Kolom IBRAHIM ISA
Minggu, 03 Juni 2012
----------------------------
Mengutamakan
“PERSATUAN” dan mempertahankan
PERSAHABATAN KELUARGA
BESAR URECA!
<
Mengantar Liputan Siauw Tiong Djin Sekitar Reuni-7 URECA>
Hari
ini, Minggu 03 Juni 2012, biasa, . . . . umunya orang pada
“istirahat”. Ambil waktu untuk menikmati masa “santai”,
setelah bekerja dan melakukan kegiatan lainnya selama seminggu. Dua
tiga hari ini, Belanda, yang katanya sudah memasuki musim panas,
terus saja mendung dan hujan rintik-rintik. Sesekali sang suyra
malu-malu ngintip. Paling tidak inilah yang dirasakan penduduk
Amsterdam dan sekitarnya. Diramalkan sore nanti hujan akan berhenti.
Namun angin sejuk terus saja berhembus. Dan suhu di luar tidak lebih
tinggi dari 12 derajat C. Meski cuaca muram seperti ini tidak
menghindari para penggemar untuk melihat apa saja yang dilemparkan
oleh para pengisi mailist hari ini.
Justru
pada hari mendung tapi “santai” ini kujumpai sebuah kiriman dari
sahabatku Chan C.T sebuah tulisan liputan pertemuan Reuni-7 URECA
yang berlangsung di Cisarua, Bogor, beberapa hari yang lalu. Liputan
kiriman Chan CT itu disusun oleh Siauw Tiong Djin, sahabat dekatku
yang kini berdomisili di Australia.
Silakan
yang rajin menekuni dunia mailist membaca dan mengkhayatinya.
Siauw
Tiong Djin menulis tentang Reuni-7 Ureca, Universitas Respublica, di
Jakarta pada periode pemerintahan Presiden Sukarno. Kalau tidak salah
terakhir Rektornya adalah Ibu UTAMI SURYADARMA. Almarhumah Ibu
Utami Suryadarma kukenal baik sekali. Kami sama-sama melakukan
kegiatan di OISRAA, Organisasi Indonesia Untuk Setiakawan Rakyat
Asia-Afrika. Ibu Utami ketika itu adalah salah seorang ketua OISRAA.
Novelis
Indonesia terkenal Pramudya Ananta Toer adalah salah seorang dosen di
Ureca.
* *
*
Awal
mula Ureca yang di bawah kekuasan Suharto menjelma menjadi
Universitas Trisakti, adalah sebuah universitas bernama
Universitas Baperki. Sebuah prakarsa dari tokoh nasional anggota
DPR RI, dan ketua Baperki, SIAUW GIOK TJHAN.
Dalam
perkembangan selanjutnya Universiat Baperki menjelma menjadi
Universitas Res Publica. Nama itu diambil dari prakarsa Bung
Karno, yang artinya adalah univeristas untuk UMUM. Untuk masyarakat.
Belakangan setelah menjadi Universitas Trisakti, digunakan logo
TRISULA, yang idenya juga diambil dari salah satu ucapan Bung Karno.
Benar Universitas Trisakti yang sekrang ini punya latar belakang
sejarah dan latar belakang perkembangan politik yang erat saling
hubungannya dengan nama-nama Siauw Giok Tjan, Bung Karno, Utami
Suryadarma, Pramudaya A. Tur dll tokoh dan penggiat perjuangan
kemerdekaan dan Demokrasi. Kekuasan Suharto dengan sewenang-wenang
membubarkan URECA dan mempersekusi para pemimpin, dosen, staf dan
mahasiswa Ureca.
Kini
ada usaha alumni URECA, Pro Dr Jo (Pak Jo) untuk menulis, mencatat
dan mendokumentasi sejarah URECA. Suatu usaha yang perlu disambut dan
didukung. Merupakan salah satu usaha untuk MELURUSKAN SEJARAH
bangsa.
Silakan
ikuti tulisan Siauw Tiong Djin sekitar Reuni-7 URECA. Suatu tulisan
yang menggugah dan menambah pengetahuan kita bersama sekitar URECA.
Perhatikan
bagian-bagian yang ditulis Siauw Tiong Djin untuk jadi bahan
pemikiran dan anhalisis:
“Kenyataan yang kita
hadapi, mayoritas mutlak anak CGMI dan PERHIMI -- ( termasuk yang
tadinya studi di URECA, I.I.) -- telah menjadi korban, bukan saja
tidak bisa meneruskan sekolah, tapi juga menjadi buronan, bagaikan
tikus buduk yang dikejar-kejar, hidup merana bergelandangan dijalan
tidak menentu arah-tujuan, sebagian tertangkap harus meringkuk dalam
penjara sampai ada yang dibuang ke Pulau Buru. Itulah kebijakan
Pemerintah yang berkuasa ketika itu, yang tidak mungkin dilawan.
Berani menentang, cukup dituduh simpatisan komunis-PKI saja orang
bisa dijebloskan dalam penjara bahkan dibuang kepulau Buru, …atau
dihilangkan begitu saja.
Bagian-bagian
tertentu dari liputan Siauw Tiong Djin ditiadakan dalam kutipan di
bawah ini, karena tidak langsung menyangkut sejarah URECA.
*
* *
Reuni-7 URECA,
Persahabatan Yang
Sangat Mengagumkan
---------------------------------------------------------------------------------
Oleh: Siauw Tiong Tjing
Tidak terasa sejak tahun
1999 Reuni URECA sudah dilangsungkan ke-7 kalinya, saya hanya
berkesempatan menghadiri 3 kali saja, yang ke-4 tahun 2005 di
Cimacan, yang ke-6 tahun 2010 di Cirebon dan kali ini ke-7 di
Cisarua. Dari 3 kali ikut menghadiri Reuni URECA, saya selalu
berkesan sungguh luar biasa rasa Persahabatan Keluarga Besar URECA
ini! Dan yang ke-7 kali ini benar-benar merupakan demonstrasi Rasa
PERSAHABATAN KELUARGA BESAR URECA yang sangat mengagumkan!
Reuni-7 kali ini saya
melihat demonstrasi rasa PERSAHABATAN KELUARGA BESAR URECA yang lebih
luar-biasa! Apa itu?
* Berbeda dengan Reuni
sebelumnya yang saya hadiri, Reuni ke-7 kali ini, Panitia mengatur
satu acara yang berbeda dan sangat menarik “Paparan Sejarah URECA
menjadi TRISAKTI” yang disampaikan Liem Djie Gwan, pada tgl. 23
setelah makan malam. Satu acara yang menyentuh masalah politik dan
sangat saya harapkan bisa dilangsungkan untuk mendapatkan kejernihan.
Bisakah? Saya berkeyakinan BISA! Hanya saja perlu menemukan cara dan
kesempatan yang baik dan tepat untuk kelanjutannya.
Coba kita perhatikan,
adalah satu kenyataan pada saat Reuni-1 dilangsungkan tahun 1999,
baik penyelenggara maupun yang menghadiri umumnya mahasiswa yang
dahulu tergabung di CGMI. Memang saat itu kekuasaan otoriter Soeharto
baru saja lengser, namun untuk melangsungkan Reuni-1 URECA itu,
benar-benar dibutuhkan keberanian. Karena saat itu, beberapa kawan
masih menghadapi intimidasi dan ancaman yang hadir akan ditangkap.
Siapa berani ambil resiko? Ya, yang punya nyali-lah, … Beruntung,
Reuni-1 akhirnya bisa berlangsung dengan lancar dan aman-aman saja.
Baru kemudian kawan-kawan yang dulu tergabung di PMKRI mulai ikut
serta, setelah mengetahui ada Reuni URECA, bahkan juga tokoh-tokoh
yang berperan ketika itu seperti Dr. Tony-Liem Hwat Tjien, Go Ing
Hok, Larry-Yap Kong Hwa dll, dan, … kahadiran kawan-kawan dari
PMKRI ini kenyataan juga bisa diterima dengan baik oleh kawan-kawan
mantan CGMI yang dahulu di URECA ber-“MUSUHAN” dan cukup tegang!
“PERMUSUHAN” dimasa
lalu kenapa harus dilanjutkan sampai sekarang dimana kita semua sudah
pada lanjut usia? Dimana masalah? Padahal jelas-jelas, kita semua
adalah korban politik ketika itu, korban dari “Perang-dingin”
yang memanas antara blok Imperialisme yang diwakili AS dan blok
komunisme yang diwakili USSR/RRT saja. Dan setelah G30S, Soeharto
berhasil merebut kekuasaan, dengan ganas dan kejamnya menindas,
memenjarakan, membunuhi siapa saja yang dituduh komunis dan
Soekarnois. Seiring dengan ambruknya USSR usailah “perang-dingin”
itu, dan Soeharto sendiri juga sudah lengser, kenapa permusuhan
diantara mahasiswa URECA dahulu itu masih saja harus dilanjutkan
sampai sekarang?
Setelah Liem Djie Gwan
selesai memaparkan sejarah URECA menjadi Trisakti, dia mempersilahkan
Go Ing Hok menyampaikan pandangannya, dan mengajukan rumusan: “kalau
tidak ada diskriminasi tidak ada Baperki, kalau tidak ada BAPERKI
tidak ada URECA, kalau tidak ada URECA tidak ada TRISAKTI, kalau
tidak ada TRISAKTI tidak ada 60 ribu sarjana, …”. Dan kemudian
Benny-Kho Tian Thong juga dipersilahkan naik kepanggung, dan Benny
merebut kesempatan mengajukan pendapat yang menentang TRISAKTI
dianggap kelanjutan dari URECA begitu saja. Karena kenyataan ribuan
mashasiswa URECA drop-out akibat screening yang dilakukan. Lalu,
kami-kami yang jadi korban ini dikemanakan? Tandasnya. Sekalipun
suasana menjadi agak tegang, tapi sayapun salut dengan penutupan
Benny, yang tetap mengutamakan “PERSATUAN” dan mempertahankan
PERSAHABATAN KELUARGA BESAR URECA! Segera menyudahi saja perbedaan
pendapat dimasa lalu itu. Inilah manifestasi PERSAHABATAN KELUARGA
BESAR URECA yang sangat luar biasa. Betapapun tegang dan rasa sakit
hati diderita sementara kawan yang jadi KORBAN, tapi tetap bisa
mengutamakan dan mempertahankan PERSAHABATAN sesama URECA!
* * *
Marilah kita renungkan
lebih lanjut, setelah Gedung URECA dirusak dan dibakar, pertengahan
Oktober 1965, bagaimana caranya bisa menyelamatkan sebagaian besar
Urecawan dan Urecawati meneruskan sekolah? Mungkinkah saat itu
meneruskan TRISAKTI tanpa lebih dahulu dilakukan screening? Tidak
mungkin! Screening tidak dijalankan, TRISAKTI juga tidak akan
terbentuk dan dengan demikian seluruh mahasiswa URECA tidak bisa
meneruskan sekolah! Selanjutkan kita semua patut bertanya, haruskah
kita memusuhi kawan-kawan yang ditugaskan melakukan screening?
Berhakkah kita menuntut kawan-kawan PMKRI secara pribadi menentang
dilangsungkan screening terhadap anak CGMI dan PERHIMI? Menentang
screening tentu hanya bisa dilakukan kalau yang bersangkutan siap
untuk ditangkap atau harus hijrah keluar negeri, seperti yang
dilakukan Ongkie-Liem Soei Liong.
Kenyataan yang kita
hadapi, mayoritas mutlak anak CGMI dan PERHIMI telah menjadi korban,
bukan saja tidak bisa meneruskan sekolah, tapi juga menjadi buronan,
bagaikan tikus buduk yang dikejar-kejar, hidup merana bergelandangan
dijalan tidak menentu arah-tujuan, sebagian tertangkap harus
meringkuk dalam penjara sampai ada yang dibuang ke Pulau Buru. Itulah
kebijakan Pemerintah yang berkuasa ketika itu, yang tidak mungkin
dilawan. Berani menentang, cukup dituduh simpatisan komunis-PKI saja
orang bisa dijebloskan dalam penjara bahkan dibuang kepulau Buru,
…atau dihilangkan begitu saja.
Jadi, sekalipun dengan
screening menyingkirkan anggota CGMI dan PERHIMI, dengan segala
kekurangan dan perbedaan sistem pendidikan yang dibina Yayasan
Pendidikan BAPERKI, keberhasilan pembentukan Univ. TRISAKTI tetap
harus dinilai lebih baik dan merupakan jalan pemecahan yang harus
diterima untuk melanjutkan sekolah bagai mahasiswa URECA. Saya tidak
tahu, apakah dari panitia atau kawan-kawan yang ikut melakukan
screening mempunyai data, kenyataan berapa % mahasiswa URECA yang
disingkirkan dan berapa % yang bisa meneruskan sekolah di TRISAKTI.
Setidaknya bisa dikatakan keberadaan USAKTI telah menyelamatkan juga
ribuan mahasiswa URECA meneruskan sekolah.
* * *
Boleh saja kita endapkan
dan kesampingkan lebih dahulu kalau memang belum bisa mendapatkan
kesepakatan. Yang penting, masing-masing kita bisa tetap berkepala
dingin, mengajukan pemikiran dan fakta-fakta kejadian ketika itu yang
diketahui, dan berargumentasi untuk mencoba mencapai kesepakatan.
Sayapun setuju dengan
pernyataan pak Jo, tanpa ada Reuni dan tanpa ada milis-URECA, lama
sudah tiada jiwa URECA. Justru karena ada Reuni lintas fakultas dan
lintas lokasi inilah URECA yang kenyataan sudah puluhan tahun tiada,
ternyata masih tetap membara dalam jiwa banyak Urecawan-Urecawati
yang berserakan disegenap penjuru dunia. Reuni berulang kali inilah
yang tetap mempersatukan kita semua dalam PERSAHABATAN KELUARGA BESAR
URECA. Tapi, … inipun pada satu saat akan berakhir seiring dengan
makin sedikitnya Urecawan-Urecawatg masih hidup,dan cukup kuat untuk
melakukan perjalanan menghadiri Reuni.
Lalu, bagaimana caranya
menghidupkan terus jiwa URECA?
Pak Jo siap menulis Buku
Sejarah URECA, agar anak cucu kita tetap bisa mengetahui dan
mengikuti dengan baik didunia ini ada Universitas Respublica, syukur
jiwa dan nyala api URECA bisa membara dalam hati anak-cucu
selanjutnya, …!
* * *
No comments:
Post a Comment