama Angkatan Pemuda Indonesia Sulawesi (APIS) dengan markasnya di Jalan : Dr. Sam Ratu Langie No 2, namun demikian APIS ini di dalam segala aktivitas perjuangannya bergerak searah dan satu tujuan dengan formasi perjuangan API Menteng Raya 31, APIS selalu memelihara persatuan dan kesatuan antara pemuda-pemuda Indonesia yang berjuang untuk melenyapkan segala bentuk penjajahan atas dasar perjuangan nasional seutuhnya.
Demikian catatab yang dibuat oleh Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta, 1978.
(BERSAMBUNG)



* * *

Saturday, May 19, 2012

“MANUVER INTELIJEN” INDONESIA – Mencontoh“GERAK TIPU”


Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 19 Mei 2012
-----------------------------

MANUVER INTELIJEN” INDONESIA – Mencontoh“GERAK TIPU” – 108 Pendekar Liang Shan Dari roman “Batas Air”

Yang dilakukan mereka-mereka yang terlibat dalam intrik dan manuver untuk terus-terusan menguasai dan menarik keuntungan sebanyak-banyaknya dari kekayaan negeri dan negara, singkatnya berkorupsi, memanipulasi dan mencuri kas negara, adalah taktik yang digunakan oleh “108 Pendekar Liang Shan“ dari Kisah “Batas Air”. Yaitu gerak tipu muslihat “Bikin ribut di Utara untuk Menyerang di Selatan”.

Buku cerita kuno yang lebih populer sebagai “Batas Air”, adalah sebuah roman terkenal dari zaman Dinasti Ming. Bahasa Tionghoanya : Shui hu zhuan; -- bahasa Inggrisnya: “Water Margin, All Men are Brothers, Outlaw of the Marsh, 108 Bandits of Liang Shan”.

Pengarang roman ini adalah Shi Nai-an dengan bantuan Luo Guanzhong

* * *

Cuma . . . . ada cumanya . . . . . . . . . . . . .
Dalam kolomku ini, yang “brengsek” yang sebenarnya bandi-bandit adalah penguasa Indonesia dewasa ini yang korup yang menggunakan taktik “Pendekar-pendekar Bukit Liangshan” itu.

Sedangkan roman “Batas Air” menceritakan realita kehidupan para “bandit” yang dipimpin oleh Song Jiang melawan kebengisan pemerintah Dinasti Song. Song Jiang sendiri adalah tokoh sejarah, namun di roman itu, tentunya ia digambarkan sesuai imajinasi sang pengarang.

Oleh penguasa, orang-orang pemerintahan dinasti Ming, mereka disebut bandit, tetapi bagi rakyat setempat mereka disebut pahlawan. Karena mereka merampok orang-orang kaya yang tidak baik dan korup. Hasil rampokan kemudian dibagikan kepada orang miskin dan tidak mampu.

Dalam sejarahnya, ada 108 bandit pahlawan yang terkenal dan mereka bersatu mengikat janji di Ruangan Kesetiaan (bahasa Inggris: Hall of Loyalty). Markas mereka berada di Gunung Liangshanpo, yang dikelilingi oleh laut dan air sehingga sulit diserang. Mereka memiliki anggota sampai puluhan ribu.

Begitulah kata yang empunya cerita. Sungguh menarik dan sampai sekarang masih populer di mancanegara.

* * *

Sedangkan dalam “ceritaku” ini yang muncul sebagai “bandit-bandit” sesungguhnya itu adalah yang duduk di pemerintahan, yang berkuasa sejak rezim Orba sampai kini. Benar, mereka itu adalah penguasa-penguasa dalam pemerintahan SBY sekarang ini. Selama ini mereka berkubang dalam KKN, mega-korupsi, kolusi dan nepotisme.

Dalam roman Pendekar “Batas Air” “bandit-bandit” itu merampok, tapi, sebagian besar barang rampokan itu dihibahkan kepada rakyat yang miskin papa. Lagipula yang dirampok itu adalah orang-orang kaya yang jahat dan pejabat-pejabat korup. Sebaliknya mereka-mereka yang berkuasa di negeri kita sekarang ini justru adalah BANDI-BANDIT sesungguhnya, pencoleng dan perampok kekayaan negeri dan bangsa. Dan semua barang curian dan hasil korupsi dan kolusi itu mereka konsumsi sendiri. Demi kepentingan mereka anak beranak dan cucu-cucuya yang hidup mewah, berfoya-foya; dan tak henti-hentinya menumpuk kekayaan hasil perbuatan kriminalnya.

Bandit-bandit Indonesia ini dengan Pendekar Liangshan tokh ada persamaanya juga. Mereka sama-sama menggunakan TAKTIK BIKIN RIBUT DI UTARA UNTUK MENYERANG di SELATAN.

* * *

Penguasa Indonesia, melalui badan Intelijen BIN menggunakan taktik “Pendekar-pendekar Batas Air”. Tujuan ialah mengalihkan perhatian dan sasaran masyarakat dari MASALAH DAN PELAKU-PELAKU KORUPSI, KOLUSI DAN NEPOTISME yang marak di kalangan berkuasa.

Maka kita jumpailah kasus-kasus pembakaran gereja atau mesjid; kasus kerusuhan baru lagi di Ambon; kekerasan di Papua dan Aceh; penangkapan perempuan-perempuan di Aceh karena soal pakaian; larangan terhadap penulis Kanada Irshad Manji, yang meluncurkan bukunya di Salihara, Jakarta, dan di Universitas Gajah Mada, Jogyakarta.

Terakhir adalah larangan ditujukan pada penyanyi mancanegara Lady Gaga. Yang disebut belakangan ini, katanya, larangan perlu demi melindungi “moral bangsa” dari keterpurukan akibat budaya asing lewat penyanyi semaca Lady Gaga.

Masya-Allah, apa dikira masyarakat begitu bodoh? Begitu saja percaya? Masyarakat yang semakin kritis dan berani mengungkapkan, bahwa justru yang merusak moral bangsa dan nyaris menghancurkan budaya bangsa, adalah PENGUASA YANG BERGELIMANG dengan KORUPSI. Yang seleluasa-luasanya berkorupsi dan menjarah kekayaan negeri dan bangsa, sejak zaman Orba Suharto sampai kini. Ditambah lagi ulah penguasa memperhebat serangan mereka terhadap kebebasan bicara, kebebasan beragama dan hak-hak demokrasi bagi kaum pekerja.

JUSTRU TINDAKAN-TINDAKAN KRIMINAL MEREKA ITULAH yang menjerumusukan bangsa ini ke lembah kehancuran moral dan budaya. Dan ini mereka hendak tutup-tupi dan alihkan ke masalah a.l. kedatangan penulis Irshad Manji dan penyanyi terkenal Lady Gaga.

* * *

Dalam pada itu kini di kalangan “intern” penguasa sedang berkecamuk intrik dan manuver dalam usaha mereka untuk saling menyingkirkan dan saling menempatkan orang-orangnya untuk menguasai perusahaan minyak negara seperti PERTAMINA.

Baik diikuti beberapa kutipan dari artikel-artikel yang dipublikasikan di media mailist oleh Al Fakir Ilmi. Al Fakir Ilmi tampaknya punya sumber 'inside information' yang bisa bermanfaat sebagai input untuk dinalisa dng kritis agar bisa menemukan latar belakang peristiwa serta maksud dan tujuan mereka sesungguhnya:

* * *

Taktik Intelijen Tutupi Kasus di Pusat Kekuasaan
(Disiarkan di mailist oleh AL FAKIR ILMI)

Ada pembiaran oleh negara thd konflik yg terjadi antar suku, agama, dan kelompok akhir2 ini. Prilaku2 ini lazim terjadi ketika jantung pusat kekuasaan dilanda isu korupsi. Karena isu penangkapan teroris sudah tdk
lagi dapat mengcover thd kebusukan2 yg sedang terjadi pada pusat kekuasaan. Prilaku ini dijalankan secara sistematis oleh BIN utk menutupi kebusukan2 tsb. Intelijen lihai melihat konflik yg terjadi,dgn melihat trending topik yg terjadi di media social.

FPI, JIL, pelemparan gereja, kerusuhan Ambon, Lady Gaga, serta Irshad Manji, sangat efektif utk membuat masyarakat lupa thd isu2 korupsi, Masyarakat lupa, seharusnya pekan ini KPK RI berjanji melakukan pemeriksaan thd
anas urbaningrum dlm kasus hambalang. Media yang seharusnya dapat mengawal isu2 korupsi ini, malah terbawa arus atau jika tdk memang sengaja sbg pesanan dari pihak sponsor.

Bersamaan dgn itu pusat kekuasaan mencoba mengambil keuntungan dibalik musibah Sukhoi,dgn memainkan isu2 penyebab kecelakaan Sukhoi tsb. Tanpa rasa empati thd keluarga korban Sukhoi ini. pusat kekuasaan berselingkuh dgn media2 memainkan isu2 tragedi Sukhoi ini.

Persis, intelijen saat ini lihai memainkan isu2 yg menjadi top topik di socmed, khususnya twitte.r
Polemik antara pihak JIL dan anti JIL atau FPI ini sebetulnya tdk akan terjadi di socmed, jika mereka berdiskusi tanpa dimanfaatkan media2.

Contoh -- , persiapan konser Lady Gaga itu jauh2 hari dilakukan oleh EO, kenapa polisi baru melarang sekarang. Disini intelijen memainkan peran.Versi Lain Batalnya Konser Lady Gaga. Ttg rencana show Lady Gaga yg dibatalkan polisi. FPI klaim itu adalah hasil rekomendasi FPI. Sumber2 di polda dan komunitas intelejen menyampaikan bhw pembatalan konser Lady Gaga semata2 krn persaingan bisnis. Promotor Lady Gaga sebelumnya sdh bertemu dgn pihak Polda dan wakil FPI utk pelaksanaan konser ini : setuju & diminta jg situasi kondusif. Munculnya pembatalan izin semata2 disebabkan adanya situasi keruh yg diduga diciptakan oleh Kompetitor Big Daddy : Berlian entertaiment

Pada saat terjadi demo ibu2 pengajian yg menolak Lady Gaga. Massa ibu2 yg ikut demo itu berasal dari majlis taklim cikeas mereka juga ga tahu maksud demo itu, ga tahu Lady Gaga

Persaingan bisnis di entertaimenlah yg diduga menjadi pembatalan konser tersebut. Media hanya manfaatkan / tunggangi isu agar jd berita. Akibat Persainganbisnis itu juga, kontrak yg harusnya dalam kisaran US$ 800,000  naik
tajam mencapai US$ 2 juta. Begitulah infonya..

* * *

Intrik-Intrik Mafia Besar Untuk Rebut Bisnis Migas - Istana Negara

Meneg BUMN Dahlan Iskan mempertimbangkan akan MUNDUR dari Kabinet Indonesia Bersatu, Pertimbangan mundur Dahlan Iskan ini dipicu oleh pertemuan Selasa malam (15/05) di Istana Negara. Selain Meneg BUMN Dahlan Iskan dan Presiden SBY sebagai tuan rumah; turut hadir dalam pertemuan tadi malam : Yaitu Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan dan Dirut Pertamina Karen AgustiawanAda 2 Agenda dalam pertemuan di Istana Negara tadi malam
Pertama, Pengangkatan dan Pemberhentian Komisaris/Direksi PertaminKedua: Membahas isu2 yang beredar di social media dan pernyataan sejumlah anggota DPR terkait pengadaan BBM. Di awal pertemuan, Jero Wacik mengeluh terkait pemilihan Komisaris dan

Petral adalah anak perusahaan Pertamina yang tengah jadi sorotan dan disebut-sebut terkait dengan Mafia Minyak Muhammad Reza Chalid. Petral sempat mengundang pers di kantornya, Singapura pada Februari 2012. Sehubungan dengan Petral ini, Presiden SBY bertanya "Bu Karen, bagaimana Anda menjawab tuduhan Petral sarang korupsi, "Bapak Presiden, kami sudah mendengar tuduhan tersebut, kami telah undang media, tepat pada saat tender berlangsung," kata Karen, Karen menjawab, "Petral telah diaudit lembaga audit internasional. Kami telah umumkan tadi pagi untuk opsi pembelian langsung ke produsen"

Selasa pagi, Karen mengatakan, Pertamina akan mengimpor minyak mentah dan BBM secara langsung ke produsen mulai kuartal III 2012, "Kami mesti memastikan langkah tersebut tidak menimbulkan risiko dalam prinsip kehati-hatian," lanjut Karen, Dalam kontrak pembelian langsung, lanjut Karen, memang memerlukan pembicaraan antar pemerintah (G2G) terlebih dahulu

Karen juga mengatakan, Pertamina akan mengupayakan penyerapan minyak mentah domestik secara maksimal untuk memenuhi kebutuhan kilang BBM, "Melalui upaya tersebut, kami ingin meningkatkan ketahanan pasokan energi nasional dan mendukung optimalisasi kinerja Petral," kata Karen, Menurut dia, sistem pengadaan minyak mentah dan BBM yang dilakukan Petral selama ini telah berjalan dengan baik dan sesuai GCG, Namun, lanjut Karen, Pertamina akan terus melakukan perbaikan secara berkesinambungan

* * *

Kembali ke Istana, Mensesneg Sudi Silalahi menyela pembahasan soal Petral tersebut
"Untuk menanggapi soalan Petral, Bapak Presiden bisa menerbitkan Inpres BBM dan Refinery," kata Sudi Silalahi, Menteri Perdagangan Gita Wirjawan pun menyepakati itu, "Menteri Perdagangan melalui Pusat Perdagangan Indonesia siap mengambil alih kewenangan Petral," kata Sudi, Gita tidak mengiyakan, karena publik pun sedang menyoroti Pusat Perdagangan Indonesia dalam hal impor gula.

Pertanyaan kemudian adalah jika Muhammad Reza Chalid disingkirkan dari Petral, siapa yang akan diuntungkan? Pernyataan Sudi Silalahi di Istana Negara Selasa Malam merupakan titik terang jawaban siapa yang bermain dalam kasus Petral, Kasus Petral jelas didesain oleh Istana untuk merebut bisnis impor minyaknya Muhammad Reza Chalid dan Hatta Rajasa.

Ada kepentingan yang lebih besar di balik kasus Petral, ini bukan soal korupsi semata. Ada Mafia yang lebih besar yang ingin merebut bisnis migas Muhammad Reza Chalid, yaitu Istana Negara. Hampir dapat dipastikan, jika Petral dibubarkan, akan terjadi tender pengimpor migas yang pesertanya pemain2 migas raksasa Asing.

Kembali ke Istana, pertemuan belum menghasilkan keputusan apapun. Presiden SBY pun mempersilahkan tamu2nya pulang. Rabu (16/05) Hatta Rajasa mengaku tidak diundang Istana dalam pertemuan Selasa Malam.

Kenapa Hatta Rajasa yang berada di atas Menteri BUMN dan Perdagangan tidak diundang? Permainan apa yang sedang dilancarkan Istana dalam kasus Petral yang njelimet dan penuh kepentingan itu? Bagaimana nasib Dahlan Iskan di tengah permainan ini?Mungkin Dahlan Iskan akan berkata "Politik itu Sadis ! Tapi Minyak lebih Sadis !"

Indikasi Double Jeopardy Strategy Untuk Singkirkan Dahlan Iskan.

* * *

Petral harus dibubarkan dan diaudit investigasi..Bakal ketemu ratusan triliun uang negara yg dirampok selama puluhan tahun. Sdh jadi rahasia umum, trader2 dan broker2 minyak yg jd rekanan petral semuanya diatur dan kongkalikong mencuri uang negara.

Pertarungan bongkar korupsi pertamina/petral oleh mafia2 minyak ini harus pelan2, dikuliti . . . .
Dialog @TrioMacan2000 dgn Mahfud MD & Gus Sholah Terkait Korupsi Pertamina/Petral

Saya juga minta tolong Gus Sholah (KH Sholahuddin wahid) yg juga hadir pada pertemuan itu utk turut teriak pengusutan korupsi di Pertamina. Gus Sholah jawab : "sudah begini saja, saya akan kumpulkan teman2 utk bikin gerakan pengusutan korupsi di Pertamina dan Petral".

"Kalau pak Wiranto gimana Gus?" tanya saya. " Pak Wiranto saya ketemu bbrp hari yg lalu, kayaknya beliau tdk mau. Dia mau fokus urus Hanura saja " jawab Gus Sholah. Akhirnya pertemuan kami 8 mata tsb sepakat akan himpun teman2 utk buat gerakan sikat Pertamina. Demkian inti hasil pertemuan saya dgn Gus Sholah dan Pak Mahfud terkait korupsi gila2an puluhan triliun di Pertamina / Petral.

* * *

Demikian a.l. tulisan-tulisan disiarkan oleh mailist Al Fakir Ilmi di internet. Bahan-bahan tsb sebagai input bisa berguna bila dianalisis secara kritis. Artikel-artikel Al Fakir Ilmi selengkapnya bisa diakses di mailist internet umum.

* * *














Tuesday, May 15, 2012


Kolom IBRAHIM ISA
Selasa, 15 Mei 2012
-----------------------------

25 Tahun “DIAN” <1987-2012>
Organisasi Wanita Indonesia di Belanda
Dengan perempuan yang berkesedaran berorganisasi, sepertiDIAN”, kita berusaha , dengan jalan lain meneruskan perjuangan perempuan Indonesia . . . . Demikian dijelaskan Francisca Pattipilohy, salah seorang pemrakarsa dan pendiri “DIAN” mengenai didirikannya “DIAN” di Belanda dalam tahun 1987 . Maka anggota-anggota “DIAN” ketika didirikan adalah mereka yang pernah anggota di salah satu organisasi massa perempuan di Indonesia.

Duapuluh-limatahun yang lalu (1987), “DIAN” dirikan di negeri Belanda, dalam situasi kekuasaan Presiden Suharto masih sangat kuat dengan politiknya yang anti demokrasi, anti keadilan dan melanggar hak azasi manusia”, --- demikian ditegaskan oleh Francisca Fanggidaej, salah seorang pemrakarsa dan pendiri “DIAN”. Francisca Fanggidaej adalah mantan anggota DPR da Ketua Kantor Berita Nasional “INPS” pada periode pemerintahan Presiden Sukarno.


Lahirnya “DIAN”, lanjut Francisca, “merupakan tanda bahwa kita sebagai aktivis dan pejung tidak menyerah pada keadaan, tidak menyerah pada nasib sebagai korban yang dipaksakan oleh kekuasaan Suharto. “DIAN” telah ambil bagian dalam kegiatan-kegaiatan di negeri Belanda yang menyokong usaha untuk tercapainya demokrasi dan keadilan di Tanah-air. Antara lain dengan menjalin kerjasama dengan Komite Indonesia di negeri Belanda, dengan instansi-instansi Belanda tertentu dan juga dengan beberapa organisasi wanita Belanda yang maju serta organisasi-organisasi masyarakat Indonesia yang senasib di negeri Belanda.

Pendiri-pendiri “DIAN” juga memberikan informasi tentang perkembangan situasi di Indonesia dalam bentuk pertemuan-pertemuan atau wawancara-wawancara untuk menyingkapkan adanya kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan oleh kekuasaan Suharto. Bisa dikatakan bahwa “DIAN” tidak apatis, tidak tinggal diam dan tidak terpisah dari perkembangan situasi di Indonesia”. Demikian F. Fanggidaej.

Dalam bentuk yang terbatas, “DIAN” di negeri Belanda, memberikan sumbangan menurut kemampuan pada perjuangan kaum perempuan di tanah air. Selain itu ikut memberikan sumbangan pada usaha sosial dan pendidikan di Indonesia. Juga memberikan sumbangan solidaritas berkenaan dengan musibah bencana alam di tanah air, seperti bencana alamTSUNAMI, gempa bumi dan musibah gunung berapi.

* * *

Ceramah NURSYAHBANI KATJASUGKANA dan RATNA SAPTARI memberikan isi peneting pada ULTAH-25 “DIAN”

Duapuluh-lima tahun “DIAN”, merupakan periode yang meyakinkan bahwa organisasi perempuan tsb punya pengalaman dan hak eksistensi selanjutnya. Oleh karena itu hari yang bermakna itu oleh pengelola organisai “DIAN”, dengan kordinator Aminah Indris dan Tuti Supangat, diperingati pada tanggal 13 Mei 2012, di Gedung Sekolah Schakel di Diemen, dengan sebuah pertemuan yang berarti, sukses dan meriah.

Tidak sekadar berkumpul untuk bersilaturahmi. Tetapi juga khusus mengundang NURSYABANI KATJASUNGKANA, Koordinator pada LBH APIK di Indonesia. Nursyahbani memberikan uraian yang menarik dan cukup rinci berserta contoh-contoh kongkrit yang dialaminya sendiri, sekitar Gerakan Perempuan Indonesia Sebelum dan Sesudah Reformasi.

Nursyahbani menyoroti situasi sejak pembubaran PKI dan Gerwani pada tahun 1965. Dimana pemerintah Orba melakukan kontrol ketat terhadap semua gerakan sosial-progresif antara lain dengan peng-asas-tunggalan. Untuk kelompok perempuan ditambah dengan diberlakukannya kebiaakan domestikasi baik melalui hukum, ideologi dan organisasi.

Setelah Reformasi dan diberlakukannya desentralisasi, terdapat kebebasan pers dan berorganisasi dan kelompok fundamentalis juga memperoleh ruang untuk berkembang.

Pada titik ini kelompok perempuan menghdapi banyak tantangan antara lain karen agama dan budaya digunakan secara resmi untuk mengontrol tubuh dan seksualitas perempuan guna kembali menarik perempuan dari arena politik. Karena itu sebuah platform bersama mesti dibuat untuk mempersatukan gerakan menuju kesetaraan dan keadilan sosial.

Ceramah Nursyahabani Katjasungkana, yang diikuti dengan penuh perhatian oleh sekitar 100 lebih hadirin yang memenuhi undangan “DIAN” untuk memperingati 25 tahun berdirinya organisasi perempuan Indonesia di Belanda tsb.

Uraian Nusyahbani selanjutnya membawa perhatian hadirin pada masalah dan perkembangan a.l.

** Bahwa Kekuasaan Orba dibangun antara lain dengan mengeksploitasi issue gender dan seksualitas perempuan. Perempuan dimanfaatkan untuk mempertahankan kekuasaan dan untuk membangun image internsdional.

Respons dari kelompok perempuan terhadap kebijakan dan politik Orba terhadap perempuan a.l. Yang penting dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sbb:

-- Dengan gerakan sporadis pro petani dan buruh / OTB.
-- YASANTRI 1982 – dengan Forum Buruh Perempuan
-- Kalayamitra 1984, informasi dan dokumentasi
-- Perempuan MAHARDIKA dll
-- Pusat Kajian Wanita Universitas Indonesia 1989-1990
-- Solidaritas Perempuan 1990 – ormas/perkumpulan Terbatas
-- LBH APIK 1995 – Perkumpulan Terbatas
-- Kelompok-kelompok atau yayasan-yayasan yang bergerak di bidang ekonomi (usaha bersama, koperasi dll).

* * *

Jelas sekali dari uraian Nursyabani dan Ratna Saptari, bahwa perempuan Indonesia, tidak tinggal diam dan tidak tunduk di bawah persekusi dan pembatasan serta penindasan rezim Orba. Dengan pelbagai cara dan usaha mereka melakukan perlawanan.



* * *

Sedangkan RATNA SAPTARI, dosen pada Universiteit Leiden, menyampaikan uraian sekitar gerakan perempuan Indonesia dari pucuk rezim Orba sampai pasca Orde Baru:

Kasus perjalanan Kalyanamitra. Organisasi yang didirikan dalam situasi setelah diciptakannya oleh Orba, momok berkaitan dengan soal 1965 dan Gerwani, yang masih terus menghantui dan mewarnai iklim pengorganisasian. Sehingga membuthkan hampir dua dekade sebelum mulai muncul beberapa oarganisasi perempuan untuk mengangkat isu perempuan lagi.

* * *

Suasana meriah berisi yang mewarnai hari peringatan ditandai antara lain dengan pembacaan sajak oleh Dini Setyowati dan Faridah Ishaya. Kehadiran Prof. Dr Saskia Wirenga, gurubesar pada Universitas Amsterdam dan yang telah menulis buku penting dan terkenal berjudul; SEXUAL POLITICS IN INDONESIA (2002), memperkaya suasana pertemuan. Prof Saskia sempat pula memperkenalkan novel yang ditulisnya berjudul “HET KROKODILLEN-GAT”. Artinya LUBANG BUAYA. Buku novel berbahasa Belanda Prof Saskia Wirenga tsb adalah sebuah “thriller”politik yang ditulis dengan latar belakang peristiwa 65. Ceritanya didasarkan atas hasil penelitiannya pribadi atas kisah di belakang kejadian genoside Indonesia.

Juga hadir Prof Bambang Purwanto yang kebetulan baru datang dari Indonesia.

Tampak pula salah seorang pimpinan bagian Asia IISG (Internationaal Instituut voor Sociale Geschiedenis), Drs Emile Schwiederl, serta Ruth Wertheim, penulis dan salah seorang putri Prof De. W.F Wertheim.

Untuk menambah semarak dan warna budaya pertemuan telah dipamerkan sejumlah lukisan menrik buah karya anggota-anggota “Dian”, a.l. F. Pattipilohy, Murtiningrum Suwardi dan Aminah Idris.

Pertemuan yang semarak itu diakhiri dengan tarian bersama Indonesia yang populer POCO-POCO.


* * *








Friday, May 11, 2012

QUO VADIS KOMNASHAM – – – ??


Kolom IBRAHIM ISA
Jum'at, 11 Mei 202
-----------------------------

QUO VADIS KOMNASHAM – – – ??
MASIH SAJA “IMPOTEN” ?? -- MANDUL??
MENGECEWAKAN?? MEMBOSANKAN?? . . . .
MENINA BOBOKKAN??

MENJANJIKAN HARAPAN HAMPA?? . . . . .

* * *

Quo Vadis KomnasHAM --- Masih Saja “Impoten”?? -- “Mandul”?? -- Mengecewakan?? -- Membosankan?? -- Menina bobokkan?? -- Menjanjikan harapan hampa?? . . . . MENIPU??

Untuk mengingat kembali apa tujuan straegis, silakan simak kembali apa yang pernah diumumkan oleh KomnasHAM. Klik sendiri di situs KomnasHAM. Salah satu tujuan strategisnya adalah: Memperkuat kesadaran aparat Negara dan civil society tentang pentingnya perlindungan dan pemajuan HAM; Mendorong reformasi dan supremasi hokum berbasis HAM; Terwujudnya lembaga yang mandiri dan terpercaya dalam perlindungan, pemajuan dan penegakan HAM. Terakhir diperbaharui (Jum'at, 07 January 2011 21:57).

Kalimat-kalimat indah yang tercetak dan tersiar sebagai tujuan strategis, visi dan misi KomnasHAM, praktis tak punya arti dan dampak samasekali dalam sepak-terjangnya sehari-hari, dalam kegiatan aktuil KomnasHAM.

Apa yang terjadi beberapa hari belakangan ini lagi-lagi menunjukkan kemandulan dan “mpotensi´ badan hak-hak azasi manusia KomnasHAM.



* * *

Judul di atas kiranya tidak berkelebihan. Samasekali tidak melanggar etika jurnalistik! Karena apa yang dikemukakan diatas adalah keadaan sebenarnya. Bejo Untung, Ketua YPKP 65 menguraikan apa yang terjadi dengan KomansHAM tsb. a.l dalam kalimat-kalimat berikut ini.


Lagi, Komnas HAM Ingkar Janji . KomnasHAM kembali tidak menepati janjinya untuk mengumumkan hasil investigasinya tentang kasus Tragedi Kemanusiaan 1965/1966.

Stanley yang bertindak sebagai juru bicara Komnas HAM menjelaskan: Pembahasan Laporan Akhir Tim Ad Hoc Pelanggaran HAM Berat 1965-1966 akan dilaksanakan dan diputuskan pada Sidang Paripurna Khusus tanggal 4 – 6 Juni 2012. Dikatakan bahwa penundaan itu disebabkan oleh Ifdal Kasim selaku Ketua Komnas HAM dan Ridha Saleh selaku Wakil Komnas tidak hadir dalam Sidang Paripurna. Mereka sedang bertugas ke Malaysia untuk mengikuti investigasi berkaitan kematian TKI.

Siapapun sulit sekali menerima alasan (“dalih”?) penundaan suatu penanganan kasus yang sudah hampir setengah abad terjadi ( Kasus Pelanggaran HAM Berat 1965-1966).

Stanley juga menjelaskan, bahwa Sidang Pleno 08 Mei 2012 sesungguhnya sudah memenuhi quorum, tetapi mengingat pembahasan masalah Pelanggaran HAM 1965/1966 dinilai berat karena bersifat massive, maka Sidang memutuskan untuk menundanya. Lalu dijanjikan Sidang Pleno pada 4-6 Juni 2012 akan dihadiri Ketua dan Wakil Ketuanya serta seluruh Anggota Komnas HAM agar keputusannya benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Stanley menjamin pada Sidang Paripurna Khusus nanti tidak akan ada alasan lagi untuk menundanya. Dari janji ke janji. . . . dari penundaan kepenundaan!

Penundaan Sidang Paripurna tsb mendapat kecaman para Korban. Bagaimana mungkin, sidang yang sudah dijadwalkan 3 bulan yang lalu dan pembahasan ini sudah ditunda hingga 3 kali dan hari ini adalah yang ke 4 kalinya. Masih ditunda dan diulur-ulur lagi.

* * *

Apa lagi yang masih kurang jelas mengenai PELANGGARA HAM TERBESAR DAN TERBERAT PERIODE 65-66? Agus Triyono (Jakarta Globe, 18 Jan, 2012) menyatakan bahwa investigasi telah menuyimpulkan bahwa mantan Presiden Suharto adalah tokoh yang paling bertanggung-jawab atas pelanggaran hak-hak manusia selama periode pembunuhan masal tahun-tahun 1956-1956. Demikian diumumkan oleh KomnasHAM.

Ditegaskan bahwa ”Salah seorang dari mereka yang bertanggung-jawab adalah Suharto” . Karena jendral tsb adalah yang bertnggung-jawab mengenai masalah keamanan waktu itu. Ini dinyatakan oleh Yoseph Adi Prasetyo, salah seorang komisioner KomnasHAM.

Laporan tsb diluncurkan dengan bantuan sejumlah besar korban pelanggaran tsb, yang hadir di Jakarta . Yoseph mengatakan bahwa KomnasHAM telah menampaikan pendapat awal tsb kepada DPR ketika diadakan Sidang Pleno DPR. Namun sementara anggota DPR minta laporan tsb dilengkapi dan “dipertajam”. Saran para anggorta DPR tsb mengundang komentar bahwa itu sekadar taktik untuk “mengulur-ulur” dan “,menunda-nunda” saja.

Jakarta Globe selanjutnya menulis bahwa para korban pelanggaran hukum 1965-65 dan para keluarga mereka telah bertahun-tahun lamanya menghubungi KomnasHAM, mendesak agar dilakukan investigasi selanjutnya memberikan laporan kepada masyarakat. Yang disesalkan oleh para korban ialah, bahwa, sekalipun dilakukan investigasi untuk tiga tahun lamanya, tampaknya KomnasHAM makin jauh dari tanggung-jawabnya untuk mengumumkan hasil-hasil investigasi yang mereka lakukan.

Haris Azhar, kordinator KONTRAS, menyatakan, “tampaknya KomnasHAM sengaja mengundur-undur”.

* * *

Sementara itu IKOHI Indonesia dan beberapa LSM hak-hak Manusia lainnya, mengeluarkan pernyataan mengecam keras KomnasHAM yang lagi-lagi telah menunda penanganan kasus Pelanggaran HAM berat 1965-66. Silakan baca pernyataan tsb di bawah ini:

* * *


UMUMKAN HASIL PENYELIDIKAN PRO JUSTISIA TRAGEDI 1965/1966;
PASTIKAN TRAGEDI 1965/1966 PELANGGARAN HAM BERAT

Tindakan Komnas HAM menunda secara terus menerus keputusan hasil penyelidikan pro justisiapelanggaran HAM berat peristiwa 1965/1966 telah menghambat korban untuk mendapatkan kepastian hukum. Empat tahun proses penyelelidikan (2008) dan empat kali penundaan keputusan Paripurna bukan waktu yang singkat bagi korban peristiwa 1965/1966 yang mayoritas telah berusia lanjut untuk menantikan lahirnya hasil penyelidikan pro justisia Komnas HAM.

Sejumlah alasan pembenar Komnas HAM untuk terus menunda memutuskan hasil laporan harus segera diahiri. Pasal 28D ayat (1) menyebutkan "setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum". Alasan formil maupun materil tidak boleh menjadi penghalang terhadap substansi keadilan. Korban peristiwa 1965/1966 berhak mendapatkan akses keadilan yang cepat dan setara. Negara wajib memberikan hak atas pengungkapan kebenaran, rehabilitasi dan reparasi, serta jaminan terhindar dari pengulangan peristiwa serupa di masa depan terhadap para korban pelanggaran HAM berat.

Komnas HAM dan semua institusi negara hendaknya tidak menutup mata bahwa tragedi Kemanusiaan 1965/1966 mencakup beberapa unsur kejahatan terhadap kemanusiaan karena terjadi dalam skala meluas, sistematis yang melibatkan institusi Negara yaitu aparat militer, polisi dan aparat pemerintah. Pelanggaran HAM tersebut berupa pembunuhan massal, penghilangan manusia secara paksa, pembunuhan tanpa proses hukum, penculikan, pemerkosaan/pelecehan seksual, penyiksaan, penahanan dalam jangka waktu tidak terbatas (12-14 tahun), pemaksaan kerja tanpa diupah, diskriminasi hak-hak dasar warga Negara (politik, ekonomi, social, budaya serta hukum), perampokan harta benda milik korban, pencabutan paspor tanpa proses pengadilan, pengalihan hak kepemilikan tanah secara tidak sah, pemecatan pekerjaan, pencabutan hak pensiun, pencabutan hak sebagai pahlawan Nasional, pengucilan dan pembuangan, dsb.nya.

Diperkiraan 500.000 sampai 3.000.000 jiwa terbunuh pada tragedI kemanusiaan 1965/66 dan 20.000.000 orang korban bersama keluarganya yang masih hidup menderita stigma serta diskriminasi oleh penguasa.

Kejadian ini berlangsung selama 46 tahun sejak 1965 hingga hari ini, Negara/Pemerintah belum ada niat untuk mengungkap dan menuntaskan persoalan yang menimbulkan kesengsaraan jutaan orang yang tidak bersalah tersebut. Malahan ada indikasi Negara/Pemerintah ingin melupakan dan mengabaikan tindak kekerasan mau pun pelanggaran HAM tragedi kemanusiaan 1965/1966.

Hasil penyelidikan pro justisia Komnas HAM amat penting untuk membuka jalan penuntasan kasus 1965/1966 secara menyeluruh. Para Korban 1965 kini sudah tua renta dan bahkan sudah banyak yang meninggal dunia. Para Korban menuntut kejelasan dan kepastian hukum, karena pada umumnya Korban mengalami penahanan, pembuangan tidak berdasarkan putusan pengadilan. Selagi para Korban dan saksi Korban masih hidup, saatnya untuk mengungkap tragedi kemanusiaan secara benar, karena dengan mengungkap kebenaran kita tidak ingin mewariskan ketidakjelasan/kebohongan kepada generasi penerus dan mencegah terjadinya keberulangan peristiwa serupa

Atas dasar itu, kami para Korban/Keluarga Korban Tragedi Kemanusiaan 1965/1966 mendesak Sidang Paripurna :

Menyimpulkan adanya dugaan pelanggaran HAM berat dalam Peristiwa 1965/1966
Mengumumkan segera hasil penyelidikan peristiwa 1965/1966 terbuka
Menindaklanjuti hasil penyelidikan pro justisia peristiwa 1965/1966 dengan merekomendasikan Presiden untuk mengeluarkan kebijakan rehabilitasi bagi korban 1965/1966, menyerahkan hasil penyelidikan pro justisia kepada Jaksa Agung.

Jakarta, 8 Mei 2012
Korban Pelanggaran HAM Berat Tragedi kemanusiaan1965/1966
Lembaga Perjuangan Rehabilitasi Korban Rezim Orde Baru (LPR KROB)
Yayasan Penelitian Korban Pembantaian 1965 (YPKP 65)
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS)


* * *

Tuesday, May 8, 2012

Zely Ariane Tentang: DITA INDAH SARI DAN MARSINAH


Kolom IBRAHIM ISA
Selasa, 08 Mei 2012
------------------------------



Zely Ariane Tentang: DITA INDAH SARI DAN MARSINAH



Pagi ini kubaca sebuah sajak di Facebook, buah pena kawan baikku - ZELY ARIANE.
Kubaca dan kubaca lagi. Tersentuh hatiku, tergugah fikiranku. Zely Ariane menderetkan dua orang tokoh perempuan. DITA INDAH SARI dan MARSINAH. Yang pertama, Dita Indah Sari, masih ada di tengah-tengah masyarakat kita. Yang seorang lagi, Marsinah, sudah tiada. Kemudian Zely menuliskan kesannya mengenai dua tokoh perempuan Indonesia itu, lalu menarik pelajaran.



Dita Sari adalah pendiri dan mantan pemimpin PRD. Partai politik Kiri, Partai Demokratik Indonesia, adalah satu-satunya parpol yang terdiri dari kaum muda terpelajar dan yang berani menantang diktator Orba Jendral Suharto, di kala Orba masih berjaya. Dita Sari menjadi terkenal karena ia menolak “Award” sebesar US$ 50.000 dari perusahaan raksasa Reebok. Dita Sari menolak “Award” dari Reebok karena berbau 'suapan'. Dita berjuang untuk hak-hak demokrasi bagi buruh dan rakyat Indonesia. Ia juga pernah pemimpin serikatuburh, kemudian jadi pemimpin politik. Dita diganjar Orba, hukuman penjara 8 tahun. Belum 8 tahun Suharto jatuh. Naik Habibi. Dita Sari bebas penjara. Amnesty Internasional memaklumkan Dita sebagai “prisoner of conscience”.



* * *



Suatu ketika aku berkunjung ke kantor Amnesty Inernational Belanda di Amsterdam. Terpampang di dinding ruangan tamu, foto Dita Indah Sari sebesar gajah. Aku bangga seorang aktivis pejuang perempuan Indonesia, dimaklumkan sebagai tokoh pejuang hak-hak manusia. Dan fotonya dipasang di gedung Amnesy International Belanda di Keizersgracht, Amsterdam.



Pada kesempatan lain kujumpai dan diskusi dengan Dita Indah Sari dalam TEMU EROPA di Jerman tidak lama setelah jatuhnya Suharto. Ketika itu tokoh Dita Indah Sari, bagiku adalah seorang tokoh perempuan aktivis dan pejuang kaum buruh, pejuang demokrasi dan hak-hakmanusia. Ia teladan yang mempesonakan. Begitu gigih dan konsisten, berani dan optimis. Kawan-kawan yang hadir dalam TEMU EROPAH semuanya mengagumi dan menghormati Dita Indah Sari.



* * *



Setelah Reformasi dan Orba tiada, tetapi banyak petinggi-petinggi Orba yang masih berkuasa di banyak bidang, pandangan Dita Sari mengenai situasi politik tanah air mengalami perubahan.
Zely Ariane mencatat perubahan itu dalam sajaknya:



Pada suatu masa
Dita berkata:
pengusaha, tentara, Orba, bisa jadi kawan kelas pekerja
Karenanya ia dukung Wiranto yang jenderal tentara
Yusuf Kalla yang lumayan raksasa pengusaha
untuk jadi pemimpin negara kita



Kini Dita jadi juru bicara
Menteri Tenaga Kerja
untuk membantu pekerja percaya niat baik pengusaha



Sehingga Dita yang pandai bicara
mulai dlupakan massa



* * *



Yang satu lagi adalah tokoh pahlawan buruh. Pahlawan kataku, karena memang MARSINAH adalah pahlawan pejuang sesama kaum buruh. Ia tetap konsisten sampai ia meninggal di tangan kekuasaan aparat. Di bawah ini pelukisan Zely Ariane mengenai MARSINAH, dalam sajaknya:



Ada seorang perempuan bernama Dita
Suara Marsinah kalah lantang dibanding Ia
Pemimpin aksi massa pekerja
hingga dipenjara Orba



Bila Marsinah tak bisa sekolah hukum karena biaya
Dita tinggalkan fakultas hukum demi menggalang aksi massa
Marsinah bukan pimpinan serikat pekerja
Sementara Dita bintangnya politik kelas pekerja



Dita dijemput tentara Orba
Marsinah mendatangi Kodim dan pengusaha
Marsinah tiada
Dita masih ada
dan Marsinah yang mati tak bersuara
diingat dalam sanubari dan benak kita



* * *



Kita belajar dari sikap Zely terhadap dua tokoh perempuan Indonesia tsb. Sayang, Marsinah sudah tiada.Tapi akan selalu dikenang dan dihormati. Aktivis-aktivis buruh muda pasti akan turun temurun terinspirasi oleh tokoh pejuang buruh Marsinah.



Tentang Dita Sari?



Zely sudah mengucapan selamat tinggal kepada Dita Indah Sari.



* * *



Di bawah ini selengkapnya sajak Zely Ariane:



Marsinah dan Dita
Zely, Ariane, 08 Mei 2012



Ada seorang perempuan bernama Dita
Suara Marsinah kalah lantang dibanding Ia
Pemimpin aksi massa pekerja
hingga dipenjara Orba



Bila Marsinah tak bisa sekolah hukum karena biaya
Dita tinggalkan fakultas hukum demi menggalang aksi massa
Marsinah bukan pimpinan serikat pekerja
Sementara Dita bintangnya politik kelas pekerja



Dita dijemput tentara Orba
Marsinah mendatangi Kodim dan pengusaha
Marsinah tiada
Dita masih ada



Pada suatu masa
Dita berkata:
pengusaha, tentara, Orba, bisa jadi kawan kelas pekerja
Karenanya ia dukung Wiranto yang jenderal tentara
Yusuf Kalla yang lumayan raksasa pengusaha
untuk jadi pemimpin negara kita



Kini Dita jadi juru bicara
Menteri Tenaga Kerja
untuk membantu pekerja percaya niat baik pengusaha



Sehingga Dita yang pandai bicara
mulai dlupakan massa
dan Marsinah yang mati tak bersuara
diingat dalam sanubari dan benak kita



Selamat tinggal Dita
Selamat datang Marsinah-Marsinah muda.



*Zely Ariane, tebet, 080512, 12:55



* * *

Wednesday, May 2, 2012

Menyambut Hari Buruh 1 MEI, 2012


Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 02 Mei 2012
-----------------------------

Menyambut Hari Buruh 1 MEI, 2012

Artikel yang amat kusarankan, --- agar dibaca oleh sebanyak mungkin pemeduli kaum pekerja Indonesia, khususnya para aktivis serikatburuh, serta juga pakar ekonomi, pelajar/mahasiswa dan para jurnalis muda, --- ialah tulisan analitis yang kukutip SELENGKAPNYA di bawah. Artikel itu berjudul “MENYAMBUT HARI BURUH 2012”. Aku menerimanya dari sahabatku Arif Harsana, pengelola mailist Temu Eropah, dan bersumber dari situs “Indoprogress”. Penulisnya adalah Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, Kepala Departemen Kajian Strategis & Kebijakan BEM KM UGM, Yogyakarta.



Mengapa kusarankkan agar Anda-Anda membaca tulisan Ahmad Rizky tsb ? Bukan disebabkan oleh jabatannya, sebagai Kepala Departemen Strategis & Kebijakan BEM KM Universitas Gajah Mada. Tetapi, pertama-tama, karena artikel itu ditulis oleh seseorang yang MENGENAL SITUASI KONGKRIT yang ditulisnya, dan mengadakan ANALISA SECARA KONGKRIT PULA . . . Yaitu mengenai situasi kongkrit kaum buruh dan perburuhan Indonesia, serta situasi umum ekonomi nasional kita.



Pembaca tidak mesti setuju dengan analisis dan kesimpulan yang dibuat Ahmad Rizky. Tapi bisa mencoba memahami analisa dan kesimpulannya yang TJES PLENG itu. Berusaha mempertimbangkannya.



* * *



Di bawah ini diangkat untuk menjadi perhatian pembaca dalam tulisan Ahmad Rizky, a.l sbb:
Penulis Ahmad Risky mengawali tulisannya dengan memfokuskan pada empat hal:



Pertama, harus diakui, ekonomi kita saat ini sedang morat-marit. Harga minyak dunia melambung tinggi, dan pemerintah dengan sangat reaktif menjawabnya dengan kebijakan paling gampang: menaikkan harga BBM Bersubsidi. Akibatnya, harga kebutuhan pokok naik, spekulan bermain di mana-mana. Dst . . .

Kedua, kita masih dihadapkan pada ‘rezim upah murah.’ . . . dst

Ketiga, kita menghadapi fenomena ‘proletarisasi petani’ (Kompas, 14/4). Gejala ini ditandai oleh menghilangnya hak warga atas tanah karena diambil perusahaan-perusahaan besar. dst

Keempat, masalah outsourcing dan hak untuk berserikat sampai kini belum juga tuntas. Kita masih saja dihadapkan oleh pekerja kontrak yang harus menjadi pengangguran baru setelah kontraknya selesai, berada di bawah bayang-bayang PHK, hingga penggusuran lahan yang semakin menghimpit para buruh. dst”

Mendekat pada akhir pembeberan dan kemudian menarik kesimpulannya Ahmad Rizky selanjutnya:

“… Apa benang merah yang bisa kita tarik dari masalah-masalah di atas? Jelas, buruh menghadapi masalah penaikan harga BBM yang tidak menguntungkan, upah yang tidak layak (karena UMP tak kunjung dinaikkan), ‘rezim upah murah,’ bayang-bayang PHK jika ongkos produksi naik dan perusahaan melakukan efisiensi, serta proletarisasi karena tanah sudah harus terjual untuk kepentingan industrial. Buruh kian tercekik. Dan masalah seperti ini akan tetap ada jika kapitalisme masih terus ada. (huruf tebal I.I.)

“… Jelas, masalah penaikan harga BBM adalah refleksi dari politik migas yang tak berdaulat. Rezim upah murah terjadi karena pemerintah tak punya keberpihakan yang kuat pada kaum buruh dalam berhadapan dengan pemilik modal. Proletarisasi terjadi karena petani tak lagi berdaulat atas tanahnya, dan pemiskinan buruh terjadi karena buruh tak lagi berdaulat atas hasil kerjanya.
Ketika buruh dihisap melalui rezim upah murah dan ekonomi sedang morat-marit, kepada siapa kita menuntut? Jangan lupa, kita masih punya negara. Negara ini didirikan untuk ‘melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum’ (pembukaan UUD 1945). Jelas, tanggung jawab membebaskan buruh dari ketertindasan adalah tanggung jawab negara. (huruf tebal dari I.I.)

“… para founding fathers membuat pasal 33 dalam UUD 1945. ‘Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.’ Ada dua poin penting di sini: (1) negara menguasai sektor produksi strategis; (2) hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini jelas menegaskan prinsip anti-liberalisasi dalam pengelolaan ekonomi.

Setelah mengadakan analisa tentang situsi kongkrit keadaan kaum buruh dan ekonomi nasional kita, Ahmad Rizky tiba pada kesimpulan akhir yang TJES PLENG. Bahwa situasi kita, dimana kapitalisme sudah masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan rakyat, bahwa negeri kita berada dalam cenkeraman

KAPITALISME YANG DIKAWAL OLEH REJIM NEOLIBERALISME.

Ahmad Rizky menegaskan bahwa:

. . . . Sekarang, persoalan kian kompleks. Kapitalisme masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan kita, secara ekonomi, politik, dan kultural, dari sektor  manufaktur hingga sektor ekstraktif. Tapi dalam kedua sektor itu pun, sumberdaya alam (SDA) kita tidak lagi berdaulat. Kekuatan asing masuk dengan cepatnya. Dan artinya, hasil-hasil produksi buruh, seperti dipotret John Pilger (2001), tidak lagi hanya dipasarkan di pasar domestik, tetapi juga pasar internasional -dengan skema globalisasi. Artinya, negara semakin tidak berdaulat atas hasil produksi di dalam negerinya.
Dalam konteks ini, kita jelas telah menemukan musuh bersama kita. Mahasiswa, buruh, dan semua elemen masyarakat yang ingin bergerak pada 1 Mei 2012 mesti temukan musuhnya. Dan pada analisis ini, kita sudah temukan akar masalahnya:

Kapitalisme yang kini dikawal oleh rejim neoliberalisme.

* * *

Sudah saatnya hari buruh kita jadikan isu bersama semua kalangan. Mari menyambut Mayday dengan semangat ‘rakyat Indonesia yang Berdaulat.’ Demikian Ahmad Rizky mengakhiri tulisannya yang cekak-aos, tapi jelas, tegas dan TJES PLENG.

* * *



Artikel Ahmad Rizky selengkapnya:
Menyambut Hari Buruh 2012
Oleh: Ahmad Rizky Mardhatillah Umar, Kepala Departemen Kajian Strategis & Kebijakan BEM KM UGM, Yogyakarta

KIRA-KIRA, apa yang akan menjadi isu ramai di hari Buruh tahun ini? Mari kita petakan masalah-masalah yang sebenarnya menjadi masalah kita bersama — intelektual, mahasiswa, profesional, buruh, tani, dll-pada hari buruh tahun ini

Pertama, harus diakui, ekonomi kita saat ini sedang morat-marit. Harga minyak dunia melambung tinggi, dan pemerintah dengan sangat reaktif menjawabnya dengan kebijakan paling gampang: menaikkan harga BBM Bersubsidi. Akibatnya, harga kebutuhan pokok naik, spekulan bermain di mana-mana.

Jelas, buruh paling dirugikan karena harus menghadapi bahaya lain: pemangkasan upah. Kenaikan harga BBM menaikkan ongkos produksi. Perusahaan akan dengan mudah menurunkan upah buruh -apalagi ditopang dengan upah minimum provinsi (UMP) yang tidak layak- sehingga justru menempatkan buruh pada posisi paling dirugikan. Ini dampak riil yang akan dialami buruh.
Faisal Yusra, Ketua Serikat Pekerja Migas Indonesia (SPMI), telah menyatakan bahwa masalah penaikan harga BBM tak terlepas dari skema liberalisasi Migas yang menganaktirikan Pertamina di Indonesia (Yusra, 2012). Sebagai perusahaan negara, posisi Pertamina dalam industri hulu justru harus ‘bersaing’ dengan perusahaan-perusahaan multinasional asing lain yang bercokol melalui UU 22/2001 tentang Migas.[1]Ketika pekerja Pertamina bekerja keras penuhi pasokan BBM di Indonesia, perusahaan asing justru mengeruk kekayaan dengan bagi hasil tak seimbang. Ini ironis dan problematis. Artinya, hal ini juga terkait problem perburuhan yang berkorelasi dengan problem kedaulatan bangsa.

Kedua, kita masih dihadapkan pada ‘rezim upah murah.’ Secara teoretik, kita mengenal teori ‘hukum besi upah.’ Ketika berbicara soal upah dan kerja, David Ricardo menyatakan: upah buruh tidak akan melebihi kemampuan seorang buruh memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Ricardo, ‘nilai suatu barang’ sama dengan kerja yang dilakukan untuk mencapai produksi yang dihasilkan (Agung, 2009). ‘The value of a commodity, or the quantity of any other commodity for which it will exchange, depends on the relative quantity of labour which is necessary for its production, and not on the greater or less compensation which is paid for that labour.’(Ricardo, 1817).[2]

Artinya, jika ‘nilai’ = kerja, berarti nilai yang dipertukarkan untuk memenuhi kebutuhan barang adalah akumulatif kerja dari masing-masing buruh untuk memproduksi sebuah barang. Di sinilah kritik Marx masuk. Menurut Marx, Ricardo melakukan oversimplifikasi terhadap nilai yang menyebabkan upah buruh tak akan berada pada level yang tinggi. Justru, tenaga para buruh dihisap oleh para kapitalis untuk melipatgandakan keuntungan mereka dengan jam kerja dan rendahnya upah itu sendiri, sementara upah terus bertahan.

Mengapa? Berdasarkan law of diminishing return, keuntungan pada dasarnya akan selalu turun. Ricardo percaya bahwa turunnya tingkat upah akan menyebabkan majikan harus menaikkan tingkat upah agar keuntungan bertambah . Namun, kondisinya akan secara alamiah hanya akan cukup membuat buruh bertahan hidup, sebab jika keuntungan naik, maka upah pun akan dipangkas. Ini yang disebut dengan ‘hukum besi upah’ (Agung, 2009).
Jadi, ekonomi yang morat-marit akan berdampak pada ongkos produksi yang naik pula. Dan artinya, buruh harus siap menghadapi pemangkasan upah. Pada titik inilah tesis Marx bahwa kaum buruh harus bersatu untuk menghadapi para kapitalis menjadi dapat kita terima. Sebab, kapitalisme secara alamiah akan menghisap tenaga para buruh demi kepentingan produksinya. Dan jika itu terjadi, yang ada hanyalah penindasan!

Inilah yang disebut oleh Marx sebagai ‘alienasi.’ Buruh yang dihisap tenaganya dengan upah yang tidak layak, tidak lagi menikmati hasil kerjanya sendiri. Padahal, sifat dasar manusia adalah bekerja dan berproduksi. Dan artinya, tanpa campur tangan negara dalam pengupahan yang layak, hal ini akan berarti pemiskinan buruh atas fasilitasi negara!
Ketiga, kita menghadapi fenomena ‘proletarisasi petani’ (Kompas, 14/4). Gejala ini ditandai oleh menghilangnya hak warga atas tanah karena diambil perusahaan-perusahaan besar. Nurkhoiron (2012) juga melihat gejala serupa di kalangan pesantren Nahdhiyyin, ketika gejala pembangunan meninggalkan pedesaan dan basis keagamaan di dalamnya, menjadikan tingkat pengangguran banyak di kalangan NU.[3]

Kita patut melihat ini pada relasi tanah pertanian, yang sebenarnya terhubung pada penjelasan ‘proletarisasi’ ini. Saya melihat, dalih pengambilan lahan, paling tidak, ada dua: pertama, untuk pertambangan atau industri. Taktik yang dilakukan oleh perusahaan adalah membebaskan semua lahan warga dengan biaya tak sedikit. Namun, masalah sosial yang ditimbulkan tidak ditanggulangi dengan baik.  Kedua, untuk infrastruktur, dimana perusahaan kadang membajak peran negara dengan dalih penyediaan lahan untuk kepentingan umum. Warga hanya mendapatkan ganti rugi, tetapi tidak mendapatkan akses atas tanah yang baru.
Baru-baru saja, kita terkejut ketika sebuah UU tentang Pengadaan Lahan bagi Kepentingan Umum lolos begitu saja di DPR-RI (UU Nomor 2 Tahun 2012). UU ini bisa menjadi celah kaum kapitalis membajak negara untuk membebaskan lahan para petani, tanpa memperhatikan dampak sosial yang menyertainya.

Masalah ini jelas terhubung dengan fenomena perburuhan. Meningkatnya jumlah buruh yang terjebak pada ‘hukum besi upah’ salah satunya disebabkan oleh masalah ini. Ketika para petani kehilangan lahan, yang sebenarnya juga bisa dibaca sebagai ‘upaya pemiskinan,’ tak ada pilihan lain bagi mereka selain menjadi buruh. Modelnya bisa menjadi buruh tani (petani penggarap) atau masuk sebagai buruh di sektor industrial.
Keempat, masalah outsourcing dan hak untuk berserikat sampai kini belum juga tuntas. Kita masih saja dihadapkan oleh pekerja kontrak yang harus menjadi pengangguran baru setelah kontraknya selesai, berada di bawah bayang-bayang PHK, hingga penggusuran lahan yang semakin menghimpit para buruh.

Fenomena outsourcing-upah murah-penggusuran lahan petani-kenaikan harga barang kebutuhan pokok seperti menjadi lingkaran setan bagi mereka yang tak berpunya. Lahan pertanian digusur, meninggalkan dua opsi bagi para petani: menjadi buruh tani atau buruh pabrik (selain “pengangguran”, tentu saja). Di sini, terjadi proletarisasi.
Mereka yang menjadi buruh harus dihimpit oleh upah murah, yang seperti kata Ricardo dan Marx dulu, hanya cukup untuk mencukupi bertahan hidup. Tapi tak cukup hanya itu. Sewaktu-waktu, kontrak mereka bisa diputus (PHK) atau habis kontrak dan harus kehilangan pekerjaan, dan mereka bertahan pada sesuatu yang sifatnya sirkular.

Sejauh penelusuran saya, Siklus tadi terjadi di daerah pertambangan minyak. Warga desa yang dibebaskan lahannya harus menghadapi fenomena proletarisasi, berubah profesi apakah menjadi petani penggarap atau justru menjadi pegawai outsource (untuk hal-hal yang sifatnya “kasar”, tentunya) di perusahaan minyak. Jika suatu saat minyak kita habis, bagaimana nasib para pekerja ini? Perusahaan asing angkat kaki, tinggallah lahan yang tak subur dan mereka yang tak bisa bekerja lagi.

Di sinilah yang mengerikan dari outsourcing. Rakyat kita semakin tidak berdaulat atas hasil kerja yang mereka miliki. Apalagi, perlindungan dari negara sangat lemah. Pembiaran oleh negara memberi peluang dan keleluasaan bagi para majikan untuk memberlakukan sistem kerja kontrak yang ujung-ujungnya hanya menindas kaum buruh
Apa benang merah yang bisa kita tarik dari masalah-masalah di atas? Jelas, buruh menghadapi masalah penaikan harga BBM yang tidak menguntungkan, upah yang tidak layak (karena UMP tak kunjung dinaikkan), ‘rezim upah murah,’ bayang-bayang PHK jika ongkos produksi naik dan perusahaan melakukan efisiensi, serta proletarisasi karena tanah sudah harus terjual untuk kepentingan industrial. Buruh kian tercekik. Dan masalah seperti ini akan tetap ada jika kapitalisme masih terus ada.

Jelas, masalah penaikan harga BBM adalah refleksi dari politik migas yang tak berdaulat. Rezim upah murah terjadi karena pemerintah tak punya keberpihakan yang kuat pada kaum buruh dalam berhadapan dengan pemilik modal. Proletarisasi terjadi karena petani tak lagi berdaulat atas tanahnya, dan pemiskinan buruh terjadi karena buruh tak lagi berdaulat atas hasil kerjanya.
Ketika buruh dihisap melalui rezim upah murah dan ekonomi sedang morat-marit, kepada siapa kita menuntut? Jangan lupa, kita masih punya negara. Negara ini didirikan untuk ‘melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum’ (pembukaan UUD 1945). Jelas, tanggung jawab membebaskan buruh dari ketertindasan adalah tanggung jawab negara.
Untuk itulah, para founding fathers membuat pasal 33 dalam UUD 1945. ‘Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.’ Ada dua poin penting di sini: (1) negara menguasai sektor produksi strategis; (2) hasilnya dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pasal ini jelas menegaskan prinsip anti-liberalisasi dalam pengelolaan ekonomi.

Sekarang, persoalan kian kompleks. Kapitalisme masuk ke seluruh sendi-sendi kehidupan kita, secara ekonomi, politik, dan kultural, dari sektor  manufaktur hingga sektor ekstraktif. Tapi dalam kedua sektor itu pun, sumberdaya alam (SDA) kita tidak lagi berdaulat. Kekuatan asing masuk dengan cepatnya. Dan artinya, hasil-hasil produksi buruh, seperti dipotret John Pilger (2001), tidak lagi hanya dipasarkan di pasar domestik, tetapi juga pasar internasional -dengan skema globalisasi. Artinya, negara semakin tidak berdaulat atas hasil produksi di dalam negerinya.
Dalam konteks ini, kita jelas telah menemukan musuh bersama kita. Mahasiswa, buruh, dan semua elemen masyarakat yang ingin bergerak pada 1 Mei 2012 mesti temukan musuhnya. Dan pada analisis ini, kita sudah temukan akar masalahnya: kapitalisme yang kini dikawal oleh rejim neoliberalisme.

Sudah saatnya hari buruh kita jadikan isu bersama semua kalangan. Mari menyambut Mayday dengan semangat ‘rakyat Indonesia yang Berdaulat.’***


* * *