Wednesday, June 2, 2010

“PANCASILA” DAN “AJARAN BUNG KARNO”

Kolom IBRAHIM ISA

------------------------------

Selasa, 01 Juni 2010



PANCASILA” DASAR FALSAFAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA ---Tak Terpisahkan Dengan “AJARAN BUNG KARNO”



Mari kita ingat-ingat kembali situasi politik ketika “LAHIRNYA PANCASILA”, I JUNI 1945!

Kembali kita ke suasana dalam sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI) yang sedang berlangsung. Begitu banyak usul dan fikiran diutarakan oleh anggota-anggota Panitia. Tidak sedikit yang masih kurang berani memasuki ambang pintu kemerdekaan tanah air dan bangsa.

Sementara pendapat menghendaki agar ‘segala sesuatu’ disiapkan terlebih dahulu, sebelum bangsa ini menjadi bangsa merdeka. Bung Karno secara khusus menunjukkan tidak tepatnya fikiran yang hendak ‘mempersiapkan segala sesuatu’ terlebih dahuu.

Menanggapi pendapat serta semangat 'kebelumsiapan' dan 'kekurang-beranian' itu, Bung Karno khusus mengambil contoh negeri Arab Saudi Sebagian terbesar rakyatnya masih hidup sebagai nomad di padang pasir. Tokh pemimpin nasional Saudi Arabia ketika itu, Ibnu Saud, mendirikan pemerintah Saudi Arabia, membawa bangsa dan negerinya ke tahap kemerdekaan bangsa.


Bung Karno juga memberikan contoh berdirinya Negara Sovyet Buruh dan Tani pertama di dunia di bawah pimpinan W.I Lenin, di saat masyarakat Rusia Tsar masih terbelakang. Lenin mencetuskan Revolusi Oktober tanpa menunggu masyarakat Rusia punya persiapan selengkap-lengkapnya untuk itu.


* * *

Selain itu sementara anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan menghendaki negara Indonesia yad.didasarkan pada kepercayaan agama. Mereka mengadakan tekanan tertentu pada sidang agar pendapatnya itu diterima sidang.

Dalam situasi dan suasana seperti itu Bung Karno, sebagai pemimpin bangsa yang ulung dan bijaksana, membangkitkan semangat hadirin, agar mengutamakan persatuan seluruh bangsa untuk mencapai kemerdekaan nasional, Bung Karno menunjukkan kekhususan bangsa kita yang terdiri dari begitu banyak suku-bangsa, serta memeluk berbagai kepercayaan agama, tersebar di ribuan pulau-pulau besar-kecil NUSNATARA. Bung Karno menyemangati hadirin agar membina dan memupuk semangat berani memasuki ambang kemerdekaan. Tidak perlu menanti sampai semua persiapan selesai.


Kata Bung Karno: Sejak tahun 1932, kita punya semboyan INDONESIA MERDEKA SEKARANG. Bahkan tiga kali sekarang; SEKARANG, SEKARANG, SEKARANG." Demikian Bung Karno menyemangati hadirin.

Bung Karno menekankan makna fikiran strategis dan visionair bahwa negara Indonesia Merdeka yang mendatang seyogianya didasarkan atas prinsip GOTONG ROYONG, serta prinsip 'musyawarah dan mufakat untuk mencapai kesatuan fikiran dan tindakan.


Sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, LIMA PRINSIP. PancaSila, telah disahkan menjadi dasar falasah negara Republik Indonesia.

* * *

Orang tak-bisa-tidak, semakin besar kekaguman, penghormatan dan respek pada penggalinya, Bung KARNO. Semakih tertanamkan pengertian bahwa PANCASILA punya ARTI HISTORIS. Pancasila dengan Bung Karno bagaikan ‘anak-kembar’ yang tak terpisahkan. Singkatnya: Pancasila yang telah menjadi kata sepakat bangsa menjadi DASAR FALSAFAH NEGARA REPBULIK INDONESIA, dipakukan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia, adalah tak terpisahkan!

Di bawah kekuasaan balatentara pendudukan Kerajaan Jepang, yang fasis dan terkenal amat kejam serta amat ketat mengawasi dan mengekang kegiatan politik pemimpin-pemimpin Indonesia ketika itu, Bung Karno dengan keberanian luar-biasa berhasilmengajukan konsepsi strategis-visionair.

Bung Karno mengajukan PANCASILA, sebagai hasil penyimpulan pengalaman perjuangan bangsa yang dipimpinnya sendiri. Atas dasasr pengetahuan politik dan teori revolusi yang dikuasainya dari menekuni ratusan buku akhli falsafah dan politik dunia.

Namun, yang teramat penting, ialah beliau menggali kebiajakan Pancasila, dari pengalaman sejarah bangsa Indonesia selama ratusan tahun bermasyarakat dan bernegara.


Seperti aslinya dalam uraian Pidato Lahirnya Pancasila 1 Juni 1945, merumuskan secara singkat isi Pancasila Bung Karno menyebutnya sbb:

1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan
3. Musyawarah dan Mufakat
4. Kesehateraan Sosial
5. Ke-Tuhanan Yang Maha Esa

Bila diperas jadi satu, kata Bung Karno, maka itu adalah Semangat dan Jiwa GOTONG ROYONG.

* * *

Orde Baru Presiden Suharto dan ‘pakar sejarah’ Angkatan Darat, Prof. Nugoroho Noto Sutanto, berusaha memelintir fakta sejarah sekitar ‘PANCASILA’ untuk menghilangkan peranan penggali Pancasila, telah berakhir dengan memalukan. Suharto dan pendukungnya telah gagal total (baca uraian Aswi Adam, 31 Mei 2010 sekitar Pancasila).

Komisi yang dibentuk oleh Presiden Suharto sendiri mengenai lahirnya Pancasila yang dikepalai oleh mantan Presiden RI, Dr Moh. Hatta,--- menolak mentah-mentah rekayasa Prof. Dr Nugoroho Notosusanto, dan memulihkan kembali peranan Bung Karno sebagai panggali Pancasila,.


* * * *


Sejarwan LIPI, Dr Aswi Warman Adam, dalam rangka memperingati ultah ke-65 lahirnya Pancasila menulis:

SEKARANG muncul kerinduan kembali pada ideologi Pancasila. Konflik horizontal, radikalisme berlabel agama dan separatisme, serta munculnya gejala disintegrasi bangsa mengakibatkan masyarakat menengok kembali pada sesuatu yang bisa menjadi perekat kesatuan bangsa.

"Yang tepat untuk itu adalah Pancasila. Maka, secara bertahap peringatan hari lahirnya Pancasila diselenggarakan lagi.



"Namun, kalau kita sudah bersepakat Pancasila dapat dijadikan alat pemersatu, mengapa masih mencari yang lain? Sebab, hal itu hanya menimbulkan konflik baru.

"Lebih baik perdebatan diarahkan bagaimana mengimplementasikan setiap sila dalam menghadapi masalah internal dan eksternal kita sebagai bangsa dan negara sesuai dengan perkembangan zaman.

"Sementara itu, pendidikan Pancasila di sekolah dan perguruan tinggi hendaknya dilaksanakan dengan metode yang lebih menyegarkan dan diajarkan secara dialogis. (*)



Kiranya sesuailah menilai situasi negeri dan bangsa kita sekarang ini sekitar memperingati Lahirnya Pancasila., -- seperti dikemukakan oleh Aswi Warman Adam.



* * *