*IBRAHIM ISA*
*Senin, 25 Februari 2013*
*-------------------------------*
*IN MEMORIAM NOOR DJAMAN*
**
** * **
Keluarga Bung Noor Djaman dan para hadirin Yth.,
Selain keluarga Noor Djaman, khususnya istri beliau : Zus Sumarsih Djaman-Nurdianty -- serta putri-putri serta cucu dan menantu: -- Ida Kartininingsih, Jean Marc Genest, Nouristo, Ulysse, Louis; -- Natalia Ramdhayani dan Frans van Dijk . . . serta semua hadirin yang datang hari ini di sini, maupun yang berhalangan datang, khususnya kawan-kawan yang sudah lama mengenal Noor Djaman, . . . *Semuanya merasa kehilangan* dengan kepergian Bung Noor
Djaman. Merasa terkejut dan bersedih-hati serta berbelasungkawa dengan meninggalnya Noor Djaman tercinta.
Semoga keluarga Noor Djaman yang ditinggalkan bertabah hati melalui masa-masa sedih dan sulit ini.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Radjiuun . . . Semoga arwah Noor Djaman diterima disisi Tuhan YME. Amien!
* * *
Sebagai manusia Indonesia yang cinta Tanah Air dan Bangsa, Noor Djaman bercita-cita mulya kebebasan Tanah Air dan Bangsa, keadilan dan kebenaran bagi rakyatnya. Berdasarkan sikap dan pendirian patriotik dan progresif ini Noor Djaman dengan sunggh-sungguh dan tekun serta setia memanifestasikannya dalam menunaikan profesinya. Pada suatu periode Noor Djaman mendapat tugas mendirikan surat kabar di Kalimantan: “Harian Khatulistiwa”. Dengan misi membela kepentingan politik dan kehidupan sehari-hari rakyat serta kepentingan politik nasional bangsa dan tanah air. Selain itu Noor Djaman mengemban tugas di Kalimantan selama tiga bulan mendidik sejumlah calon wartawan muda yang akan meneruskan usaha jurnalistik serta kegiatan media patriotik dan progresif di Kalimantan.
* * *
Pada saat di Indonesia terjadi perubahan besar yang mendadak dengan meletusnya Peristiwa 1965, ketika Indonesia dan rakyatnya dilanda arus sakal berdirinya rezim otoriter Orde Baru yang membawa korban manusia sampai sekitar tiga juta orang tidak bersalah … Noor Djaman dengan tegas mengambil posisi dan sikap yang menentang keras arus sakal rezim Orde Baru.
Justru disebabkan oleh sikap dan pendirian politiknya yang patriotik dan cinta rakyat inilah, Noor Djaman berada di posisi yang berhadap-hadapan, bertolak belakang dengan politik dan kebijakan rezim Orde Baru. Hal ini kontan membawa akibat paspornya sekeluarga dicabut oleh rezim militer Jakarta, . . . . dan menjadilah seperti yang pernah diungkapkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid --- “ORANG YANG TERHALANG PULANG”.
* * *
Sebagai orang yang terpaksa bermukim di luar negeri, Noor Djaman sekeluarga bersama banyak kawan senasib lainya tidak tinggal diam, tidak berpeluk tangan. Tapi dengan aktif ambil bagian dalam berbagai kegiatan bersama di luarnegeri. Semua itu diabdikan pada perjuangn rakyat Indonesia untuk tegaknya Hukum, Demokrasi dan Keadilan di Indonesia.
* * *
Selain itu, Noor Djaman meneruskan profesinya, sebagai seorang penulis. Ia menulis dan menulis! Menghasilkan sejumlah novelette dan sajak dan syair, yang diabdikannya pada perjuangn untuk keadilan dan kebenaran di Tanah Air yang dicintainya.
Karya sastra Noor Djaman antara lain adalah sebuah novelette berjudul “Kisah Putri Remaja”, lalu “Nyi Ema Bintang Ronggeng”, dan Tahi Lalat Diujung Bibir”. Agar tulisan-tulisnnya itu bisa dibaca seluas mungkin, Noor Djaman atas upaya jerih payahnya sendiri menulis beberapa novelettenya dalam bahasa Inggris, seperti “It happens in Beijing” dan “Campus Drama”.
Tiga buah novelette Noor Djaman terdapat di Perpustakaan di London.
Suatu ketika, Noor Djaman diundang oleh sebuah organisasi penulis internasional di AS . Bersama istrinya, Sumarsih, mereka memenuhi undangan berkunjung ke Amerika. Di Amerika Noor Djaman memperoleh penghargaan, Award, untuk karya-karya sastranya. Di pertemuan internasional penulis-penulis dan penyair di AS itu, dimana ia mendeklamasikan sajaknya, Noor Djaman diterima sebagai anggota “penyair seumur hidup”.
* * *
Bagi kawan-kawan yang mengenalnya dari dekat maupun yang baru sekali menjumpainya, semuanya berkesan bahwa Noor Djaman orangnya peramah, periang dan selalu hangat terhadap kawan lama maupun baru. Ia tidak segan-segan menyatakan fikiran dan pendapatnya, sekalipun itu mungkin berbeda, bahkan bertentangan dengan fikiran dan pendapat orang yang mendengarnya. Ia juga tidak segan-segan memberikan pendapat yang kritis terhadap siapa saja, dan terhadap segala sesuatu yang menurut keyakinannya tidak benar dan merugikan orang banyak.
* * *
Yang menonjol dari sifat-sifat Noor Djaman a.l adalah kegemarannya bergurau dengan kawan dekat, dengan teman sekerja maupun dengan kawan seperjuangan. Bergurau adalah sehat, kata Noor Djaman selalu pada saya. Bergurau yang mengandung maksud baik dan tujuan tertentu agar yang mendengar memikirkannya. Bukan gurau asal gurau saja. Apalagi gurau yang melewati batas-batas kewajaran. Itu tidak boleh, tokh? Katanya sering pada saya.
Justru dalam guraunya itulah saya sering mendengar celetukan-celetukan politik Noor Djaman yang menunjukkan bahwa ia senantiasa memikirkan tentang Indonesia, --- yang jawabannya belum ditemukannya..
Ketika hidup bertetangga dengan keluarg Noor Djaman dalam waktu panjang di waktu yang lalu, pada waktu senggang kami berdua saja, secara reguler, sering jalan-jalan ke pedesaan yang agak jauh. Berjalan-jalan, bersantai sambil memanfaatkannya sebagai kegiatan olah-raga. Pada waktu jalan-jalan itulah, suatu ketika dengan berguyon, Noor Jaman berkata begini: “Bung . . Andaikata Bung jadi presiden. Apa yang akan Bung lakukan untuk menyelamatkan negeri ini dari bencana nasional yang sedang melanda negeri kita ?”
Wah, saya fikir: Mengapa tiba-tiba Noor Djaman mengajukan pertanyaan pelik seperti itu? Setelah betanya ulang kepadanya apa maksud pertanyaan tsb, barulah jelas bagi saya, bahwa fikiran Noor Djaman selama itu, dipenuhi oleh problim yang ada di Indonesia, yang memerlukan jawaban.
Yang jelas baginya ialah : ---- Rezim otoriter Orde Baru yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, -- tidak boleh dibiarkan terus berlangsung.
Jadi, saya memutar otak untuk memberikan jawaban atas problim besar yang diajukannya itu. Dengan nada bergurau pula, saya jawab : Begini Bung, Pertama-tama, --- Saya akan mengadakan pertemuan dengan seluas mungkin lapisan masyarakat, dengan wakil-wakil masyarakat yang sesungguhnya, dengan orang-orang yang dalam waktu panjang terbukti melakukan kegiatan memperjuangkan kepentingan rakyat. Saya harus bertanya, dan dengan teliti mendengarkan pendapat mereka, minta nasihat pada mereka-mereka itu, bagaimana menyelamatkan negeri ini. . . berunding dan bermufakat.
Dengan jawaban yang bernada gurau tetapi mengandung maksud serius itu, rupanya Noor Djaman merasa pusas dan sedikit terbantu mencari jawaban atas problim yang memenuhi fikirannya selama ini.
Noor Djaman mengatakan: Betul, Bung, harus bertanya dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan wakil-wakil rakyat yang sesungguhnya, barulah merumuskan politik dan kebijakan tertentu!
* * *
Pada waktu bersama berjalan-jalan santai atau bila kapan saja bertemu, --- Kami sering betukar fikiran mengenai situasi tanah air. Jelas, bagi Noor Djaman jarak yang begitu jauh yang memisahkan kita dari Indonesia, samasekali bukan rintangan untuk tetap peduli terhadap perkembangan dan perjuangan untuk terlaksananya perubahn di tanah air.
Dari jurusan manapun kami memulai mendiskusikan suatu problim menyangkut soal-soal di tanah air, Noor Djaman berpegang teguh pada pendirian dan poltik yang kami anut selama ini: Bahwa negeri ini hanya bisa diselamatkan bila dengan sungguh-sungguh dan konsisten melaksanakan politik besar Bung Karno yang dikenal dengan nama *TRISAKTI*. Yaitu, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian Nasional di Bidang Kebudayaan.
* * *
Mengenangkan Noor Djaman, saya selalu teringat pada pendirian dan keyakinannya mengenai *kebenaran politik Trisakti* dan keharusan bangsa ini merealisasi politik besar nasional tsb .
* * *
Noor Djaman telah mendahului kita.
Bagi kawan-kawan yang mengenalnya dari dekat dan sering bertukar fikiran dengannya: Noor Djaman selalu dikenang sebagai kawan seperjuangan yang dalam keadaan sulit bagaimanapun selalu berpegang teguh pada keyakinannya bahwa akhirnya keadilan dan kebenaran akan mengalahkan kesewenang-wenangan dan kebohongan di tanah air tercinta Indonesia.
* * *
*Senin, 25 Februari 2013*
*-------------------------------*
*IN MEMORIAM NOOR DJAMAN*
*
** * **
Keluarga Bung Noor Djaman dan para hadirin Yth.,
Selain keluarga Noor Djaman, khususnya istri beliau : Zus Sumarsih Djaman-Nurdianty -- serta putri-putri serta cucu dan menantu: -- Ida Kartininingsih, Jean Marc Genest, Nouristo, Ulysse, Louis; -- Natalia Ramdhayani dan Frans van Dijk . . . serta semua hadirin yang datang hari ini di sini, maupun yang berhalangan datang, khususnya kawan-kawan yang sudah lama mengenal Noor Djaman, . . . *Semuanya merasa kehilangan* dengan kepergian Bung Noor
Djaman. Merasa terkejut dan bersedih-hati serta berbelasungkawa dengan meninggalnya Noor Djaman tercinta.
Semoga keluarga Noor Djaman yang ditinggalkan bertabah hati melalui masa-masa sedih dan sulit ini.
Inna Lillahi Wa Inna Ilaihi Radjiuun . . . Semoga arwah Noor Djaman diterima disisi Tuhan YME. Amien!
* * *
Sebagai manusia Indonesia yang cinta Tanah Air dan Bangsa, Noor Djaman bercita-cita mulya kebebasan Tanah Air dan Bangsa, keadilan dan kebenaran bagi rakyatnya. Berdasarkan sikap dan pendirian patriotik dan progresif ini Noor Djaman dengan sunggh-sungguh dan tekun serta setia memanifestasikannya dalam menunaikan profesinya. Pada suatu periode Noor Djaman mendapat tugas mendirikan surat kabar di Kalimantan: “Harian Khatulistiwa”. Dengan misi membela kepentingan politik dan kehidupan sehari-hari rakyat serta kepentingan politik nasional bangsa dan tanah air. Selain itu Noor Djaman mengemban tugas di Kalimantan selama tiga bulan mendidik sejumlah calon wartawan muda yang akan meneruskan usaha jurnalistik serta kegiatan media patriotik dan progresif di Kalimantan.
* * *
Pada saat di Indonesia terjadi perubahan besar yang mendadak dengan meletusnya Peristiwa 1965, ketika Indonesia dan rakyatnya dilanda arus sakal berdirinya rezim otoriter Orde Baru yang membawa korban manusia sampai sekitar tiga juta orang tidak bersalah … Noor Djaman dengan tegas mengambil posisi dan sikap yang menentang keras arus sakal rezim Orde Baru.
Justru disebabkan oleh sikap dan pendirian politiknya yang patriotik dan cinta rakyat inilah, Noor Djaman berada di posisi yang berhadap-hadapan, bertolak belakang dengan politik dan kebijakan rezim Orde Baru. Hal ini kontan membawa akibat paspornya sekeluarga dicabut oleh rezim militer Jakarta, . . . . dan menjadilah seperti yang pernah diungkapkan oleh mantan Presiden Abdurrahman Wahid --- “ORANG YANG TERHALANG PULANG”.
* * *
Sebagai orang yang terpaksa bermukim di luar negeri, Noor Djaman sekeluarga bersama banyak kawan senasib lainya tidak tinggal diam, tidak berpeluk tangan. Tapi dengan aktif ambil bagian dalam berbagai kegiatan bersama di luarnegeri. Semua itu diabdikan pada perjuangn rakyat Indonesia untuk tegaknya Hukum, Demokrasi dan Keadilan di Indonesia.
* * *
Selain itu, Noor Djaman meneruskan profesinya, sebagai seorang penulis. Ia menulis dan menulis! Menghasilkan sejumlah novelette dan sajak dan syair, yang diabdikannya pada perjuangn untuk keadilan dan kebenaran di Tanah Air yang dicintainya.
Karya sastra Noor Djaman antara lain adalah sebuah novelette berjudul “Kisah Putri Remaja”, lalu “Nyi Ema Bintang Ronggeng”, dan Tahi Lalat Diujung Bibir”. Agar tulisan-tulisnnya itu bisa dibaca seluas mungkin, Noor Djaman atas upaya jerih payahnya sendiri menulis beberapa novelettenya dalam bahasa Inggris, seperti “It happens in Beijing” dan “Campus Drama”.
Tiga buah novelette Noor Djaman terdapat di Perpustakaan di London.
Suatu ketika, Noor Djaman diundang oleh sebuah organisasi penulis internasional di AS . Bersama istrinya, Sumarsih, mereka memenuhi undangan berkunjung ke Amerika. Di Amerika Noor Djaman memperoleh penghargaan, Award, untuk karya-karya sastranya. Di pertemuan internasional penulis-penulis dan penyair di AS itu, dimana ia mendeklamasikan sajaknya, Noor Djaman diterima sebagai anggota “penyair seumur hidup”.
* * *
Bagi kawan-kawan yang mengenalnya dari dekat maupun yang baru sekali menjumpainya, semuanya berkesan bahwa Noor Djaman orangnya peramah, periang dan selalu hangat terhadap kawan lama maupun baru. Ia tidak segan-segan menyatakan fikiran dan pendapatnya, sekalipun itu mungkin berbeda, bahkan bertentangan dengan fikiran dan pendapat orang yang mendengarnya. Ia juga tidak segan-segan memberikan pendapat yang kritis terhadap siapa saja, dan terhadap segala sesuatu yang menurut keyakinannya tidak benar dan merugikan orang banyak.
* * *
Yang menonjol dari sifat-sifat Noor Djaman a.l adalah kegemarannya bergurau dengan kawan dekat, dengan teman sekerja maupun dengan kawan seperjuangan. Bergurau adalah sehat, kata Noor Djaman selalu pada saya. Bergurau yang mengandung maksud baik dan tujuan tertentu agar yang mendengar memikirkannya. Bukan gurau asal gurau saja. Apalagi gurau yang melewati batas-batas kewajaran. Itu tidak boleh, tokh? Katanya sering pada saya.
Justru dalam guraunya itulah saya sering mendengar celetukan-celetukan politik Noor Djaman yang menunjukkan bahwa ia senantiasa memikirkan tentang Indonesia, --- yang jawabannya belum ditemukannya..
Ketika hidup bertetangga dengan keluarg Noor Djaman dalam waktu panjang di waktu yang lalu, pada waktu senggang kami berdua saja, secara reguler, sering jalan-jalan ke pedesaan yang agak jauh. Berjalan-jalan, bersantai sambil memanfaatkannya sebagai kegiatan olah-raga. Pada waktu jalan-jalan itulah, suatu ketika dengan berguyon, Noor Jaman berkata begini: “Bung . . Andaikata Bung jadi presiden. Apa yang akan Bung lakukan untuk menyelamatkan negeri ini dari bencana nasional yang sedang melanda negeri kita ?”
Wah, saya fikir: Mengapa tiba-tiba Noor Djaman mengajukan pertanyaan pelik seperti itu? Setelah betanya ulang kepadanya apa maksud pertanyaan tsb, barulah jelas bagi saya, bahwa fikiran Noor Djaman selama itu, dipenuhi oleh problim yang ada di Indonesia, yang memerlukan jawaban.
Yang jelas baginya ialah : ---- Rezim otoriter Orde Baru yang bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat, -- tidak boleh dibiarkan terus berlangsung.
Jadi, saya memutar otak untuk memberikan jawaban atas problim besar yang diajukannya itu. Dengan nada bergurau pula, saya jawab : Begini Bung, Pertama-tama, --- Saya akan mengadakan pertemuan dengan seluas mungkin lapisan masyarakat, dengan wakil-wakil masyarakat yang sesungguhnya, dengan orang-orang yang dalam waktu panjang terbukti melakukan kegiatan memperjuangkan kepentingan rakyat. Saya harus bertanya, dan dengan teliti mendengarkan pendapat mereka, minta nasihat pada mereka-mereka itu, bagaimana menyelamatkan negeri ini. . . berunding dan bermufakat.
Dengan jawaban yang bernada gurau tetapi mengandung maksud serius itu, rupanya Noor Djaman merasa pusas dan sedikit terbantu mencari jawaban atas problim yang memenuhi fikirannya selama ini.
Noor Djaman mengatakan: Betul, Bung, harus bertanya dan berkonsultasi terlebih dahulu dengan wakil-wakil rakyat yang sesungguhnya, barulah merumuskan politik dan kebijakan tertentu!
* * *
Pada waktu bersama berjalan-jalan santai atau bila kapan saja bertemu, --- Kami sering betukar fikiran mengenai situasi tanah air. Jelas, bagi Noor Djaman jarak yang begitu jauh yang memisahkan kita dari Indonesia, samasekali bukan rintangan untuk tetap peduli terhadap perkembangan dan perjuangan untuk terlaksananya perubahn di tanah air.
Dari jurusan manapun kami memulai mendiskusikan suatu problim menyangkut soal-soal di tanah air, Noor Djaman berpegang teguh pada pendirian dan poltik yang kami anut selama ini: Bahwa negeri ini hanya bisa diselamatkan bila dengan sungguh-sungguh dan konsisten melaksanakan politik besar Bung Karno yang dikenal dengan nama *TRISAKTI*. Yaitu, Berdaulat di Bidang Politik, Berdikari di Bidang Ekonomi dan Berkepribadian Nasional di Bidang Kebudayaan.
* * *
Mengenangkan Noor Djaman, saya selalu teringat pada pendirian dan keyakinannya mengenai *kebenaran politik Trisakti* dan keharusan bangsa ini merealisasi politik besar nasional tsb .
* * *
Noor Djaman telah mendahului kita.
Bagi kawan-kawan yang mengenalnya dari dekat dan sering bertukar fikiran dengannya: Noor Djaman selalu dikenang sebagai kawan seperjuangan yang dalam keadaan sulit bagaimanapun selalu berpegang teguh pada keyakinannya bahwa akhirnya keadilan dan kebenaran akan mengalahkan kesewenang-wenangan dan kebohongan di tanah air tercinta Indonesia.
* * *
No comments:
Post a Comment