Thursday, February 14, 2013

*DPR TAKUT KEGADUHAN . . .?!* *Dalih Baru Untuk Menutupi PEMELINTIRAN SEJARAH BANGSA . . .?*

*Kolom IBRAHIM ISA*
*Kemis, 31 Januari 2013*
-------------------------------


*DPR TAKUT KEGADUHAN . . .?!*

*Dalih Baru Untuk Menutupi PEMELINTIRAN SEJARAH BANGSA . . .?*



** * **


Suatu perkembangan yang membesarkan hati! Ketika kita membaca berita (DetikNews, 29/1/2013), bahwa *---:*


*Arsip Nasional RI (ANRI) berencana membuka arsip dokumen kasus G30S yang selama ini dirahasiakan.*Pihak ANRI sendiri saat ini sedang membahas keterbukaan informasi, khususnya G30S.*Upaya ini **menurut ANRI adalah perwujudan UU 14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. *demikian ketua ANRI M Asichin.



Perkembangan baru sikap ANRI patut disambut. Halmana sesuai dengan pemahaman umum di masyarakat bahwa *ARSIP NASIONAL adalah MEMORI KOLEKTIF BANGSA!*


** * **


Maka, --- merupakan *suara sumbang*, apa yang dinyatakan oleh pihak DPR yang mengkhawatirkan langkah keterbukaan terhadap publik tersebut *justru menimbulkan kegaduhan baru. Kongkritnya kata anggota Komisi II DPR RI, Salim Mengga: "Keterbukaan dokumen G30S-PKI harus dikoordinasikan dengan lembaga lain, karena akan menimbulkan kegaduhan." *


*Kontan bermunculan reaksi!*Kita ikuti beberapa reaksi tsb:


*Y.T Taher, seorang penulis *yang biasa berkomentar di mailist intenet, menyatakan a.l sbb:


"/Yang bakal gaduh tentunya orang-orang yang pernah melakukan kejahatan terhadap PKI, karena takut rahasianya terbongkar dan rakyat bakal mengetahui dengan jelas bahwa selama ini PKI difitnah dan dikambing hitamkan oleh Suharto/Orde Baru, militer dan kaum agama serta para penerusnya. PKI sendiri tentu tidak bakal gaduh karena jutaan anggota dan simpatisannya semua sudah dibantai dan berada di dalam kuburan tak bernisan dan partainya juga sudah mati dibunuh./


*Redaktur Gelora45, ChanCT*a.l menulis sbb:


"/Membuka masalah G30S, berarti mengungkap KEPALSUAN, FITNAH yang dituduhkan penguasa ketika itu! Kalau KEPALSUAN itu tersingkap, bukan saja kegaduhan yang terjadi, yang berkuasa dan masih saja membela kepalsuan sejarah selama ini akan terjungkel, ...! Itu yang tidak dikehendaki DPR, hilang kesempatan menikmati kehidupan mewah diatas penderitaan rakyat banyak./


*Seorang kontributor lainnya di media mailist, Nasare menulis a.l*:


"/Ya jelas gaduhlah. Wong yang bersalah membunuh orang masih bergentayangan. Gaduhnya itu 'kan bukan karena apa apa tetapi karena takut. Takut kesalahannya diungkit dan takut karena kekuasaannya yang diganggu gugat oleh kesalahan yang diperbuatnya./

/Kalau gaduh takut diserang oleh orang PKI yang mau balas dendam. Itu mah bego namanya./

/Wong orang2 PKI dulu itu'kan sudah tua, makan minum saja kebingungan dinegara orang. Apalagi yang sudah diliang kubur mana bisa mau balas dendam. Jadi bukan gaduh tapi takut!/


Demikian a.l reaksi kontan pembaca dan penulis atas pernyataan sumbang anggota Komisi II DPR, Salim Mengga, yang khawatir dibukanya fakta-fakta dan catatan sekitar G30S akan menimulkan kegaduhan.


* * *


Sudah menjadi rahasia umum bahwa di bawah rezim Orde Baru, siapapun tidak akan bisa mengakses ke Arsip Nasional, yang dikatakan fungsinya a.l adalah sebagai *MEMORI KOLEKTIF BANGSA* itu, . . . . . . . kalau ia bermaksud mencari bahan sejarah, meneliti dan menstudi fakta-fakta dan kejadian dimasa lampau pada bangsa ini. Mengapa Orba menutup pintu Arsip Nasional sedemikian ketatnya?


Tidak lain tidak bukan -- Karena rezim Orde Baru itu sendiri lahir dan berkuasa, meneruskan serta melanggengkan rezimnya, dengan menyembunyikan fakta-fakta sejarah yang sebenarnya terjadi di masa lampau. Di segi lain Orba membikin sendiri , semaunya merekayasa "sejarah". Khususnya apa yang terjadi sekitar G30S, -- dan Presiden Sukarno yang dituduh terlibat dengan G30S. Rezim Orba MEREAYASA dan MENJUNGKIR-BALIKKAN, MEMELINTIR sejarah bangsa ini. Di lain fihak Orba dan para pendukunngya melarang siapapun mengungkapkan sejarah sesungguhnya sekitar G30S dan peristiwa pembantaian masal dimana terlibat langsung aparat negara.


* * *


Bicara kasus REKAYASA SEJARAH rezim Orba: -- Ambillah kasus sekitar "*SUPERSEMAR"*, *Surat Perintah Sebelas Maret (1966)*. Isi Supersemar itu adalah *SURAT PERINTAH* Presiden Panglima Tertinggi ABRI Sukarno kepada Jendral Suharto. Suharto diperintahkan untuk menangani keamanan dalam negeri, menjaga kewibawaan Presiden Sukarno dan ajaran-ajarannya, serta melapor kepada Presiden Sukarno. Jendral Suharto dengan sengaja mengisukan bahwa "tidak ada yang tahu dimana Supersemar". Ia dengan sengaja menjadikan Supersemar barang "misterius".


Selanjutnya Jendral Suharto, dan rezin Orba melalui mesin propagandanya menyiarkan bahwa SUPERSEMAR itu adalah "tranfer of authority", adalah pelimpahan kekuasaan oleh Prsiden Sukarno kepada Jendral Suharto. Suharto kemudian menggunakan SUPERSEMAR untuk melarang PKI dan mengintensifkn kampanye opresif dan pemusnahan terhadap PKI, yang diduga PKI atau yang dianggap simpatisan PKI dan semua pendukung Presiden Sukarno. Mereka-mereka itu dikejar-kejar, ditangkap, dipenjarakan atau dibuang ke P.Buru. Sebagian besar ditangkap dan dibantai secara masal dan ekstra-judisial.


Dengan Supersemar itu pula Jendral Suharto melorot Presiden Sukarno dari jabatan Presiden RI, Akhirnya, Bapak Pendiri Bangsa Bung Karno dengan merana dan tersiksa menderita sakit mengakhiri hidupnya sebagai orang tahanan Jendral Suharto. Tidakkah berita-berita, fakta-fakta sejarah tentang itu semua mestinya ada tersimpan di Arsip Nasional RI, dan harus dibuka di hadapan masyarakat umum??


* * *


Berkat jerih-payah historikus muda*Budi Setiyono dan Bonnie Triyana*, yang melakukan riset teliti di Arsip Nasional setelah tergulingnya Presiden Suharto, . . . maka telah dapat diungkap apa dan bagaimana kedudukan sesungguhnya dari dokumen SUPERSEMAR. Seperti penjelasan yang berkali-kali diberikan oleh Presiden Sukarno dalam pidato-pidatonya selama beliau masih belum ditahan Suharto. Masyarakat tidak mengetahui isi pidato-pidato Presiden Sukarno tentang SUPERSEMAR, karena Jendral Suharto mem-black-out pidato-pidato Presiden Sukarno itu.


Namun, --- kemudian pidato-pidato Presiden Sukarno SETELAH TERJADINYA G30S, dibukukan menjadi buku dokumen bersejarah, berjudul "*REVOLUSI BELUM SELESAI", Jilid 1, dan 2, dengan Kata Pengantar Dr Asvi Warman Adam, Peneliti Senior LIPI.* Menjadi jelaslah bahwa Supersemar ditangan Suharto telah disalahgunakan untuk melanjutkan kudeta merangkak Jendral Suharto terhadap Presiden Sukarno dan melakukan kampanye persekusi dalam tahun-tahun 1966/67/68.


* * *


*Kita ambil contoh lain*: Setelah Jendral Suharto membangkang terhadap Presiden Sukarno dan mengambil oper pimpian AD ditangannya sendiri, serta menguasai media pers dan TV, dimulailah *SIARAN BERITA BOHONG TERBESAR* di sepanjang sejarah Republik Indonesia. Berhari-hri lamanya disiarkan berita bohong bahwa perempuan-perempan Gerwani telah mencongkel mata dan memotong kemaluan 6 orang jendral TNI dan seorang perwira, sebelum mereka dibunuh. Dikabarkan pula bahwa para perempuan Gerwani tsb menari-nari mesum di muka para jendral sambil mendongkel mata mereka dan mensilet kemaluannya.


Maksud rekayasa fitnah terhadap perempuan-perempuan Gerwani tsb adalah dalam rangka menghasut kebencian masyarakat terhadap "kebiadaban" perempuan-perempuan Gerwani yang Komunis itu. Suatu tim forensik yang memeriksa jenazah korban tsb , dengan risoko akan "ditindak oleh Jendral Suharto", dengan berani dan jujur menyimpulkan bahwa keadaan jenazah-jenazah para jendral dan periwra itu utuh. Tak ada tanda-tanda penyiksaan seperti yang diberitakan oleh media tentara. Tapi laporan tim forensik tsb dibungkam oleh Jendral |Suharto dan rezim Orba.


Perempuan yang diberitakan sebagai anggota Gerwani yang di Lubang Buaya melakukan penyiksaan terhadap para perwira TNI itu, ternyata adalah seorang pelacur yang dipaksa mengenakan pakaian seragam dan bersenjata. Kemudian dipotret. Seolah-olah sedang "beraksi" di Lubang Buaya. Kepada para tahanan Orba liannya yang kebetulan ada dalam satu penjara dengan pelacur tsb, perempuan itu terus terang menyatakan bahwa ia adalah seroang pelacur. Bahwa ia sedang di jalan ditangkap oleh tentara, kemudian disuruh berpose di depan kamera, seolah-olah sedang beraksi di Lubang Buya. Padahal ia tidak pernah ke Lubang Buaya, dan juga tidak tahu dimana tempat yang dinamakan Lubang Buaya itu.


Bukankah kampanye fitnah dan dusta terhadap perempuan-perempuan Gerwani ini seharusnya dibuka didepan masyrakat umum. Dengan demikian merehabilitasi nama baik Gerwani! Supaya rekayasa fitnah demikian yang dilakukan oleh aparat negara jangan sampai terulang lagi di masa yang akan datang??


* * *


*Diharapkan fihak ANRI, Arsip Nasional Republik Indonesia tidak mundur dari kebijakan barunya untuk memberlakukan KETERBUKAAN. Sehingga ANRI betul-betul akan merupakan MEMORI KOLEKTIF BANGSA! Dimanfaatkan oleh masyarakat, khususnya oleh para peneliti yang menstudi dan berusaha MELEMPANGKAN SEJARAH BANGA YANG DIBENGKOKKAN OLEH REZIM ORBA!! * * **


No comments: