Kolom
IBRAHIM ISA
Selasa,
19 Juni 2012
----------------------
Tiga Lembaga Penelitian
Minta Pemerintah Belanda Adakan Penyelidikan Baru Sekitar Tindakan
MILITER BELANDA Di INDONESIA (1945-1949)
* * *
Kiranya
perlu fihak Indonesia menyambut perkembangan positif di kalangan
cerndekiawan Belanda, khususnya yang bersangkutan dengan perhatian
meraka pada kasus tindakan militer Belanda di Indonesia, sekitar
periode 1945-1949. Periode itu terutama berlangsung ketika Belanda
melancarkan dua kali agresi militer Belanda terhadap Republik
Indonesia. Tiga lembaga penelitian itu menganggap penting disamping
melakukan kerjasama dengan arsip dan lembaga Belanda, juga dengan
yang bersangkutan di fihak Indonesia. Kongkritnya para cendekiawan
sejarah dan militer Belanda menawarkan kerjasama dengan cendekiawan
Indonesia dalam usaha penelitian tsb.
Sejarwan
Indonesia Bambang Purwanto, menurut de Volkskrant, menyatakan bahwa
inisiatif fihak Belanda itu adalah suatu “ide yang baik sekali”.
Karena di Indonesia dilakukan usaha yang keras
untuk
suatu karya-standar mengenai sejarahnya sendiri.
Historikus
terkenal Belanda, Cees Fraseur, menyatakan kegembiraannya dengan
munculnya prakarsa dari tiga lembaga penelitian Belanda tsb. Saya
berharap hal ini ditangani sebaiknya, demikian Fraseur.
*
* *
Di
lain fihak, juga terdapat suara-suara yang pesimis. Mereka-mereka itu
meragukan bahwa usaha penelitian demikian itu akan mencapai hasil
yang diharapkan. Ini, katanya, karena yang bersangkutan sudah banyak
yang tiada. Argumentasi yang diajukan oleh yang berpandangan pesimis
terhadap usaha penelitian tsb tidak beralasan samasekali. Karena
pengalaman penelitian sejarah selama ini yang bersangkutan dengan
masalah sejarah, justru banyak terungkap SETELAH yang bersangkutan,
yaitu yang terlibat TIDAK ADA LAGI. Sebab, tidak jarang, bahwa
justru yang telibat itu, peranannya sedikit banyak menghambat
ditemukannya fakta-fakta keras dan diambilnya kesimpulan yang sesuai.
Dilain
fihak, masih adanya yang langsung terlibat, juga bisa memainkan
peranan possitif untuk tercapainya kejelasan dan berhasilnyha
penulisan sejarah yang sesuai, yang obyektif.
*
* *
Para
peneliti di NIOD (Lembaga Penelitian Belanda untuk Sejarah Militer)
dan lembaga KITLV menyatakan bahwa, kasus perang di Hindia-Belanda
terus saja muncul lagi, dan kapan berakhirnya masalah ini masih belum
jelas.
S.k.
De Volkskrant, hari ini, menulis bahwa pada akhir tahun lalu, hampir
70 tahun dihitung dari terjadinya peristiwa itu, Belanda menyatakan
minta maaf dan bersedia membayar ganti rugi untuk pertumpahan darah
di desa Rawagede. Beberapa minggu yang lalu, diajukan tuntutan ganti
rugi untuk pelanggaran-hukum perang di Sulawesi Selatan.
Dinyatkan
bahwa diperlukan penelitian baru untuk bisa memahami peperangn yang
macam apa yang berlangsung di situ. Mengapa dan bagaimana peperangan
dilangsungkan di sana. Bagaimana kekejaman itu berlansung dari dua
belah fihak. Juga diperlukan fakta-fakta keras dan jawaban atas
pertanyaan siapa yang bertanggung-jawab. Diharapkan (kali ini) kita
bias menanganinya sampai tuntas.
Para
ilmuwan Belanda yang berinisiatf itu, ingin terlibat langsung dalam
penelitian tsb. Menurut perkiraan mereka dengan enam orang peneliti
berpengalaman diperlukan waktu tiga tahun.
Dengan biaya sekitar 2 – 3 juta Euro.
Dengan biaya sekitar 2 – 3 juta Euro.
*
* *
Diluar
insiatif dan usaha tiga lembaga penelitian Belanda tsb secara
individuil tidak sedikit sejarawan Belanda yang dengan tekun dan
teliti melakukan riset sekitar sejarah hubungan Indonesia-Belanda,
dan telah menghasilkan karya-karya besar seperti buku sejarawan
Belanda Herman Burgers.
Buku
Herman Burgurs, DE GARUDA EN DE OOIEVAAR, setebal lebih dari 800
halaman mengenai sejarah hubungan Belanda-Indonesia akan terbit edisi
Indonesinya tahun depan.
Adanya
usaha dan uluran tangan untuk kerjasama dari para
cendekiawan/sejarawan lembaga penelitisan Belanda, --- perlu sekali
disambut baik oleh fihak Indonesia dan direalisasikan bersama.
Sejajar
dengan itu kita amat menyambut usaha dan kegiatan para sarjana
sejarah Belanda dan Indonesia yang secara pribadi melakukan kegiatan
penelitian dan penulisan sejarah hubungan Indonesia-Belanda.
*
* *
No comments:
Post a Comment