Jum'at, 17 September 2010
------------------------------
Mengantisipasi hubungan Indonesia-Belanda
(Menyongsong Kunjungan Mendatang Presiden SBY ke Belanda)
Ketika menyambut kunjungan Presiden Gus Dur ke Belanda, sepuluh tahun yang lalu, Februari 2000, di Kolom ini (25 Januari 2000) dinyatakan, bahwa akan merupakan suatu inisiatif yang positif, bila pemerintah Belanda memanfaatkan kunjungan kenegaraan Presiden Republik Indonesia tsb untuk melakukan tiga hal:
1). Secara resmi fihak Belanda menyatakan penyesalan mereka dan minta maaf
kepada bangsa Indonesia berhubung penderitaan yang disebabkan oleh penindasan dan eksploitasi kolonialisme Belanda atas Indonesia, termasuk
dilancarkannya dua kali 'Aksi Polisionil' oleh Belanda terhadap Republik
Indonesia.
2). Pemerintah Belanda secara formal mengakui bahwa hari kemerdekaan
Indonesia, jatuh pada hari Proklamasi, tanggal 17 Agustus 1945, dan bukan
pada hari penyerahan kedaulatan Belanda kepada RIS dalam tahun 1949, yang
berlangsung sesudah Konferensi Meja Bundar antara Indonesia dan Belanda.
3). Pemerintah Belanda menghormati dan mengakui sikap dan pendirian bangsa Indonesia, bahwa presiden pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno, adalah
Proklamator Pahlawan Kemerdekaan Indonesia, salah seorang pejuang
kemerdekaan Indonesia yang terkemuka, serta salah seorang founding fathers
nasion dan negara Indonesia.
Ketiga point tsb diatas telah kusampaikan dalam surat tertanggal 23
Januari, 2000 kepada Perdana Menteri Kerajaan Belanda Wim Kok, Ketua Tweede Kamer Ny. J. Nieuwenhoven, dan kepada para ketua fraksi parpol-parpol yang penting di Tweede Kamer. Mudah-mudahan ada respons yang positif dari fihak Belanda.
Bila usul yang kusampaikan kepada PM Wim Kok tsb dipenuhi saya punya
keyakinan bahwa hubungan kedua negeri dan kedua bangsa seterusnya akan
berlangsung diatas dasar yang baru samasekali, yaitu atas dasar saling
menghormati, saling menguntungkan serta bersahabat. Atas dasar yang baru
ini, seyogianya akan lebih memungkikan untuk meneruskan serta memperluas
kerjasama antara Indonesia dengan Belanda. Akan lebih mempererat hubungan diantara berbagai organisasi masyarakat, misalnya di bidang kebudayaan,
sosial, ekonomi dan politik.
* * *
Kerjasama Indonesia-Belanda:
Sebagai negeri kepulauan, Indonesia sesungguhnya adalah suatu negeri maritim. Bagaimana membangun dan mempertahankan negeri maritim seperti Indonesia?
Untuk itu diperlukan angkatan laut yang kuat, yang memadai untuk
menjaga kekayaan lautnya, dan mempertahankan kedaulatan negeri maritim yang luas ini. Selain itu yang tidak kalah pentingn, dimilikinya oleh negeri ini,
suatu armada pengangkutan laut yang sesuai dengan tuntutan zaman. Artinya
yang cukup modern. Lagipula jumlahnya harus memadai. Armada pengangkutan laut yang modern dan jumlahnya besar ini, akan menjamin lancarnya hubungan ekonomi, antara pusat dan daerah, serta hubungan antar pulau. Menjadikan lautan yang tampaknya sebagai pemisah antar pulau dan daerah, menjadi alat untuk mempererat hubungan dan terintegrasinya seluruh bangsa yang terdiri dari begitu banyak suku bangsa.
Justru dalam masalah modernisasi dan memperbanyak armada pengangkutan
Indonesia, Indonesia bisa memperbaharui kerjasama dengan fihak Belanda. Di
satu fihak bisa mengundang investasi fihak Belanda dalam perusahaan
pengangkutan laut Indonesia, umpamanya dalam bentuk joint-fenture. Selain
itu kiranya pelabuhan-pelabuhan pantai maupun samudra negeri kita memerlukan upgrading dan tambahan yang baru. Mengenai inipun bisa mengundang investasi fihak Belanda. Belanda punya banyak pengetahuan dan pengalaman mengenai keadaan lautan dan pengelolaan pelayaran Indonesia. Ingat perusahaan pelayaran Belanda di zaman Hindia Belanda, KPM (Koningklijke Paketvaart Maatschapij).
Belanda memiliki industri perkapalan sipil maupun militer yang maju dan
canggih. Ini merupakan bidang lainnya lagi, di mana antara kedua negeri bisa diadakan kerjasama yang saling menguntungkan. Dalam membangun lebih lanjut industri perkapalan kita sendiri, dalam memprodusir kapal-kapal angktan laut yang berkecepatan tinggi untuk melindungi kekayaan lautan kita dari perampokan penangkap-penangkap ikan negeri lain, untuk mempertahankan kedaulatan perairan kita, dalam memperbanyak armada perkapalan sipil kita, kita memanfaatkan investasi modal dan kemampuan teknologi Belanda di bidang tsb.
Dalam mengelola kekayaan lautan Indonesia, secara maksimal memanfaatkan
lautan kita yang kaya-raya, tidaklah salah rasanya bila memanfaatkan
pengetahuan dan pengalaman Belanda itu.
* * *
Di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terdapat bidang-bidang dimana kerjasama bisa diteruskan dan diperluas lebih lanjut. Bangsa kita dewasa ini sedang melakukan usaha untuk menjadikan negara kita suatu negara hukum dimana hak-hak azasi manusia dihormati dan diberlakukan. Di waktu yang lalu tidak sedikit akhli-akhli hukum kita yang memperoleh pendidikannya dari Belanda. Dan bahkan belajar langsung di negeri Belanda.
Dalam era reformasi dan demokrasi dewasa ini, perundang-undangan dan hukum Indonesia pasti akan mengalami banyak perubahan dan pembariuan, demi menegakkan negara kita sebagai negara hukum. Ini berarti bahwa para akhli hukum, tamatan negeri kita sendiri, khususnya dari generasi baru, dapat
memperluas dan memperdalam pengetahuannya di bidang hukum dengan melakukan post-graduate studies di Belanda. Ini sebagai input untuk mendalami masalahnya, serta memodernisir bidang perundang-undangan dan hukum kita.
Kalau ada negeri yang paling banyak mempelajari masalah hukum, termasduk
hukum adat Indonesia, dan kalau ada negeri yang di waktu yang lalu paling
banyak menyimpan dokumen, bahan sejarah, dan penulisan mengenai hukum di Indonesia, maka negeri itu adalah negeri Belanda. Belum lagi kita bicara mengenai masalah kebudayaan. Bahan-bahan mengenai sastra dan kebudayaan Indonesia, umumnya, tidak tanggung-tanggung jumlahnya di Belanda.
Ambillah yang menyangkut ilmu sejarah. Tidak bisa dibayangkan kayanya
negeri Belanda dengan bahan-bahan dan penulisan sejarah Indonesia. Cobalah
sekali-kali mengunjungi KITLV di Leiden, IISG, serta musium-musium dan
perpustakaan di Amsterdam, Leiden dan Den Haag,dll, kita akan menemukan
sendiri betapa berlimpah-limpahnya bahan-bahan studi mengenai sejarah
Indonesia, yang ada di situ. Yang lebih penting lagi, perhatian para
cendekiawan Belanda mengenai masalah Indonesia, masih tetap amat besar.
* * *
Dalam situasi dimana kita sedang memulihkan ekonomi, dimana pemerintah punya rencana untuk mengembangkan dan menumbuhkan ekonomi kita lebih lanjut, juga di sini terdapat bidang-bidang dimana bisa
melakukan kerjasama dengan Belanda.
Suatu contoh bersangkutan dengan bidang pertambangan dan pertanian. Di Belanda terdapat begitu banyak data mengenai kekayaan bumi dan catatan mengenai keadaan tanah pertanian di Indonesia. Dibanding dengan negeri lainnya, Belanda paling banyak punya pengalaman dan pengetahuan mengenai keadaan bumi dan air Indonesia. Maka, kerjasama di bidang ini mestinya akan mendatangkan manfaat bagi kedua negeri.
Bukan saja mengenai masalah air, penggunaan, pengawasan dan pemeliharaannya, tetapi juga mengenai masalah bangunan air, Belanda punya pengalaman dan pengetahuan yang bisa dimanfaatkan oleh kita, melalui suatu kerjasama yang saling menguntungkan.
Di bidang industri berat: Belanda adalah suatu negeri yang sudah maju. Industri bajanya misalnya ada pada taraf yang setara dengan negeri-negeri industri lainnya, seperti AS, Jepang, Jerman dan Inggris. Belum lagi kita singgung pengetahuan dan teknologi mereka dalam hal industri elektronik dan software.
Belajar dari segi negatif, kita juga bisa menimba pengalaman mereka menenai
industri pesawat terbang. Mengapa industri pesawat terbang Belanda FOKKER, yang sudah begitu lama berdiri dan berproduksi, dalam zaman globaliasi ini,
akhirnya bangkrut. Meskipun, bagian-bagian tertentu industri pesawat terbang Fokker, masih berproduksi di Belanda. Indonesia, yang industri pesawat terbangnya, IPTN, sedang kembang- kempis, tidak perlu sungkan-sungkan untuk belajar dari FOKKER, dari pengalaman mereka yang negatif itu.
* * *
Satu masalah yang menimbulkan rasa kagum kita pada pengelolaan perekonomian Belanda, ialah, bahwa sebagai negeri industri, Belanda juga merupakan negeri pengekspor hasil-hasil produksi peternakan dan pertanian yang besar di Eropah. Sebagai negeri industri, Belanda amat memperhatikan masalah pertanian dan peternakan.
Universitas Pertanian di Wageningen dikunjungi oleh banyak siswa untuk post-graduate studies, dari negeri-negeri dunia ketiga. Tampaknya agak aneh. Kok siswa-siswa dari negeri-negeri pertanian pada belajar di universitas negeri indus-tri yang maju, seperti Belanda. Ini menunjukkan kecanggihan pengetahuan, pengelolaan dan pengalaman mereka di bidang pertanian dan peternakan. Semua yang disebut diatas tadi, adalah sekadar contoh.
Di bidang-bidang mana saja Indonesia bisa mengundang investasi dan kerjasama dengan Belanda, para akhli kita di bidang ekonomi -- seperti mantan Menteri Kwik Kian Gie, yang lulusan Universitas Erasmus, Rotterdam -- , pertanian, industri, pelayaran dsb tentunya jauh lebih tahu.
Kunjungan Presiden SBY ke Belanda, sebagai kunjungan kepala negara RI
pertama, hasil pemilhan presiden langsung, selain yang utama, untuk
meletakkan dasar yang baru sama sekali dalam hubungan kedua negeri, juga
memanfaatkannya sekaligus untuk kepentingan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi kita.Rasanya ini bukanlah sesuatu yang diluar jangkauan. Karena, fihak Belanda tentunya berkepentingan juga untuk memperert hubungannya dengan Indonesia, untuk meluaskan hubungan kedua negeri dalam arti karta yang positif, menguntungkan untuk kedua belah fihak.
Harapan kita tidak lain yaitu suksesnya kunjungan Presiden Gus Dur ke
Belanda!
* * *
* * *
No comments:
Post a Comment