Tuesday, November 4, 2008

*IBRAHIM ISA – BERBAGI CERITA* - *Jum'at, 12 September 2008* - *KETIMBANG NYOALKAN UNIFORM-MILITER BUNG KARNO , LEBIH BAIK DISKUSI AJARAN-AJARANNYA!

*IBRAHIM ISA – BERBAGI CERITA*

*Jum'at, 12 September 2008*

*--------------------------------------------*


*KETIMBANG NYOALKAN UNIFORM-MILITER BUNG KARNO , LEBIH BAIK DISKUSI AJARAN-AJARANNYA!*


Sejarah, apalagi sejarah bangsa sendiri, itu sejak dulu tema yang kusenangi. Baik sejarah dunia apalagi sejarah Indonesia. Terutama sejarah modern Indonesia, ketika dimulai masa penjajahan asing dan perlawanan yang dilakaukan terhadap kekuasaan asing. Ketika bekerja sebagai guru dulu, mata-pelajaran yang kuberikan kepada murid-muridku, antara lain, adalah sejarah dunia dan sejarah tanah air. Terutama sejarah perjuangan bangsa untuk kemerdekaan nasional.


Memang benar, Bung Karno, patriot dan pejuang kemerdekaan yang konsisten, salah seorang Bapak Nasion, berulang-kali menyerukan dalam pelbagai kesempatan tentang perlunya kita mengenal, mempelajari dan memahami sejarah bangsa. Mengenal dan menyadari identitas sendiri sebagai anggota nasion Indonesia, punya kesadaran berbangsa, itu tak mungkin tanpa mempelajari dan mengenal sejarah bangsa. Kesadaran berbangsa itu lahirdan berurat berakar kokoh dalam proses pengenalan yang baik atas sejarah bangsa. Terutama sejarah perjuangannya! Kemudian diikuti dengan kepedulian dan keterlibatan sendiri dalam perjuangan tsb dari masing-masing sesuai kondisinya.


Aku tergugah oleh dialog-eletronik - tukar fikiran di media internet, lewat e-mail dsb – yang berlangsung beberapa hari belakangan ini. Diskusi itu tampaknya dipicu oleh kiriman-kiriman sejarawan Rusdi Husein, Jakarta. Kemudian ambil bagian dalam diskusi, Salim Said, < dulu penekun dan penulis soal-soal yang menyangkut ABRI, dan sekarang Dubes RI di Praha kalau tak salah>, lalu Doddy Partomihardjo, dan Bambang Hidayat.


Yang dipersoalkan (rupanya) masalah PAKAIAN SERAGAM MILITER BUNG KARNO, sebagai Pangti Abri.


* * *


Mari ikuti dialog mereka tsb:



*SALIM SAID (Praha)*: --- Pak Bambang dan Pak Rusdi Husein Yth,
Barangkali Anda berdua, sebagai ahli dan peminat sejarah, bisa menyajikan sejarah disekitar pakaian 'panglima tertinggi' (pakaian militer dengan bintang dipundak dan tanda jasa di dada) yang dipakai oleh Bung Karno. Seorang yang dekat dengan Bung Karno di masa revolusi di Jogya pernah mengisahkan kepada saya bahwa pada masa Jogya itu Bung Karno memakai bintang empat di pundaknya. Ini mungkin karena pangkat tertinggi waktu itu adalah jenderal dengan bintang tiga yang dikenakan oleh Panglima Sudirman. Jadi Bung Karno memakai tanda pangkat militer satu tingkat lebih tinggi dari yang dikenakan oleh pemimpin tertinggi TNI waktu itu. Kapan persisnya Bung Karno mulai memakai bintang lima di pundaknya, mengingat bintang empat yang dipakai A.H.Nasution baru muncul disekitar tahun 1960? Kalau tidak salah Nasution sebagai perwira TNI pertama yang menjadi jenderal penuh (bintang empat) baru pada tahun 1961 atau 1962.

Yang juga menarik untuk kita ketahui, atas dasar apa (dasar hukum apa, kalau ada) Bung Karno memakai pakaian militer demikian? KS APRI, Jenderal Mayor Simatupang, dalam sebuah tulisannya, mengaku pernah mengingatkan Bung Karno agar tidak usah memakai pakaian dan atribut militer, sebab tanpa itu 'Kami akan tetap menghormati Presiden,' kata Simatupang kepada Bung Karno. Reaksi Bung Karno kurang senang kepada saran Jenderal Simatupang itu.

Di Eropa ini saya sempat menyaksikan banyak film tentang Jerman pada masa NAZI. Terlihat di sana bagaimana Hitler dan para pimpinan NAZI menggunakan pakaian militer, meski saya tidak melihat Hitler menggunakan tanda pangkat seperti yang misalnya dipakai oleh Reich Marshall Gouring yang juga panglima tertinggi Angkatan Udara NAZI. Tapi sejarah melaporkan bagaimana Hitler campur tangan secara teknis dalam jalannya perang, misalnya keputusan yang terhadap penyerangan ke Rusia yang amat fatal bagi tentara NAZI. Di masa Demokrasi Terpimpin, menurut Memoir A.H. Nasution, Bung Karno mencampuri urusan TNI lebih dalam dengan alasan bahwa beliau adalah Pangti 'In function.' Jadi kelihatannya memang mudah melihat paralelnya hubungan antara tentara dengan Hitler serta ABRI dengan Bung Karno masa itu.

Timbul pertanyaan dalam diri saya, jangan-jangan Bung Karno mendapat inspirasi dari Hitler. Semoga Anda berdua atau siapa saja bisa membantu saya menemukan jawaban terhadap pertanyaan mengenai pakaian PANGTI Bung Karno itu.


*DODDY PARTOMIHARDJO (Ikatan Alumni UI-Fak Kedokteran)(Black Berry)* : Sbg tambahan kecil saja utk Bung Salim ttg uniform militer yg selalu dikenakan. Dlm ' Sukarno an Autobiography as told to Cindy Adams' hal 81:
,,Look here,I am a mass psychologist. I have other suits. I prefer uniforms for every public appearance because I know downtrodden people delight to see their President crisply tailored....' Alinea berikut :
..An Indonesian leader must be a commanding figure. He must excude power. For a once-subjugated race,this is imperative...' Ttg uniform militer sbg brkt :...'When I became Comander In Chief,I knew they wanted a hero figure. I gave that to them. In the beginning I even buckled a gold dagger at my side. The people adored it'..dst dst.

Mungkin bisa memberi gambaran sdkt ttg uniform militer yg selalu dikenakan Bung Karno.

rpimpin, menurut Memoir A.H. Nasution, Bung Karno mencampuri urusan TNI lebih dalam dengan alasan bahwa beliau adalah Pangti 'In function.' Jadi kelihatannya memang mudah melihat paralelnya hubungan antara tentara dengan Hitler serta ABRI dengan Bung Karno masa itu.

Timbul pertanyaan dalam diri saya, jangan-jangan Bung Karno mendapat inspirasi dari Hitler. Semoga Anda berdua atau siapa saja bisa membantu saya menemukan jawaban terhadap pertanyaan mengenai pakaian PANGTI Bung Karno itu.

*BAMBANG HIDAYAT (Indonesia): *

Pak Husein dan rekan-rekan:
53 tahun yang lalu di Aula ITB,saat dies natalis, saya abadikan foto Presiden dan Wakil Presiden RI, Sukarno dan Hatta. Mungkin foto ini adalah foto terakir pertemuan beliau dalam kedudukan beliau2 sebagai Presiden dan wakil Presiden RI.
Foto kedua adalah foto Ho Chin Minh dengan Sukarno (1959) ketika hendak meresmikan ITB--hampir 50 tahun yang lalu. kamera yang saya pergunakan Zeiss Ikon pinjaman. Sebagai mahasiswa (walaupun hampir selesai) waktu itu belum mempunyai kamera sendiri.

* * *


Samasekali tak ada salahnya, untuk membicarakan masalah uniform militer, pakaian seragam militer Presiden Sukarno, sebagai Pangti ABRI, dipandang dari sudut studi sejarah. Dan ternyata ada perhatian dari kalangan pencinta sejarah untuk menyoalkan pakaian seragam militer Presiden Sukarno.


Sebenarnya Presiden Sukarno telah menjelaskan dalam bukunya 'SUKARNO AN AUTOBIOGRAPHY AS TOLD TO CINDY ADAMS' (1965). Di situ Bung Karno menjelaskan bagaimana sikap dan pandangannya mengenai saling hubungan antara rakyat dengan pemimpin, khususnya bagaimana seyogianya penampilan dan cara berpakaian sang pemimpin. Itu diceritakan Bung Karno dengan kata-katanya sendiri, dalam bahasa Inggris, kepada penulis Amerika Cindy Adams. Kalimat-kalimat Bung Karno itu dikutip oleh Doddy Partomihardjo. Baca saja yang dikutip di atas. Komentar lain tak perlu.


Apalagi mengkaitkannya dengan bagaimana pemimpin-pemimpin negeri lain berpakaian. Seperti, umpamanya Hitler. Lalu menarik paralel antara hubungan Hitler dengan militer di Jerman, dengan hubungan Sukarno dengan TNI di Indonesia. Kemudian mempertanyakan 'jangan-jangan' Bung Karno d i i n s p i r a s i oleh Hitler. Hitler itu siapa? Apakah cara menghubung-hubungkan Bung Karno dengan Hitler seperti itu, bukan sesuatu yang sudah kebablasan? Bayangkan: Bung Karno mendapat inspirasi dari Hitler!


Barangsiapa mengikuti sejarah perjuangan Bung Karno, membaca karya-karya politiknya sejak masa muda beliau, dan karya-karya politikk klasik, seperti 'Indonesia Mengggugat', 'Lahirnya Pancasila' , pidato-pidato beliau sejak Indonesia kembali ke UUD-1945, pasti akan tau bahwa yang menginspirasi Bung Karno terutama adalah Revolusi Perancis, Revolusi Kemerdekaan Amerika, Revolusi Oktober Rusia dan San Min Chu I-nya Dr Sun Yat Sen. Fikiran-fikiran progresif Bung Karno, ide-idenya mengenai sosialisme, jelas inspiratorya ialah Marx, Engels dan banyak penulis-penulis Marxis serta progresif lainnya di dunia ini.


Tidak kebetulan bahwa Bung Karno merumuskan garis politik nasional : NASAKOM. Yaitu persatuan, solidaritas dan kerjasama antara Nasionalis, Agama dan Komunis, yang menurut beliau adalah jalan untuk menyelamatkan Indonesia dari dominasi asing, membikin Indonesia kuat dan berdikari, serta membawa rakyat Indonesia ke keadilan dan kemakmuran.


Jadi, rasanya agak kejauhan bila hendak mengarahkan diskusi pada adanya saling hubungan antara cara Presiden Sukarno ber-uniform militer dengan insipirasi dari Hitler, sang durjana.


* * *


Kaum Sukarnois, Marhaenis dan pendukung Bung Karno dan ajaran-ajarannya bolehlah merasa lega bahwa belum lama Universitas Bung Karno (UBK), telah mengambil kesimpulan untuk menjadikan ajaran-ajaran Bung Karno, Pancasila, Mahaenisme dll sebagai pelajaran wajib bagi siswa-siswanya.


Pertama-tama maha penting tentu, bahwa guru-gurunya, dosen-dosennya, profesor-profesornya, pimpinan UBK itu sendiri, harus jelas dulu mengenai apa yang dinamakan AJARAN-AJARAN BUNG KARNO itu.


Maka, ketimbang diskusi soal pakaian uniform militer Bung Karno, bukankah lebih baik, urgen dan relevan untuk mendiskusikan tentang AJARAN-AJARAN BUNG KARNO!


* * *

No comments: