Sunday, March 3, 2013

*SEKITAR TURUNNYA PAUS BENEDIKT XVI*

*IBRAHIM ISA *
*Kemis, 28 Februari 2013**
-------------------------*

*SEKITAR TURUNNYA PAUS BENEDIKT XVI*


Membaca tanggapan sahabat karibku: -- *Arif Harsana*, Munster, Jerman, sekitar turunnya Paus Benedikt XVI dan latarbelakangnya, --- aku fikir baik dan bagus bila lebih banyak lagi yang membacanya. Tulisan Arif Harsana tsb adalah sebuah tanggapan dalam suatu diskusi kecil yang sedang berlangsung di mailist sekitar masalah itu.


Tulisan Arif Harsana cekak-aos dan memberikan sedikit gambaran mengenai latar belakang mundurnya Puas yang sekarang ini. Singkat dan jelas!


Bagiku sendiri merupakan suatu bahan iformatif yang yang ditulis dengan memberikan argumentasi dan sumber bahan yang transparan. Oleh karena itu berguna sekali!


*Terima kasih pada Arif Harsana atas tulisannya yang singkat, informatif dan analitis!!*


Silakan membaca stulisan menarik Arif |Harsana tsb sbb:


* * *


*SEKITAR TURUNNYA PAUS BENEDIKT XVI & *

*LATAR BELAKANGNYA *

*Oleh Arif Harsana*


Kita tengok sebentar tema awalnya mengenai "Vatican scandal".


Saya ingin ikut menanggapinya, sekaligus dalam kaitannya dengan latar belakang turunnya Paus Benedikt XVI secara resmi , tgl. 28 Februari 2013.


Baru sekarang ini seorang Paus turun dari jabatannya secara sukarela, menolak untuk menduduki jabatan Paus seumur hidup - seperti lazimnya kebiasaan Vatikan semenjak 7 abad terakhir ini.

Dari segi ini, langkah Paus Benedikt XVI dianggap membuat terobosan revolusioner yg berani. Ada sementara pengamat yang punya harapan, langkah Paus yang satu ini bisa membuka babak sejarah baru pembaharuan /Reformasi besar, yg mungkin akan mempunyai pengaruh jangkauan jauh kedepan.


Tentang sebab2 yang sebenarnya dari langkah berani Paus Benedikt XVI, selain disebabkan oleh faktor2 pribadinya, y.i. usia lanjut sehingga kondisi baik jasmani maupun mental menurun, tetapi menurut para pengamat juga disebabkan banyaknya problem2 besar didunia gereja Katholik yg tidak mampu lagi ditangani olehnya.


Beberapa faktor penyebab turunnya Paus Benedikt XVI, a.l. seperti yg dimuat dlm koran La Republica, yg terbit pertengahan Desember 2012 yg.lalu, (yg diposting oleh bung Taher kemarin itu kemilis ini), yaitu tentang meledaknya skandal " VatiLeaks affair " - kasus ttg. bocornya dokumen rahasia Vatikan 300 halaman yg ditulis oleh orang penting pejabat tinggi di Vatikan tentang praktek korup dan intrik2 di lingkaran dalam puncak kekuasaan Vatikan. ( http://au.news.yahoo.com/world/a/-/world/16205271/vatican-scandal-cited-in-pope-resignation/ )


Masalah besar selanjutnya adalah terbongkarnya kasus2 pemerkosaan thd anak2 didik dilingkungan seminari Katholik di AS, Jerman dan di Inggris, yang dilakukan oleh para pengasuh /pemimpin gereja. Belakangan juga semakin kuat kritik2 thd doktrin2 konservativ Vatikan seperti pelarangan yg rigid dlm hubungan seksual (mis. pelarangan penggunaan kondom), menolak peran wanita sbg Pastur, peraturan Solibet (Pastur dilarang nikah), peraturan yg diskriminatif terhadap para pekerja dilingkungan gereja yg. berstatus cerai atau pernah cerai, serta sikap diskriminativ Vatikan thd orang2 Homo (orang2 yg berpasangan hidup dg yg sejenis kelaminnya).


Kritik2 yang lebih lebih mendasar terhadap doktrin konservativ kolot Vatikan, bisa dilacak kebelakang dalam sejarah perkembangan ide2 reformasi sejak masa kepemimpinan Paus Johannes XXIII, yang menyelenggarakan Vatikanum II (Zweite Vatikanische Konzil) pada th. 1962 -- 1965, yang memandang perlunya pembaharuan doktrin2 agama yg sudah ketinggalan jaman untuk ditingkatkan agar sesuai dengan tuntutan perkembangan masa kini. Usaha pembaharuan Vatikanum II sepeninggalan Paus Johannes XXIII itu dilanjutkan oleh penggantinya Paus VI dan berakhir tahun 1965. Hasilnya, a.l. disepakatinya prinsip kebebasan memeluk agama dalam hukum ketatanegaraan dan perlunya memperkuat dialog dengan penganut agama lainnya maupun dengan mereka yg tidak menganut kepercayaan. Yang juga ikut ambil bagian dalam penyelenggaraan Vatikanum II adalah para Paus berikutnya Johannes Paul I., Johannes Paul II. dan Paus Benedikt XVI.

Gerakan pembaharuan dalam semangat Vatikanum II mendapat pengikut kuat di Eropa, terutama di Jerman, Belanda dan Austria yg dimotori oleh Professor Theolog Hans Küng. Inti pokok kritik Hans Küng adalah tentang pengingkaran /pengkhianatan terhadap semangat pembaharuan yg terkandung dalam kesepakatan Vatikanum II, yang mulai dirasakan semakin kuat semenjak masa tampilnya kepemimpinan Paus Johannes Paul II. dan dilanjutkan oleh Paus Benedikt XVI.

Pada pokoknya, kritik Hans Küng ditujukan terhadap usaha Restorasi ajaran kuno absolutisme jaman pertengahan, yang sedang dihidupkan kembali oleh pusat penguasa gereja di Vatikan. Sebagai aktor intelektual usaha Restorasi itu adalah Kardinal Ratzinger, yang waktu itu diangkat oleh Paus Johannes II menjabat sebagai Kepala bidang dogma /ajaran (Präfekt der Glaubenskongregation) dan sekaligus penasehat utama Paus Johannes Paul II dibidang ideologi dan garis politik pusat gereja diVatikan.

Belakangan, Kardinal Ratzinger menggantikan Johannes Paul II dan berganti nama sebagai Paus Benedikt XVI. Pokok2 pikiran Hans Küng dalam mengkritik penguasa di Vatikan, antara lain bisa disimak dlm wawancaranya dengan majalah "Der Spiegel" di Link berikut ini :

http://www.spiegel.de/panorama/gesellschaft/interview-mit-hans-kueng-jeder-reformer-muss-angst-vor-rom-haben-a-801075-2.html.


Di Amerika Latin, para pengikut gerakan pembaharuan Vatikanum II yang legendaris diwakili oleh kalangan gereja yang beraliran "Theologi Pembebasan" dengan pimpinannya Prof. Theolog Leonardo Boff dan rekannya Gustavo Gutiérrez. Dalam ajarannya (Theologi Pembebasan), Leonardo Boff mengkritik pihak petinggi gereja yang selama ini hanya memusatkan perhatiannya kepada kepentingan golongan orang kaya dan mengesampingkan nasib Rakyat kecil. Bahkan tidak jarang pihak gereja malah bersekutu dengan pemegang kekuasaan negara yang melakukan penindasan dan perampasan hak-hak asasi warga. Theologi Pembebasan yg dipimpin Leonardo Boff lahir dalam kancah perjuangan Rakyat Amerika Latin melawan kekejaman penindasan kekuasaan Junta Militer, yg kala itu sedang meraja lela hampir diseluruh negara2 Amerika Latin. Banyak para Pastor dari Theologi Pembebasan yg pada masa itu ikut aktif bersama para pasukan partisan dipegunungan, ikut bertempur dalam perang gerilya melawan kekejaman penindasan Junta Militer.

Pada dasarnya, kekuasaan para Junta Militer itu mewakili kepentingan Latifundis (klas tuan tanah reaksioner) dan sekaligus sebagai kaki tangan imperialis AS.


Dalam wawancaranya dengan majalah "Der Spiegel", Leonardo Boff mengkritik keras represi yg dilakukan oleh Paus Benedikt XVI terhadap para pengikut Theologi Pembebasan. Pada masa ketika ia masih bernama Ratzinger, sebagai Kepala bidang dogma /ajaran ( Präfekt der Glaubenskongregation ), Ratzinger banyak menjatuhkan hukuman terhadap lebih dari seratus Theolog dan ketika menjabat sebagai Paus Benedikt XVI, nasib para Theolog pengikut Theologi Pembebasan mengalami represi lebih buruk lagi. Sebagai Paus, ia melakukan penghancuran dan pembersihan terhadap benteng2 Theologi Pembebasan dan hanya kaum konservativ yg sesuai dengan garis ajaran dogmatisnya, yang diangkat dalam posisi2 penting dalam rangka memperkuat kedudukannya.


Dilain pihak, Leonardo Boff menyadari sepenuhnya, bahwa perjuangan gigih para pengikut Theologi Pembebasan bersama kekuatan kiri progresip, yang bersatu padu dengan kebangkitan gerakan pembebasan dari penduduk asli Amerika Latin (kaum Indian) adalah tidak sia2 dan telah membuahkan hasil yang membanggakan dengan tampilnya tokoh2 pemimpin pogresip dari kekuatan politik kiri, yang sekarang semakin banyak memegang tampuk pimpinan dibanyak negara2 Amerika Latin. Sebagai contoh, Leonardo Boff menyebut nama2 Lula da Silva, pemimpin Sarikat Buruh Brasilia yang menjadi Presiden dan juga penggantinya sekarang Dilma Rousseff , yg pernah ikut perang gerilya itu, bahwa "keduanya terpengaruh juga dari interprestasi kami ttg. ajaran Kristen sebagaimana yang kami pahami", demikian Boff.

Pokok2 ajaran Theologi Pembebasan, antara lain bisa disimak dalam wawancara Leonardo Boff di majalah "Der Spiegel", di Link berikut ini : http://www.spiegel.de/spiegel/print/d-90049019.html


Di Indonesia, dilingkungan umat Islam. pernah ada seorang tokoh pergerakan melawan penindasan kaum penjajah Belanda, namanya Haji Misbach, yang juga mengajarkan persatuan seluruh kekuatan anti kolonialis dari semua pengikut agama termasuk dengan mereka yang beraliran Komunis. Karena, menurut Haji Misbach, yang lahir tahun 1876 di Yogyakarta, baik Islam maupun Komunis menghendaki dihilangkannya penindasan dan penghisapan oleh sistem Kapitalis ( Ref. Buku "Zaman Bergerak"- Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926, karya Takashi Shiraishi ).



Salam,


Arif Harsana

Münster, 27.02.2013


--------------- &&& -------------------


No comments: