Kolom
IBRAHIM ISA
Kemis,
31 Mei 2012
----------------------------
MUNGKIN
INDONESIA PERLU REDAH HATI “BELAJAR”
DARI
“TURKI MODERN” YANG SEKULER !!!
Mengunjungi
“Turki Modern”, “Turkinya Mustafa Kemal Attaturk”, dilakukan
orang karena bermacam alasan dan motif. Sebagian terbesar pengunjung
Turki melakukannya dalam rangka “ingin melihat negeri lain”
selain dari negeri-negeri yang sudah dikunjungi sebelumnya. Sebagain
besar dari orang-orang Eropah, Amerika dan Asia seperi Jepang,
Taiwan, Singapur dan juga Tiongkok daratan, berkunjung ke Turki dalam
rangka parawisata. “Jalan-jalan” ke Turki karena cuacanya lebih
menjenangkan. Lebih sering matahari bersinar dalam musim liburan
dibanding dengan negerinya.
Orang-orang
yang berkunjung ke Turki dengan alasan “berparawisata”, merupakan
sebagian terbesar pengunjung Turki setiap musim. Terutama pada musim
semi dan musim panas. Tidak sedikit yang mengunjungi bagian sebelah
Barart Turki. Karena disitu tanahnya lebih subur dan banyak
gunung-gemunung dan bukit-bukit serta tanah dataran yang hijau.
Nyaman dan indah dipandang serta dinikmati. Bisa menyaksikan kebun
anggur, zaitun, kapas, tambakau dan tanaman buah-buahan lainnya yang
memenuhi daerah luas dataran rendah dan dataran tinggi Turki.
Kutanyakan sebagian
teman yang ikut dalam rombong Indonesia ke Turki (dari Belanda
terdiri dari 32 orang. Yang paling tua berumur hampir 83 tahun dan
yang paling muda berumur 10 tahun), mengapa pada musim semi ini
mereka berkunjung ke Turki ? Jawaban yang diberikan umumnya sama.
Yaitu karena “belum pernah ke Turki” dan ingin menyaksikan
sendiri bagaimana negeri Turki itu.
Sementara
teman Indonesia lainnya yang tidak sempat kutanyakan, tentu punya
alasan dan sebab lain mengapa ikut dengan rombongan kunjungan ke
Turki ini. Kami berdua, Murti dan aku, ambil bagian dalam kunjungan
selama 8 hari ( 23 -31 Mei 2012) yang dipimpin oleh Taufik Tahrawi
dari suatu perkumpulan arisan di Belanda; juga punya alasan kami
sendiri.
Bila
ditanya, mengapa aku tertarik ingin berkunjung ke Turki? Maka
alasanku adalah, karena ingin mengenal Turki dari dekat.
Negeri dan rakyatnya. Dalam waktu demikian singkatnya tentu amat
tidak cukup untuk “mengenal” suatu negeri yang berpenduduk lebih
dari 72 juta. Yang bisa diperoleh dari kunjungan itu adalah
kesan-kesan pertama semata dari negeri dan mengenai orang-orang
yang kebetulan dijumpai. Namun,8 hari di Turki berkunjung ke sekian
banyak tempat dan dipandu oleh seorang pengantar orang setempat yang
bisa berbahasa Belanda dan hampir setiap saat menceriterakan apa
yang dilihat dan dikunjungi serta latar belakang sejarahnya, adalah
suatu awal yang “lumayan” untuk mengenal lebih lanjut apakah
yang dinamakan Turki modern itu. Tentu hal itu hanya diperoleh bila
selanjutnya dengan seksama dan kritis membaca media dan literatur
mengenai Turki Modern.
Tambahan
lagi teman Turki yang menemani dan membimbing rombongan Indonesia ke
Turki kali ini, bernama ISMAIL, adalah seorang intelektual yang
ramah, menarik dan gembira serta mengenal betul sejarah negeri dan
rakyat Turki.
Dalam
tempo singkat selama 8 hari terus bersama Ismail, telah
menjadikannya sahabat akrab kami. Ia berucap bahwa belum pernah
menemui rombongan pengunjung ke Turki yang demikian ramah,
bersahabat dan gembiranya seperti rombongan orang-orang Indonesia.
Perasaaan ini timbal-balik. Kami dari rombongan Indonesia juga
merasa, dalam kunjungan ke Turki kali ini memperoleh seorang sahabat
bangsa Turki, yang mencerminkan “wajah umum” orang-orang Turki
modern.
*
* *
Selama
8 hari mengunjungi Turki telah dilakukan perjalanan kunjungan dan
peninjauan cukuppanjang, -- kurang lebih 1350 km jauhnya. Meliputi
perjalanan bus dan kapal ke Eceabat, menyeberangi selat Dardanela
menuju tempat berejarah Troya (terkenal dengan kisah KUDA TROYA).
Lalu
ke suatu tempat penuh peninggalan sejarah di kota Pergamon, Bergama.
Kemudian ke kota kuno dan bersejarah Efeze (cerita tentang Efeze
terdapat di Kitab Injil). Seterusnya ke Palmukkale dimana terdapat
permunculan geografis alamiah indah yang ditimbulkan oleh ribuan
tahun mengalirnya sumber air-panas yang mengandung calcium yang kaya.
Disebabkan oleh penumpukan kalk maka muncullah teras-kalk yang indah
dan mempesonakan. Lalu ke kota kuno bersejarah Hiërapolis yang kaya
dengan peninggalan sejarah.
Kembali
ke Istambul, dikununjungilah Masjid Biru Istanbul, Musium Topkapi dan
Musium Hagia Sophia yang tadinya adalah gereja, diubah menjuadi
masjid oleh kekuasaan Islam Kerjaan Ottoman, kemudian oleh pemerintah
Republik Turki dijadikan Musium Aya Sophia. Yang mengisahkan
perubahan dari gereja menjadi mesjid lalu menjadi musium Kristen dan
Islam. Kami juga mengikuti pelayaran dengan kapal di laut yang
memisahkan dan menghubungkan wilayah Asia dan bagian Eropa dari
Turki. Itu tidak kalah indahnya bila mengikuti pelayaran kapal pesiar
di sungai Seine di kota Paris. Turki adalah satu-satunya negeri di
dunia dimana “bertemu” bagian Asia dan Eropa dari Turki.
Orang
bisa bertanya: Yang namanyaTurki itu, apakah itu sebuah negeri Asia
atau negeri Eropah? Jawabnya: Ya Asia, ya Eropah. Karena negeri dan
rakyat Turki sebagian ada di benua Asia, sebagian lagi di benua
Eropah. Makanya sebagai negeri Asia, Turki juga hadir dan anggota
dari Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955), dan sejumlah
konferensi Asia-Afrika lainnya. Sebagai negeri Eropah, Turki adalah
anggota dari blok militer Eropah Barat dan AS, bernama Nato. Sudah
beberapa tahun belakangan ini Turki mengajukan untuk menjadi anggota
dari Uni Eropah (European Union, EU)
*
* *
Namun
yang hendak sedikit diangkat dalam rangka mengenal Turki modern
bukanlah kunjungan ke pelbagai daerah Turki serta latar belakang
sejarahnya yang lebih banyak merupakan peninggalan penguasa-penguasa
dari Barat seperti Kerajaan Junani kuno dan Kerajaan Romawi.
Cerita
tentang itu akan dilanjutkan dalam tulisan berikutnya.
Lalu,
bila ditanya padaku: Apa kesan selayang pandang tapi menyolok dari
Turki modern sekarang ini?
Ada
EMPAT HAL yang mengesankan:
Pertama,
selama kunjungan yang amat menyokok dan mengesankan ialah SIKAP
TOLERANASI bangsa dan negeri Turki serta penguasanya mengenai
masalah agama. Setelah kemenangan REVOLUSI TURKI melawan kekuatan
asing dan kerajaan, --- yang dipimpin oleh MUSTAFA KEMAL ATTATURK,
telah diadakan pelbagai Reformasi teramat penting. Namun, yang
terpenting ialah: PEMISAHAN ANTARA AGAMA DAN NEGARA. Populer dikenal
dengan nama Pemisahan antara Masjid atau Gereja dengan Agama.
Atau SEKULARISME.
Kedua,
SIKAP TOLERANSI MAYORITAS DAN PENGUASA ISLAM terhadap agama
lainnya.
Ketiga:
Selama kunjungan tak pernah menemukan walau seekor lalatpun.
Keempat:
Tak sekalipun melihat corat-coret di tembok atau tempat dan kendaraan
umum yang dikenal sebagai GRAFITI. . * * *
No comments:
Post a Comment