Tuesday, December 16, 2008

Kolom IBRAHIM ISA - WIYANTO RACHMAN - KAWAN SEPERJUANGAN

Kolom IBRAHIM ISA
Sabtu, 13 Desember 2008
-----------------------


WIYANTO RACHMAN - KAWAN SEPERJUANGAN


Ketika WIYANTO RACHMAN, kawan dekatku, meninggal dunia 40 hari yang lalu, kami, Murti dan aku sedang berkunjung di Indonesia. Berita duka yang mengejutkan kami, kuterima dari Koesalah Subagio Toer, ketika bertamu ke rumahnya di Depok. Berita duka itu segera kusampaikan kepada putri-putri kami di Eropah, selanjutnya agar mereka pergi layat atas nama keluarga Isa. Sampaikan rasa sedih dan ikut berdukacita kita pada keluarga Wiyanto, Zus Fifien Kusuma dan putra mereka Findi Rachman. Mengharapkan mereka tabah menghadapi kepergian Wiyanto.


* * *


Kami sekeluarga dengan Wiyanto sekeluarga, punya kesamaan besar. Sejak tahun enampuluhan abad lalu kedua keluarga kami, keluarga Isa dan keluarga Wiyanto, bekerja, melakukan kegiatan dan berdomisili di luar negeri. Wiyanto sekeluarga di Conakri. Wiyanto bertugas di kantor Sekretariat Juris Asia-Afrika, dan aku bertugas di Cairo, di Sekretariat Tetap Organisasi Setiakawan Rakyat Asia-Afrika. Kami sekeluarga berdomisili di Cairo.


Pekerjaan Wiyanto dan aku di luar negeri, ialah dalam rangka mengkhayati dan memberlakukan dalam praktek prinsip-prinsip Solidaritas Asia-Afrika yang dilahirkan di Bandung pada Konferensi Asia-Afrika (1955), selanjutnya di Konferensi Solidaraitas Rakyat-Rakyat Afrika di Cairo (1957-'58).


Begitulah sampai kedua keluarga kami menjadi 'orang-orang yang terhalang pulang', suatu perumusan politik diplomatis yang dicetuskan oleh mantan Presiden Abdrrahman Wahid, dalam usaha beliau mengusahakan kembalinya secara terhormat kami-kami yang menjadi 'stateless' karena paspornya sewenang-wenang dicabut oleh rezim Presiden Suharto atas dalih pelbagai tuduhan dan fitnah.


* * *


Ada satu hal yang kuanggap luar biasa dari Wiyanto Rachman. Hal itu kusaksikan ketika ia mengemban tugas sebagai wakil Indonesia selama bertahun-tahun di Sekretariat Juris Asia-Afrika di Conakry. Dengan luwes dan bijaksana Wiyanto melakukan tugasnya di Conakry. Perhatiannya amat besar dalam memelihara hubungan erat dan baik dengan tuan rumah, Republik Demokratis Guinea. Dengan sepenuh hati Wiyanto melimpahkan simpatinya terhadap perjuangan rakyat Guinea. Itu semua menyebabkan Wiyanto telah menjadikan dirinya sebagai 'sahabat pribadi' kepala negara Republik Guinea, Presiden Sekou Toure. Dalam satu kesempatan Presiden Sekou Toure menyatakan penghargaan tinggi kepada WIYANTO dengan memaklumkannya secara terbuka Wiyanto sebagai SAHABAT REVOLUSI GUINEA.


* * *


Kenangan terhadap Wiyanto membawa ingatanku pada saat-saat ketika bersama kawan-kawan lainnya, seperti Franciska Fanggidaej, Umar Said, Sugiri, Margono, Willy Harianja dll melakukan kegiatan di kalangan peserta, peninjau dan wartawan mancanegara yang hadir pada pembukaan Konferensi Tri Kontinental (Asia-Afrika-Amerika Latin) di Havana, Cuba, Januari 1966. Sebagai anggota delegasi Indonesia ke Konferensi Trikontinental di Cuba, Wiyanto ambil bagian aktif untuk menghimpun solidaritas internasional terhadap rakyat kita yang sedang menderita dibawah persekusi dan teror kekuatan militer Jendral Suharto.


Ketika jumpa lagi dan berkumpul kembali dengan Wiyanto di negeri Belanda pada akhir tahun 1980, ada satu saran Wiyanto kepadaku yang tak kulupakan dan kufikirkan dengan serius. Akhirnya usul Wiyanto itu kulaksanakan. Aku menulis dan menulis esay-esay politik mengenai tanah air dan bangsa kita, dalam rangka ambil bagian dalam perjuangan untuk hak-hak demokrasi dan HAM di Indonesia. Membuat tulisan-tulisan yang mengungkapkan kejahatan-kejahatan terhadap Kemanusiaan yang dilakukan rezim Jendral Suharto di Indonesia.


Inilah Bung, kata Wiyanto, yang bisa kita lakukan pada umur kita yang sudah tidak muda lagi, dan sementara terpisah dari tanah air. Yaitu menulis, dan menulis! Menurut situsi dan kemampuan masing-masing, ambil bagian dalam usaha pencerahan fikiran di kalangan bangsa kita. Demikian anjuran Wiyanto kepadaku. Suatu anjuran, saran dan fikiran yang sungguh penting dan sesuai dengan keadaan kita, keadaanku, begitu fikirku.


Wiyanto tidak berhenti pada anjuran saja. Seperti diketahui Wiyanto aktif dalam pelbagai lembaga dan perhimpunan di negeri Belanda yang bertujuan dilaksanaknnya supremasi hukum, demokrasi dan Ham di Indonesia. Selain itu, Wiyanto pada duapuluh tahun yang lalu adalah salah seorang insiator dan organisator terbentuknya Perhimpunan Persaudaraan Indonesia di negeri Belanda; yang baru-baru ini memperingati hari ultahnya yang ke-20 di Diemen.


Martha Meyer, Direktur Humanistisch Overleg Mensenrechten (HOM), di negeri Belanda, dengan kena sekali mengatakan a. l. bahwa:


Kehidupan Wiyanto ditandai oleh semangat juangnya. Sejak muda ia aktif politik, giat di HSI, kemudian mewakili Indonesia di Juris Asia-Afrika di Conakri. Wiyanto juga ambil bagian dalam mendirikan Lembaga Pembela Korban 1965 di Belanda. Demikian Martha Meyer.


* * *


Wiyanto telah tiada.


Tetapi semangat juang dan keaktifannya dalam pelbagai usaha demokrasi dan HAM, selalu menginspirasi kita, kawan-kawan seperjuangannya.


Dengan demikian WIYANTO AKAN SELALU DALAM KENANGAN KITA. * * *

No comments: