IBRAHIM ISA
Kemis, 21 Juni 2012
-------------------------
SUARA KRITIS MANTAN PRESIDEN LULA DA SILVA MENGECAM KEBIJAKAN IMF/NEGARA KAYA
(Harian ANALISA, 05 Mei 2012)
*Presiden Brazil Kecam Negara Kaya dan IMF*
Mantan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva, Kamis, mengecam
negara-negara kaya untuk mengelola krisis dunia dengan menyerukan
pengetatan ikat pinggang oleh masyarakat miskin sembari memetik manfaat
diri mereka dari sistem keuangan.*
*Dalam pidato publik pertamanya setelah tujuh bulan pengobatan kanker
tenggorokan, Lula, tampak lemah dan berjalan dengan tongkat, menghadiri
seminar tentang investasi di Afrika yang disponsori oleh Bank
Pembangunan Brazil (BNDES).
Dia mengkritik negara-negara Eropa melakukan tugas menanggulangi krisis
dengan langkah-langkah penghematan dan dengan menyuntikkan sejumlah
besar uang ke dalam sistem keuangan.
"Mereka menyerukan penghematan oleh masyarakat miskin, pekerja dan
pemerintah dari negara-negara yang secara ekonomis paling rapuh. Tetapi
pada saat yang sama, mereka menerima paket dan paket sumber daya
keuangan disuntikkan kedalam sistem keuangan yang justru menguntungkan
sektor-sektor yang bertanggung jawab atas spekulasi yang memicu krisis
yang kita alami saat ini," tambahnya.
"Mereka menghukum korban krisis dan memberi hadiah bagi mereka yang
bertanggung jawab untuk itu. Ini adalah kesalahan besar," kata Lula.
Dia mencatat bahwa negara-negara kaya berhadapan dengan krisis dengan
"pemotongan investasi publik, memotong gaji dan tunjangan pekerja,
meningkatkan pengangguran dan menaikkan usia pensiun minimum."
"Logikanya dapat diringkaskan sebagai berikut: sistem keuangan
menikmati semua dukungan yang diperlukan agar tidak menderita dari
krisis. Namun para pekerja, pensiunan, yang paling rentan dan paling
miskin, tidak dibantu oleh siapa pun," kata Lula.
Penerus Lula, Presiden Dilma Roussef, juga telah berulang kali
mengkritik apa yang disebut "tsunami moneter" yang disebabkan oleh
ekspansi moneter zona euro.
Brazil, kekuatan dominan di Amerika Latin dan ekonomi keenam terbesar
dunia, telah menyalahkan apresiasi mata uangnya, real, pada "perang mata
uang " yang dilakukan oleh negara-negara maju, yang membanjiri pasar
dengan dolar melalui kredit murah.
Masuknya mata uang asing ke negara-negara seperti Brazil, yang
menawarkan tingkat bunga yang tinggi, menyebabkan impor meningkat nyata
dan kuat, dan membuat ekspor Brazil lebih mahal.
Lula, yang memerintah pada periode 2003-2010 dan mengeluarkan
28 juta warga Brazil dari kemiskinan, juga secara tidak langsung
membidik Dana Moneter Internasional (IMF), sebuah lembaga di mana
Brazil dan sesama kekuatan negara berkembang mencari suara yang lebih
besar. (Ant/AFP)
* * *
Thursday, June 21, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment