Kolom
IBRAHIM ISA
Selasa,
19 Juni 2012
----------------------------
Di Hari Minggu Menonton
TIGA FILM BERMUTU
(Di
Gedung Sekolah SCHAKEL, Diemen , 17 Juni 2012)
Sudah
jauh-jauh hari Perhimpunan Persaudaraan Indonesia, melalui
Sekretarisnya, Suranto, mengumumkan di media inernet ini, undangan
untuk bersama-sama menonton 3 film Indonesia. Ini kegiatan yang
reguler yang diselenggarakan oleh “Persaudaraan” (singkatan dari
Perhimpunan Persaudaraan Indonesia. Tidak pernah disingkat jadi
“PPI”. Supaya jangan kisruh dengan nama organisasi mahasiswa
Indonesia di luarnegeri).
Begitulah.
. . . .Persaudaraan mengundang masyarakat Indonesia di Belanda, juga
jika ada yang kebetulan dari negeri Eropah lainnya sedang berkunjung
ke Holland, baik yang anggota Persaudaraan maupun yang non-anggota
untuk datang pada hari Minggu y.l, tanggal 17 Juni 2012,
bersama-sama menikmati film-film Indonesia. Ketika itu hadir sekitar
70-an sahabat dan kenalan.
Hadir
juga sahabat kita peniliti Indonsia, Max Lane dan Faiza yang
kebetulan sedang di Belanda mengadakan kegiatan penelitian . Wartawan
senior Belanda Hans Beynon, juga memerlukan datang. Hans Beynon
datang terutama untuk melihat film dokumenter JOESOEF ISAK, sahabat
kentalnya sejak dulu.
Usaha
fihak Persaudaran ini baik sekali. Karena jarang masyarakat Indonesia
di luarnegeri bisa menonton film-film Indonesia. Yang dimaksudkan di
sini bukan sekadar sebagai kegiatan 'entertainment', bukan sekadar
bersantai-bersantai nonton film. Dimaksudkan ialah untuk bisa
menikmati film-film Indonesia yang bermutu, yang kritis. Yang
berlatar belakang kejadian sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat
Indonesia di zaman krisis ini; dan yang berisikan pesan pendidikan
bangsa.
*
* *
Film-film
yang dipertunjukkan hari itu ada tiga: 1) Film dokumenter tentang
JOESOEF ISAK; 2) Film cerita TANDA TANYA, karya Hanung Bramantyo;
dan 3) Film cerita ALANGKAH LUCUNYA (Negeri ini); karya Deddy Mizwar.
Pada
pengantar film cerita TANDA TANYA, dinyatakan demikian: Negara
Indonesia terdiri dari berbagai suku, kepercayaan dan agama.
Perbedaan tsb dapat memperkaya wawasan dan keragaman budaya. Tapi
dapat juga menjadi potensi perpecahan. Untuk memperkaya wawasan dan
keragaman budaya, diperlukan TOLERANSI untuk dapat menerima
perbedaan-perbedaan yang ada di sekitar kita.
Yang penting adalah
bahwa produser dan regisur film, berusaha untuk menyampaikan pesan
penting, bahwa negeri dan bangsa ini MEMERLUKAN SEMANGAT TOLERANSI.
Film
terakhir yang dipertunjukkan berjudul ALANGKAH LUCUNYA (Negeri ini),
mengisahkan seorang muda lulusan S1, yang masih nganggur. Nasib
mengantarkannya pada sekelompok tukang copet anak-anak tanggung.
Muluk, sarjana hukum yang masih menganggur itu tergerak untuk 'turba'
ke kelompok pencopet kanak-kanak ini, hidup bersama dan mengubah
mereka menjadi manusia yang bisa hidup atas kerjanya sendiri.
Meninggalkan “profesi” mereka sebagai tukang copet!
Muluk
berhasil . . . . tapi aparat kekuasaan negara menjebloskan Muluk
dalam penjara dan melakukan pengejaran terhadap para mantan pencopet,
yang sudah menempuh hidup baru berjualan di jalan-jalan dimana
mobil-mbil berhenti sebentar dimuka lampu merah, atau karena
kemacetan lalu lintas. Begitulah kiranya situasi negeri kita. Yang
berwewenang tidak berbuat apa-apa untuk mnengatasi pengangguran di
kalangan sarjana muda yang baru tamat, Suatu upaya sang penganggur
sarjana muda Muluk untuk bergerak berprakarsa mengubah nasib pencopet
muda menjadi manusia-manusia yang bisa hidup dari karyanya sendiri,
namun, dijawab dengan penahanan dan pengejaran oleh aparat kekuasaan.
Dua kesimpulan yang bisa ditarik: Pertama di kalangan muda masih
tetap ada inisiatif untuk mengubah nasib buruk. Kedua, di kalangan
yang berwewenang, bukan saja menyambut inisiatif ini, sebaliknya,
malah menindasnya.
*
* *
Dua
sahabat asing yang ikut menonton film-film segera kutanyakan kesan
mereka. Peniliti Indonesia Max Lane, Faiza dan wartawan senior Hans
Beynon, menyatakan bahwa film-film tsb BAGUS!
Mereka
gembira bisa melihat film Indonesia yang bermutu di negeri Belanda
yang begitu jauh
dari
Indonesia. Kami-kami orang Indonesia juga merasa puas dan merasakan
manfaatnya memenuhi undangan Persaudaraan nonton film Indonesia
bermutu.
Kepada
Pengurus Persaudaraan, Sungkono, Taufik Tahrawi, Chalik Hamid dan
Suranto, kunyatakan banyak-banyak terimakasih atas undangan mereka.
Tak lupa menyampaikan betapa lezatnya hidangan kueh-kueh dan masakan
lontong Indonesia, yang bisa diperoleh dengan imbalan harga yang amat
murah itu.
Hadirin
meninggalkan gedung Schakel, dimana pertunjukkan film-film tsb
diadakan dengan rasa puas dan mengharapkan kegiatan budaya seperti
hari itu, bisa diadakan lagi di waktu mendatang.
*
* *
No comments:
Post a Comment