Monday, October 8, 2007

I. ISA Berbagi CERITA - Bibliotheek Amsterdam dan MEMOIR BUNG KARNO

IBRAHIM ISA Berbagi CERITA

----------------------------------------

Minggu, 07 Oktober 2007


Bibliotheek Amsterdam dan MEMOIR BUNG KARNO


* * *


Dua topik yang hendak kuberbagi-ceritakan kepada pembaca dalam tulisan ini. Yaitu, tentang Openbaar Bibliotheek Centraal Amsterdam dan tentang buku Memoir Bung Karno: SUKARNO - An Autobiograhy As Told To Cindy Adams.


Hari Minggu ini, bersama Murti aku pergi (lagi) mengunjungi Openbaar Bibliotheek Amsterdam (Centraal), Perpustakaan Umum Amsterdam, Pusat. Orang Belanda memang suka membaca. Bisa disaksikan di metro, kereta api, bus dan di bangku-bangku di taman ataupun di perpustakaan-perustakaan umum. Di kota Amsterdam ada sebuah perustakaan umum Amsterdam yang terbesar, dengan 27 cabangnya tersebar di seluruh kota Amsterdam, Diemen dan Ouder Amstel. Itu semua untuk melayani masyarakat peminat ilmu dan budaya serta pelbagai informasi.


Namanya juga perpustakaan untuk u m u m . Setiap orang sampai umur 19th untuk membaca dan meminjam buku dll tak usah bayar. Sampai 22th, per tahunnya bayar 14 Euro, sedangkan dari 23th s/d 64th bayar Euro 23,50. Diatas umur itu, ongkosnya Euro 14. Sedangkan mereka yang memiliki Stadspas Amsterdam, gratis. Sungguh sesuai dengan misi perpustakaan umum Amsterdam, yaitu:


Dengan cuma-cuma memberikan akses ke informasi, pengetahuan dan kebudayaan bagi semua, dengan cara menyediakan layanan perpustakaan yang top untuk keperluan pendidikan, partisipasi, pertemuan dan kehidupan kultur bagi masyarakat Belanda.


* * *


Kami berangkat dari rumah , - Haag en Veld 76, Amsterdam Zuidoost -- jam 11.00 pagi dan kembali jam 16.20. Kurang lebih lima jam. Ini kunjungan ketiga kalinya bagiku. Hari Minggu begini, banyak pengunjung membawa anak-anak mereka ikut ke Bibliotheek. Ini juga suatu fenomena haru bagiku. Membawa anak-anak ke suatu perpustakaan. Biasanya anak-anak kan bikin rame dan repot. Tapi tidak, -- mereka tertib dan serius mencari dan menemukan buku-buku, cd, atau dvd yang mereka sukai.


Tak aneh, karena gedung Bibliotheek Amsterdam, memperuntukkan satu tingkat khusus untuk buku-buku. cd dan dvd bagi anak-anak muda, dan anak-anak sekolah, mulai dari taman anak-anak, sekolah dasar dan sekolah menengah. Ruangannya besar. Anak-anak bisa melihat-lihat buku-buku dan membacanya di situ. Tempatnya terang dan suhunya amat nyaman. Para pengunjung tak usah takut kekurangan waktu, karena bibliotheek dibuka dari djam 10.00 pagi sampai 10.00 malam. Bayangkan dibuka 7 hari seminggu. Artinya Bibliotheek Amsterdam Centraal tak pernah tutup. Buku yang tersedia saat ini paling tidak ada 45.000 buah dan ratusan ribu naskah, guntingan s.k. dan bahan informasi lainnya. Juga tedapat ratusan computer yang bisa digunakan pengunjung, seperti mengakses ke internet dsb.


Karena antusias dengan perpustakaan Amsterdam yang baru dibuka tahun ini, kepada siapa saja yang kutemui, kuceriterakan tentang perpustakaan kota Amsterdam yang baru itu. . Pergilah ke sana, kataku, khusus pada para mahasiwa dan post-graduate yang datang dari Indonesia, untuk belajar di Belanda. Pasti anda dapat menemukan buku-buku yang menarik, bermutu dan diperlukan, kataku. Untuk bertamasya sajapun pergi ke situ mejenangkan, karena ia terletak di tepi pelabuhan dan sungai. Dari tingkat paling atas, pemandangan cukup indah.


Tentang Openbaar Biblioltheek Amsterdam, Perpustakaan Umum Amerdam, mungkin sudah pernah kutulis. Gedungnya baru dibuka tahun 2007. Terletak beberapa ratus meter dari Centraal Station Amsterdam, kira-kira berhadap-hadapan dengan Restoran Tionghoa, satu-satunya restoran kapal yang mengapung di Amsterdam.


Walikota Amsterdam , Job Cohen (PvdA), ia sendiri hadir dan resmi membukanya beberapa bulan yang lalu.

Gedung baru itu yang berlokasi di sebelah Musium Amsterdam (juga baru), menjulang bertingkat enam. Pada tingkat lima ada teater dan tingkat enam ada tempat berangin-angin sambil menikmati minuman dan makanan Cafe 'La Place' ( yang dikelola oleh V&D).


Aku baru tahu bahwa ada perpustakaan sebesar ini, namun, pegawainya hampir tak nampak. Karena semua diatur dan diorganisasi menurut penemuan mutakhir di bidang elektronik dan computer. Dengan demikian pengelolaan perpustakaan yang begitu besar, hanya membutuhkan sejumlah kecil pegawai saja. Sebagai contoh betapa modern-nya pengelolaan perpustakaan ini, sbb: Buku-buku yang kupinjam di Bibliotheek Amsterdam pusat itu, bisa kuperpanjang di biobliotheek umum di dekat rumahku, dengan menggunakan Pas Perpustakaan yang kumiliki. Buku yang sudah dipilih dan hendak dipinjam, tak ada yang pegawai khusus yang mengurusnya. Semua harus diurus sendiri di suatu 'meja tempat minjam' yang diatur oleh computer.


* * *


MEMINJAM BUKU MEMOIR BUNG KARNO ; -- 'SUKARNO -- AN AUTOBIOGRAPY . . . . .


Agak panjang aku tulis tentang Openbaar Biobliotheek Amsterdam Centraal ini, karena punya arti khusus bagiku. Di situlah aku menemukan dan meminjam buku memoir Bung Karno, berjudul


'SUKARNO - AN AUTOBIOGRAPHY As Told To Cindy Adams' (1965).


Baru membaca halaman-halaman muka saja aku sudah tertarik dan tertegun di mana tertulis dengn huruf-huruf besar:

'MEREKA YANG MENGERTI SUKARNO, SEKALIGUS PUNYA PENGERTIAN LEBIH BAIK TENTANG INDONESIAKU TERCINTA'


* * *


Sedikit intermezo:

Buku Memoir Bung Krno, beberapa tahun yang lalu, pernah kupinjam dari seorang kawan, tapi tidak bisa lama. Karena ia juga dapat pinjam.Tapi kali ini kupinjam buku itu dari Bibliotheek Amsterdam, hampir dua bulan lamanya, bersama buku lainnya. Dua bulan cukup panjang, tetapi selesai kubaca! Dan istimewanya, buku Memoir Bung Karno, 'by himself', itu praktis kami baca berdua. Murti dan aku. Kami selesaikan bersama dalam dua bulan. Dibaca dua kali setiap hari. Pada pagi hari sesudah sarapan, dan malam hari sesudah makan malam.


Yang kami baca itu adalah - edisi bahasa Belanda - Murti mendengarkan. Sesudah itu kami bertukar kesan dan pendapat mengenai apa yang ditulis dalam buku Bung Karno itu.


Pengalamanku cara 'melahap buku' seperti yang kami lakukan cukup efektif dan efisien. Pasti selesainya. Dan pasti bisa tukar pendapat. Beberpa bulan yang lalu, Al Quran, Hadits, dan Kitab Injil, ---- kami baca dengan cara membaca demikian itu. Secara bergurau tapi serius, kukatakan kepada Murti, bahwa barangkali di Holland ini, hanya kita berdua yang sudah tamat baca Al Quran (sampai dua kali), juga sudah membaca Kitab Injil dan Hadits Nabi, dengan cara membaca seperti ini. Dan yang lebih penting ialah, yang dibaca itu pasti bisa dimengerti. Karena yang kami baca itu adalah kitab-kitab suci yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kalau kurang faham edisi bahasa Indonesianya, kami bandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris atau terjemahan bahasa Belanda. Sampai di sini intrmezonya.


* * *


Buku Bung Karno yang kami baca itu adalah satu-satunya memoir Bung Karno yang menurutku paling otentik. Karena cerita di situ semua kata-kata Bung Karno sendiri. Ia ditulis dan diterbitkan pada waktu Bung Karno masih hidup (1965), dan tokoh-tokoh yang namanya disebut disitu, ketika itu masih hidup dan bebas. Seperti misalnya mantan Wapres Drs Moh. Hatta, Jendral Nasution, mantan ketua DPR Mr Sartono, yang ketika Bung Karno diajukan ke pengadilan kolonial di Bandung (1930), adalah salah seorang advokat Bung Karno.


Jadi, fikirku, jika Bung Karno dalam memoirnya itu yang menyangkut fakta-fakta sejarah serta kaitannya dengan tokoh-tokoh tsb diatas, bila sedikit saja ada rekayasa, pasti akan dibantah oleh yang bersangkutan, maupun serjarawan dalam dan luarnegeri ketika itu.


Bagiku, soalnya, yang utama ialah, bahwa, aku percaya pada kejujuran Bung Karno, sebagai tokoh pimpinan nasion yang telah memberikan seluruh hidupnya demi kemerdekaan bangsa ini. Dan juga yang kita tahu, adalah salah seorang pimpinan perjuangan bangsa yang bebas dari korupsi.


Hidupnya sederhana, segala-galanya demi bangsa. Tanggapanku ini pernah kusampaikan kepada seorang sahabat yang menyatakan: Ah, dalam buku itu kan semuanya itu adalah menurut Bung Karno. Tidak demikian, kataku. Fakta-fakta yang diuraikan oleh Bung Karno di situ pada pokoknya sesuai dengan fakta perjuangan kemerdekaan bangsa kita. Boleh dicek dan di- uji berulang-ulang.


Ada yang bilang: Ah, yang diuraikan di situ, kan menurut pandangan Bung Karno sendiri. Aku bilang, penulis mana, coba sebutkan, baik itu penulis sejarah yung kenamaan sekalipun, yang dalam penulisannya tidak dilatarbelakangi oleh pendapat subyektifnya sendiri. Ini bukan berarti sang penulis itu tidak jujur. Karena , seperti yang dikatakan oleh historiku terkenal E. Car, --- betapa obyektifnya pun, seorang penulis (sejarah) tak mungkin ia mutlak bebas dari pandangan dan analisisnya sendiri yang subyektif atas sejarah tsb.


Dewasa ini, teristimewa sejak Reformasi, banyak dibicarakan tentang ajaran Bung Karno, tentang Sukarnoisme, tentang Marhaenisme dan Pancasila. Akan bagus sekali kalau pengakuan diri sebagai Sukarnois, itu benar-benar didasarkan pada pengetahuan tentang apa itu Sukarnoisme , apa Marhaensime itu, dan apa Pancasila menurut penggalinya sendiri Bung Karno. Dengan segala hormat, aku meragukan apakah mereka-mereka itu benar-benar telah mempelajari dan mengkhayati faham SUKARNOISME seperti yang diklaim oleh mereka itu.


Kusarankan untuk paling tidak, sekali lagi dan berulang kali lagi membaca Memoir Bung Karno tsb. Jangan baca yang edisi bahasa Indonesia yang terbit di Indonesia sesudah berdirinya Orba. Karena di situ ada pemalsuan yang teramat serius, seperti yang pernah diungkapkan oleh historikus muda Peneliti LIPI, Dr Aswi Warman Adam. Bacalah yang aslinya, yang berbahasa Inggris. Edisi Belanda juga baik.


* * *


Mengapa kusarankan membaca lagi Memoir Bung Karno.

Ini alasan pokoknya: --- Karena di situ disampaikan oleh Bung Karno, apa dan bagaimana perjuangan untuk kemerdekaan nasional bangsa. Apa bangsa Indonesia itu. Apa peranan bahasa Indonesia dalam perjuangan kita.


Bung Karno juga menjelaskan, MENGAPA IA MENULIS MEMOIRNYA ITU. Selain itu (ini baru kuketahui sekarang) bahwa memoir Bung Karno itu lahir, a.l. sesudah berkali-kali dajukan saran oleh Dubes AS ketika itu Howar P Jones agar Presiden Sukarno membikin memoirnya sendiri, untuk kepentingan sejarah.


Dalam memoirnya itu Bung Karno, menceriterakan, menjelaskan, menandaskan betapa sulitnya perjuangan untuk kemerdekaan bangsa, bagaimana kesadaran berbangsa itu lahir dan tumbuh. Ditekankannya betapa pentingnya untuk terus-menerus mendidikkan semangat kebangsaan yang sehat dalam proses pembangunan nasion yang memerlukan waktu panjang. Tentang betapa perlunya mendidikan dan memperkokoh terus persatuan dan kesatuan bangsa dan negeri


Seperti disebut terdahulu Bung Karno juga menjelaskan tentang lahirnya konsep Marhaenisme, tentang didirikannya PNI. Membaca bab Penjara Bancey, bisa kita ikut betapa kejamnya perlakuan petugas kolonial terhadap tahanan politik Sukarno. Betapa pula penderitaan Bung Karno di situ. Merupakan pendidikan politik penting, ialah, bagaimana sikap Bung Karno dimuka pengadilan kolonial. Dari tertuduh Bung Karno menjadi penggugat sistim kolonialisme, kapitalisme dan imperialisme.


Bung Karno menjelaskan hubungannya yang erat dengan massa dimanapun ia ditahan. Apakah itu di Endeh atau di Bengkulu.


Yang tidak kalah penting Bung Karno menjelaskan, mengapa beliau bersama Hatta mengambil posisi bekerjasama dengan pendudukan militer Jepang. Yang itu dilakukannya justru demi perjuangan kemerdekaan bangsa ini.


Yang tak kalah penting, ialah, tentang 'penculikan keluarga Sukarno - Hatta', sekitar proses lahirnya Proklamasi Kemerdekaan. Dengan sorotan fakta menurut tuturan Bung Karno, bertambah jelas bagi generasi berikutnya proses tsb. Catatan dan penulisan yang ada selama ini dalam pelbagai buku sejarah, bagaimana sebenarnya proses lahirnya Proklamasi Kemedekaan Indonesia, dengan demikian mendapatkan pengkoreksian ataupun pengokohan.


Memoir Bung Karno, bukan sekadar memoir tokoh Sukarno, memoir itu adalah sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaannya adalan sejarah revolusi Indonesia. Adalah tentang proses pembangunan nasion Indonesia dan keharusan perjuangan yang terus menerus melawan imperialisme.


Bung Karno dengan terus terang, menjelaskan kesamaan dan juga perbedaannya dalam konsep, strategi dan taktik perjuangan dengan Hatta dan Syahrir. Bung Karno juga menandaskan tentang perlunya persatuan para pejuang pemimpin bangsa, menghadapi musuh bersama (kolonialisme dan imperialisme).


Yang juga tak kalah penting, Bung Karno menjelaskan dan menandaskan betapa bangsa ini perlu mempertahankan kemerdekaan dan kebebasannya dalam situasi politik dimana terdapat pertarungan antara pelbagai negara besar (Perang Dingin ketika itu). Tidak kalah penting tentang apa yang dijelaskan Bung Karno mengapa RI keluar dari PBB, tentang 'Konfrontasi terhadap Malaysia', tentang Dekon dan Demokrasi Terpimpin. Pembaca boleh setuju atau menentang konsep-konsep politik dan ekonom Bung Karno tsb. Namun yang lebih penting lagi, adalah tahu betul apa yang dibela dan apa yang ditentang itu.


Last but not least, dalam renungannya Bung Karno menjelaskan hasil apa saja yang telah dicapai dalam perjuangan kemerdekaan, dalam revolusi, dan dalam membangun Republik Indonesia yang berdaulat dan dalam usaha mencapai kemakuran. Dengan demikian kita diberi bekal bagaimana memandang situasi pertumbuhan dan perkembangan perjuangan bangsa ini, dengan berdiri tegak pada pijakan optimisme dalam perjuangan.


* * *


Adalah maksudku, untuk menguraikan lebih lanjut kesanku tentang Memoir Bung Kanrno, pada kesempatan lain.


* * *




















No comments: