Thursday, September 6, 2007

IBRAHIM ISA Berbagi CERITA -- Apa Benar . . Orang Bilang SOSDEM SUKSES ?

IBRAHIM ISA Berbagi CERITA
Rabu, 05 September 2007

Apa Benar . . Orang Bilang SOSDEM SUKSES ?
Judul tulisan diatas bukan sensasi! Pun bukan maksud memprovokasi. Sekadar memancing dan menggugah pembaca berfikir sedikit lebih mendalam. Bagaimana, . . . . . kok, bisa-bisanya ada ucapan yang demikian itu? Berani-beraninya, pada zaman 'jaya-jayanya' globalisasi dan neo-liberalisme, . . . . masih bicara tentang SUKSESNYA SOSIAL DEMOKRASI!

Kan bisa dipertanyakan, pembicaraaan seperti itu apa relevan dalam situasi sekarang? Sungguh, ini bukan aku yang bicara begitu. Yang menulis tentang 'KESUKSESAN SOSIAL DEMOKRASI', adalah sebuah majalah mingguan Belanda, 'ELSEVIER' (No. 34, 25 Agustus 2007). Dalam mingguan itulah disiarkan tulisan salah seorang jurnalisnya, Leon de Winter. Artikel Leon berjudul 'Onwaarchijnlijk Success', artinya SUKSES Yang TAK TERBAYANGKAN' . Yang ia maksudkan ialah SUKSESNYA SOSIAL DEMOKRASI. Paling tidak di Belanda dan banyak negeri Eropah Barat sosial demokrasi itu sukses.

Ini memang menarik dinalisis. Betul! Tembok Berlin yang merupakan tembok besar Sosialisme yang didirikan Chrusjtjov untuk membendung pengaruh kapitalisme sudah runtuh. Sesudah 28 tahun (dibangun 13 Agustus 1961 - dan dirobohkan massa pada 13 Juni 1990) bertahan terhadap arus kapitalisme dari (Jerman)Barat, akhirnya benar-benar bobol. Bukankah 'breaking news' itu diikuti oleh 'breaking news' lainnya, dengan dibubarkannya Uni Sovyet oleh kombinasi pergulatan Gorbachov >< Yeltsin. Lalu follow-upnya bubarnya 'kubu Sosialis', 'The Communist Bloc' seperti yang disebut oleh Barat? Maka tampak ada alasan untuk menyatakan bahwa sosialisme, komunisme sudah selesai. Tak puya haridepan.

Pasti belum dilupakan pernyataan Presiden AS Ronald Reagan, ketika itu. Masih terngiang-ngiang di telinga maklumat mantan Presiden A.S. limabelas tahun yang lalu. Dengan gaya seorang bokser yang mengalahkan lawannya dengan suatu pukulan 'knock out' , Reagan berucap lantang: 'Kapitalisme sudah mengalahkan Komunisme!' Komunisme sudah hancur'. Pers Barat dan cendekiawannya menyatakan bahwa haridepan dunia tidak bisa lain, adalah: KAPITALISME!

Yang dimaklumkan Reagan kalah, bukankah namanya adalah komunisme? Sedangkan Sosialisme dan Sos-Dem, itu samasekali bukan Komunisme. Dua hal tsb tidak boleh disamakan! Baiklah, anggaplah begitu. Yang kalah itu adalah komunisme, samasekali bukan sosialisme atau sosial-demokrasi . . . . .!

Dinyatakan bawha Komunisme itu kalah. Penyebab utama kekalahan tsb ialah, karena dalam perjuangannya kaum komunis menggunakan cara revolusi, cara kekerasan untuk mencapai tujuannya. Setelah mencapai kemenangan dan mempertahankan kemenangannya, mereka memberlakukan sistim diktatur untuk membangun sistim masyarakat yang dipandanganya adil dan makmur

Sedangkan kaum sosialis dan kaum sosial-demokrat menggunakan cara demokratis, cara damai, cara pemilu. Jadi ada perbedan besar. Demikian dinyatakan.

Ada baiknya, dalam 'cerita' ini, hendaknya tidak melihat suatu gejala dari satu segi saja. Pandangan sebaiknya diarahkan ke cakrawala yang lebih luas. Karena, nyatanya, bukan satu dua saja negara-negara di dunia ini, yang penguasanya bukan kaum komunis tokh memberlakukan sistim diktatur. Lihatlah Myanmar (Birma), Lybia, Sudan, Republik Islam Iran, Saudi Arabia, Republik Islam Pakistan dan mungkin masih ada lain lagi, dalam praktek nyata sekali menggunakan sistim diktatur untuk mempertahankan kekuasaannya. Bahkan menggunakan religi sebagai alasan untuk melaksanakan diktatur tsb. Dengan demikian, diktatur itu bukan monopoli kaum komunis saja. Selain itu, diketahui juga bahwa terdapat sementara kaum Komunis di Eropah yang sudah lama mencampakkan teori diktatur proletariat. Lalu perhatikan kenyataan ini: --- Selama lebih dari 30 tahun rezim Orba seratus persen memberlakukan sistim diktatur. Bisa dipastikan bahwa diktatur Orba itu lebih ganas dari diktatur negeri sosialis. Diktatur militer rezim Orba menggunakan jubah 'Dwifungsi ABRI' dan parpol GOLKAR sebagai pijakan sosial. Dan betapa berdarahnya diktatur rezim Jendral Suharto.

Jangan lupakan kenyataan lainnya. Sebuah negara Barat yang memperkenalkan diri sebagai negara demokrasi terbesar di dunia, Amerika Serikat, dalam kenyataannya juga adalah sebuah kekuasaan diktatur. Bukan diktatur proletariat seperti di Uni Sovyet dulu, atau diktatur demokrasi rakyat semacam di Tiongkok, tetapi diktatur kaum oligarki. Diktatur kaum modal yang menguasai kehidupan ekonomi dan finans negeri , memiliki dana berlimpah-limpah untuk mengedepankan calonnya dalam pemilihan presiden. Dari tahun ke tahun presiden di AS silih berganti, tetapi yang berkuasa tetap saja adalah kaum modal. Di AS mana mungkin tanpa modal bisa mencalonkan diri sebagai walikota, gubernur, senator apalagi presiden. Maka kekuasaan politik, kekuasaan negara di AS ---- u.u.d-nya - ujung-ujungnya -- adalah duit. Kekuasaan politik di negara demokrasi terbesar di dunia itu, adalah KEKUASAAN DUIT!

Memang, komunisme dengan sosial demokrasi, itu tidak sama. Tetapi sumbernya, ya, satu . . . . . . Baik sosialisme, komunisme ataupun sosial-demokrasi, ----- embah pemikiran mereka itu, sumber ilhamnya yang terpenting, adalah Marxisme. Karena isme itu yang dilihat sebagai yang ilmiah. Yang populer disebut aliran KIRI. Marxisme, adalah suatu faham, suatu ajaran yang secara teori dan praktek menganalisis masyarakat dan sistim kapitalis ketika itu. Teori itu membeberkan, mengungkapkan penghisapan kaum modal atas kaum pekerja. Teori tsb melawan pemerasan dan kekuasaan modal atas kerja. Akhirnya yang hendak dicapai oleh sosialisme, komunisme dan sosial demokrasi, ---- tujuan mereka itu , bukankah juga sama? Keadilan sosial, dihapuskannya pemerasan modal, solidaritas dengan kaum minima dalam masyarakat, melawan monopoli dan hegemonisme, melawan imperialisme, hendak menghapuskan kesenjangan sosial, dan menegakkan keadilan dan kemakmuran bagi seluruh rakyat.

Di satu fihak blok Sosialis di dunia sudah hancur. Uni Sovyet dan sejumlah negeri sosialis di Eropah Timur sudah bubar. Di negeri-negeri tsb sistim kapitalisme sudah menggantikan sistim sosialis.

Namun, di Tiongkok pekembangan sosialisme tidak berakhir dengan kehancuran. Sosialisme tetap dipertahankan, dengan mengadaptasikannya pada situasi kongkrit Tiongkok. Begitu mereka nyatakan. Menjadilah ia sistim SOSIALISME TIONGKOK. Sosialisme Tiongkok nyatanya telah menghasilkan pertumbuhan luar biasa ekonomi negeri. Telah membikin kaya kas negara. Menjadikan negara Tiongkok Sosialis yang paling banyak memiliki devisa. Sistim sosialis Tiongkok, dalam duapuluh tahun belakangan ini, telah melahirkan golongan tengah baru yang lebih makmur. Sehingga timbullah ketakutan baru terhadap Tiongkok Sosialis yang semakin kuat dan makmur pada Amerika Serikat dan di kalangan Barat serta para pengikutnya.

* * *

Yang menarik di sini, ialah analisis jurnalis mingguan Belanda 'Elsevier', Leon de Winter ketika menilai situasi Belanda dan Eropah.

Jelas, Leon Winter menulis bahwa ide sosial-demokrsi, artinya ide Kiri, telah menjadi kenyataan dalam peri kehidupan rakyat Belanda, dan sementara negeri Eropah. Cara menulis Leon de Winter memang lain daripada yang lain. Ditulisnya: Faham (ide) sosial demokrasi (di Belanda) telah kehilangan sebagian besar hak hidupnya. Bukan karena ia telah mengalami kegagalan. Tetapi, karena tak terbayangkan, ia (justru) telah mengalami sukses.

'Welfare State' kita dewasa ini, tulis Leon de Winter, adalah terlaksananya impian tertinggi kaum sosialis moderat pada permulaan abad lalu. Proletariat telah tiada. Setiap anak kaum buruh dapat menempuh studi. Pengurusan sosial dan kesehatan berlaku untuk semua. Bahkan yang sudah lama menganggurpun memperoleh uang untuk bisa berlibur. Teman saya orang Jerman Henryk Browder, cerita bahwa kedua orangtuanya belum pernah bekerja. (Namun), di rumah terdapat tiga lemari es dan mereka diurus oleh 6 orang pekerja sosial. Di Belanda tidak banyak beda dari di Jerman.

Pemerintah kita, tulis Leon de Winter, telah mengalokasikan separuh dari jumlah total pemasukan kita, lalu membagikannya kembali bermilyar-milyar Euro tsb menurut faham bahwa 'bahu yang paling kuat harus memikul beban yang paling berat'. Suatu faham yang bukan tidak adil bagi siapa saja yang mengagngap ketenteraman sosial adalah kriteria terpenting dalam kehidupan masyarakat, dst.

Di sini tulisan Leo de Winter itu mengidap kekurangan serius. Leon de Winter tidak mengemukakan bahwa 'Welfare State' yang menjadi impian tertinggi kaum sosialis itu bukanlah datang dengan sendirinya. Bukan suatu 'sedekah' dari kaum modal dan majikan. Menurut catatan sejarah gerakan buruh Eropah, 'welfare state' itu adalah hasil perjuangan lama dan susah payah, kaum pekerja, kaum sosialis, kaum komunis dan kaum Kiri lainnya. Suatu perjuangan balas-berbalas melawan sistim kapitalisme yang inheren dengan pemerasan kamu modal terhadap kaum pekerja sepanjang zaman yang teramat kejam. Bahwa perjuangan kaum sosialis, kaum komunis dan kaum Kiri lainnya itu, tidak terbatas pada pemilihan untuk parlemen saja. Bahwa perjuangan itu juga dilakukan melalui cara-cara aksi massa. Seperti, melalui media massa, mengorganisasi dan memberdayakan kaum pekerja, berdemonstrasi dan melalui pemogokan yang tidak jarang disela-sela oleh penggunaan kekerasan aparat untuk menindas kaum pekerja yang berdemo dan mogok. Hal mana membawa korban tidak kecil pada kaum pekerja.

Tibalah kembali pada judul di muka. Apa benar ide-ide sosial-demokrasi, yang hakikatnya adalah ide-ide Kiri, mengalami sukses tak terbayangkan? Jawabnya silakan berikan dengan menalaah sendiri situasi kehidupan masyrakat di Belanda, dan sementara negeri Eropah Barat. Masa kini dan masa lampaunya. Mempelajari gerakan sosialis, komunis dan gerakan kaum pekerjanya, dulu dan sekarang.

Ini juga benar: Sebelum runtuhnya Uni Sovyet, banyak orang-orang Sosialis, orang komunis dan orang-orang Kiri lainnya, berucap di antara mereka sendiri, bahwa apa yang menjadi slogan di negeri-negeri Sosialis, di sementara negara Eropah Barat, hal-hal itu sudah menjadi kenyataan sehari-hari. Yaitu kenyataan munculnya suatu 'Welfare State'.

Memang, kehidupan yang nyata itu, seringkali tidak nyambung dengan apa yang dibayangkan dan apa yag diinginkan! Yang dicita-citakan. Tokh orang akhirnya tak bisa menutup mata terhadap kenyataan keras kehidupan.

Jangan lupa, tulisan ini, sekadar untuk menggugah pembaca ikut memikirkannya. Sekadar bahan pertimbangan. Tidak lain dan tidak bukan.

* * *

No comments: