Kolom
IBRAHIM ISA
Sabtu,
02 Juni 2012
-----------------------------
MUNGKIN
INDONESIA PERLU RENDAH HATI “BELAJAR”
DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!! --- < Bagian 2 >
DARI “TURKI MODERN” YANG SEKULER !!! --- < Bagian 2 >
Ismail, warga
Turki, yang pernah disebut namanya dalam tulisan Pertama,“guide”
kami selama perjalanan peninjauan ke Turki (23-31 Mei 2012), dalam
nada berseloroh menyampaikan kepada kami:
“Ada
satu kekeliruan yang
dibuat oleh Mutafa Kemal Attaturk <1881-1938>
– (Attaturk artinya “BAPAK ( NASION TURKI”), yaitu
menghapuskan p o l y g a m i”.
Kami yang mendengarkan di dalam 'touring car' pada hari kedua di
Turki, setengah teriak, setengah berseloroh menyambut dengan seruan
: Haaaaaaa . . . . . . . ! Ini terutama reaksi kami-kami yang priya.
Yang perempuan tertawa lega dan puas. Kiranya karena mereka merasa
bahwa apa yang disebut Ismail, sebagai “satu kekeliruan” yang
dilakukan Mustafa Kemal Attaturk, itu justru adalah yang
BENAR.
Pembaca
jangan salah tanggap! Seluruh rombongan Indonesia yang sedang
berkunjung ke Turki ketika itu, adalah sahabat-sahabatku, . . . .
satu-per-satu adalah orang baik-baik. Sahabat-sahabatku yang sudah
berkeluarga semua tak ada yang berpolygami.
Tak ada yang membenarkan tindakan kawin lagi seperti yang dilakukan
oleh misalnya Abdullah Gymnastiar
atau Aa Gym, seorang
pendakwah, penyanyi, penulis buku dan penerbit, pengusaha dan pendiri
Pondok Pesantren Darut Tauhid di Bandung. Dan sementara para
petinggi Indonesia dewasa ini.
Sesungguhnya
kaum priya rombongan ekskursi ke Turki ini , punya pendirian sama
dengan teman-teman wanita. Memang benarlah, -- kebijakan yang
diambil oleh Mustafa Kemal Attaturk, --- polygami harus
dihapuskan, memang semestinya dilarang.
Sahabat
Turki kami, Ismail, juga sependapat. Ismail beristri (satu saja) dan
punya dua anak. Kedua-duanya putri-putri. Kami sempat berkenalan dan
berjabatan tangan dengan “Bu” Ismail dan putri-putrinya. Ismail
yang tak berpolygami ini bersama seluruh keluarganya tampak bahagia!
*
* *
Menghapuskan
dan melarang polygami, adalah
salah satu kebijakan fundamemtal yang dijalankan oleh Mustafa Kemal.
Adalah salah satu dari serentetan tindakan yang diambilnya dalam
rangka REFORMASI
di Turki. Sekaligus juga merupakan manifestasi diakhirinya kebiasaan
buruk beristrikan lebih dari seorang, yang memperoleh legalitasnya
dari ajaran agama.
Mustafa
Kemal pertama-tama menghapuskan kekuasaan Sultan dan para petinggi
agama dengan memaklumkan PEMISAHAN
ATANTARA AGAMA DAN NEGARA.
Republik Turki Modern lahir pada tanggal 29 Oktober 1923, mengikuti
suksesnya perang kemerdekaan dan perlawanan di bawah pimpinan Mustafa
Kemal Attaturk. Republik Turki bukan lagi dipimpin oleh seorang
Sultan dari Kerajaan Ottoman yang sekaligus juga kepala agama. Turki
telah menjelma menjadi satu republik yang mengikuti prinsip dan
aliran demokrasi. Prisidennya dipilih rakyat. Pemerintah dibentuk
atas dasar perimbangan kekuatan parpol-parpol yang terwakili di
parlemen yang juga adalah hasil pemilihan.
Kebijakan Reformasi
lainnya yang amat penting ialah menggantikan aksara Arab yang selama
lebihdari 700 tahun digunakan olehTurki, menjadi AKSARA LATIN.
Jelas, suatu tindakan untuk mengakhiri pengaruh budaya Arab terhadap
bangsa Turki, yang ikut masuk dan memberikan pengaruh besar bersama
dengan masuk dan meluasnya agama Islam. Sejak itu Turki membangun
BUDAYA PRIBADI TURKI yang modern.
Pendidikan sebagai
salah satu pilar pembangunan budaya nasion, -- menjadi elemen
penting dalam Reformasi Mustafa Kemal. Selama lima tahun berlaku
ketentuan wajib belajar. Dimulai dari anak yang berumur 7 tahun. Saat
ini di Turki terdapat 45.870 sekolah dasar, 4260 sekolah menengah
dan tinggi, 1900 sekolah kejuruan, dan 27 universitas dan perguruan
tinggi. Cukup besar hasil yang dicapai Reformasi Turki setelah
Revolusi Mustafa Kemal berhasil menumbangkan sistim feodal kerajaan
Ottoman dan mengusir kaum intervensionis kekuasaan asing.
* * *
Ketika berkunjung ke
Masjid Biru Istanbul, di tengah-tengah masjid dalam ruangan dalam
agak kedepan sedikit, kami saksikan sebuah bangunan kecil “air
mancur”. Dijelaskan oleh Ismail, bahwa “air mancur” didalam
masjid itu dibangun sebagai penghormatan untuk seorng perempuan
Yahudi, pemilik dari persil, diatas mana masjid di bangun.
Semula perempuan Yahudi itu tidak setuju dibangunnya sebuah masjid di
atas persil miliknya itu. Ketika ia meninggal dan persil itu
diserahkan (kemungkinan oleh keluarganya) kepada Sultan. Sultan lalu
membangun masjid di atas persil itu, dengan membuatkan sebuah “air
macur” di dalam masjid sebagai tanda penghormatan kepada perempuan
Yahudi tadi.
Aku fikir: Kok luar
biasa sekali. Di dalam sebuah masjid tempat beribadah ummat Islam,
dibuatkan sebuah “air mancur” sebagai tanda memberi penghargaan
dan kenangan untuk perempuan Yahudi, yang ketika hidup tak setuju
dibangunnya sebuah mesjid di situ. Bukankah ini suatu manifestasi
toleransi bangsa Turki mengenai masalah hidup berdampingan berbagai
agama dan kepercayaan di Turki?
* * *
Kasus lain mengenai
semangat toleransi bangsa Turki bersangkutan dengan perbedaan agama,
bisa disaksikan dalam kasus seperti berikut di bawah ini:
Berkunjunglah ke
Hagia Sofya di kota Istanbul, sebuah musium umum. Di dalamnya
bisa disaksikan berbagai hiasan tembok dalam aksara Arab berbunyi
“Allah”, “Muhammad”, “Abubakar”, “Umar” dan “Ali”;
empat orang sahabat-sahabat Nabi Muhammad. Lalu ada lukisan-lukisan,
mozaik dan kaca patri (glas in lood) besar-besar yang lebih besar
dari gajah menghiasi tembok-tembok musium. Yang menggambarkan
“Yesus”, “Maria” dan apostel lainnya. Maka tampaklah
terpampang di situ hiasan-hiasan tembok musium baik yang Islam maupun
yang Kristen. Seperti hendak mencerminkan 'hidup berdampingan'
secara damai dan harmonis diantara dua religi besar yang terdapat di
Turki.
Ada ceriteranya di
balik kenyataan ini. Seperti tercatat dalam sejarah Turki, Musium
Hagia Sofya, semula, berabad-abad yang lalu adalah sebuah gereja yang
penting di zaman kerajaan Byzantium dan ketika Istanbul bernama
Constantinopel. Kerajaan Byzantium yang Nasrani itu dikalahkan dan
tegaklah di situ Kerajaan Ottoman. Kerajaan ini kemudian menguasai
wilayah amat luas, mulai dari Aljazair, Lybia dan Mesir di Afrika
Utara; Hongaria, Serbia, Albania, Bulgaria, dam Moldavia di Eropah,
serta Mekkah dan Syria di sebelah Timur.
Alkisah gereja
Helgia Sofya oleh penguasa Islam yang baru, -- diubah menjadi sebah
masjid. Mozaik dan lukisan serta hiasan dinding lainnya yang
mengisahkan Yesus, Maria dan apostel Nasrani lainnya diperintahkan
ditutup dengan papan. Sehingga hilanglah kesan bila orang masuk bahwa
tempat ibadah itu tadinya adalah sebuah gereja.
Namun, ketika
Mustafa Kemal Attaturk menjadi Presiden Republik Turki yang baru,
masjid itu dijadikan sebuah Musium. Papan-papan yang menutupi
hiasan tokoh-tokoh agama Nasrani, dibuka sehingga suasana gereja
muncul lagi.
Kembali terbetik
fikiran dalam benakku: Suatu semangat toleransi yang sungguh bijak
dari Presiden Republik Turki Modern ini.
* * *
Pada hari terakhir
di Turki, kami berpesiar dengan kapal laut disepanjang tepi kota
Istanbul. Melewati suatu daerah di tepi pantai yang berbukit, tampak
daerah perumahan yang indah. Ismail, sahabat Turki kami, menjelaskan:
Didaerah yang tampak indah dari kapal itu, adalah rumah-rumah
orang-orang Albania yang beragama Kristen, orang-orang Yahudi, dan
orang-orang Muslim Turki yang merupakan mayoritas. Dengan suara
yang lebih dikeraskan, Ismail menegaskan bahwa penduduk di situ yang
memeluk masing-masing agama Islam, Yahudi dan Kristen hidup
berabad-abad lamanya dengan damai dan harmonis, tanpa ada gangguan
konflik religius apapun.
Bukan main! Fikirku
lagi.
Betapa besar
semangat toleransi orang-orang ini! Meski tidak seperti bangsa kita:
Punya semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKKA. Tokh dalam praktek kehidupan
mereka sehari-hari memberlakukan semangat TOLERANASI yang bisa
diteladani!
* * *
No comments:
Post a Comment