Thursday, September 23, 2010

PROF. JAN BREMAN: "LABA KOLONIAL dari KERJA-PAKSA Di JAWA".

IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita
Kemis, 23 September 2010
----------------------------------------

PROF. JAN BREMAN:
"LABA KOLONIAL dari KERJA-PAKSA Di JAWA".

Kemarin malam, Rabu 22 September aku menyempatkan diri pergi ke "SPUI 25", Amsterdam. Di pusat kota. Baru pertama kali itu aku berkunjung ke sana. Ternyata gedung yang bernama "SPUI.25" itu adalah sebuah gedung pusat budaya (akademis). Dalam bahasa Belanda namanya 'SPUI.25 - Academisch-cultureel Centrum'. Di tempat itu dilakukan pelbagai kegiatan seperti pertemuan, a.l ceramah dan peluncuran buku.

Sehari sebelumnya aku ditilpun sahabatku dr Coen Holtzappel, ketua Stichting Wertheim. Ia mengingatkan agar cepat merespon undangan (jika sudah menerimanya) untuk menghadiri peluncuran buku Prof dr Jan Breman, berjudul 'Koloniaal Profijt Van Onvrije Arbeid. Het Preanger Stelsel van gedwongen Koffiteelt op Java'. Peluncuran itu dilangsungkan pada hari Rabu malam, tanggal 22 September lusa ini. Kita harus hadir, kata Coen. Bukankah Breman sahabat kita? Memang, Prof Jan Breman adalah sahabat kental 'Stichting Wertheim'. Pada waktu penyampaian 'Wertheim Award 2008' kepada Benny Setiono, di Universitas Amsterdam, -- yang bicara di situ adalah Prof. dr Jan Breman. Aku segera menilpun Ny Ebisse Rauw dari Spui-25 untuk memastikan kedatangan kami berdua. Semua undangan yang hadir malam itu, kira-kira 100 orang, terdaftar dalam undangan yang merespon.

* * *

Siapa Prof dr J.C. Breman?
Baik kutegaskan dengan pasti! Prof. Jan Breman, seperti halnya teman-teman dari Stichting Wertheim, Komite Indonesia, Holland, banyak pakar dan sarjana Belanda lainnya di KITLV, IISG dan pelbagai lembaga ilmu Belanda, adalah SAHABAT INDONESIA.

Prof Jan Breman adalah emeritus gurubesar 'Comparative Sociology', tergabung pada 'Amsterdam Instituut voor Sociaal-Wetenschap Onderzoek' - Lembaga Amsterdam Untuk Penelitian Pengetahuan Sosial - Ia mengambil Ilmu-ilmu Sosial sebagai mata-pelajaran-utama di Universitas Amsterdam serta mengadakan spesialisasi Studi-studi Asia Tenggara.

Kepindahannya ke Universitas Amsterdam, 1987, untuk memberikan kuliah 'comparative sociology', berbarengn dengan didirikannya 'post graduate studies dari 'Centre For Asian Studies Amsterdam' - CASA. Beliau menjabat dekan di CASA. Dalam kaitan ini beliau sering berkunjung ke India dan Indonesia . Dalam kurun waktu lima tahun Prof Breman pernah melakukan kerja-lapangan a.l. di Jawa Barat. Tertutama mengenai buruh pertanian dan kota serta masalah 'employment'. Antara lain Breman menulis
karyanya 'Good Times and Bad Times in Rural Java. A Study of Socio-Economic Dynamics toward the End of Twentieth Century' (KITLV,Leiden 2002). Juga bisa dibaca karyanya tentang Pengawasann Tanah dan Kerja; Sebuah Kasus-Studi Krisis Agraria dan Reform di Daerah Cirebon Selama Puluhan Tahun Pertama Abad Ke-20. KITLV. - Verhandelingen, 1983. Dan banyak lagi tulisannya mengenai hasil risetnya di India dan Indonesia. Sampai sekarang Prof Breman masih duduk di dewan redaksi pelbagai jurnal profesional internasional.

* * *

Hadir di panel diskusi peluncuran buku Breman malam itu, a.l. Prof Jan Pronk, mantan menteri kabinet Wim Kok, Adriaan van Dis (penulis) dan Heather Sutherland, gurubesar emeritus sejarah bukan-barat. Diskusi mengenai buku Breman dan karya yang ditekuninya sampai 30 tahun itu, cukup menarik.

Tetapi yang hedak kuceritakan ialah mengenai buku itu sendiri.

Kata-kata yang dikutip Jan Breman pada halaman pertama bukunya, adalah dari penulis besar Multatuli, sbb:

"Namun, datanglah orang-orang asing dari Barat, yang menjadikan dirinya penguasa dan tuan atas negeri ini. Mereka hendak cari untung dari kesuburan tanahnya, dan memerintahkan penduduk agar sebagian dari karya mereka menghasilkan urusan lainnya' -- ketika itu orang bicara soal beras, yang diperlukan bagi orang-orang Jawa untuk hidup -- 'mengenai urusan lainnya, yang bisa memberikan keuntungan lebih besar di pasar-pasar Eropah. Untuk menggerakkan penduduk ke arah itu, tidak lebih banyak diperlukan selain suatu sistim-kenegaraan yang sederhana. Mereka-mereka itu mematuhi Kepala-Kepala mereka (yang dimaksudkan adalah penguasa bumiputera setempat, I.I.). Jadi yang diperlukan adalah merebut/menguasai Kepala-Kepala tsb melalui suatu pembagian keuntungan . . . . dan itu berhasil sepenuhnya.
.

Khayati isi kutipan Multatuli yang ditempatkan di halaman pertama dari bukunya, dari situ orang bisa mengenal siapa Prof Jan Breman.

* * *

Jan Breman mengungkap salah satu dari halaman-halaman hitam sejarah Nederland dan menunjukkan bagaimana VOC dan penguasa negeri yang menyertainya, yang telah meninggalkan jejak-jejak dalam pada organisasi pertanian Jawa. Dalam bukunya "Laba Kolonial dari Kerja Paksa: Breman membehandel pelaksanaan dan perluasan penanaman-kopi di dataran tinggi Jawa Barat di bawah kekuasaan kolonial.

Breman memperlihatkan betapa penguasa baru melibatkan penguasa feodal setempat bumiptera sebagai bentuk pemerintahan murah untuk memaksa penduduk melakukan kerja paksa. Dan itu berhasil sepenuhnya, seperti yang ditulis Multauli.

Dalam studi ini Breman melakukan penunjangan sebenarnya mengenai gugatan yang dilakukan Multatuli satu setengah abad yang lalu. Apa sebabnya berlaku dan éfék stelsel Preanger mengenai penggunaan kerja-tak-bebas, dengan mana penguasa kolonial unggul, merupakan elemen menyolok dalam pembelaan mengenai politik yang berlangsung.

Studi ini bisa dianggap sebagai peninjauan mengenai penulisan sejarah dan sebagai suatu uraian pengetahuan-sosial mengenai karya Multatuli. Sekaligus terdapat gambaran langka tentang masa awal-kolonial. (Sumber: Amsterdam University Press)

* * *

Kalangan perguruan tinggi Belanda, internasional juga memberikan sambutan hangat dengan terbitnya karya Prof Jan Breman ini.

John Ingelson, seorang historikus mengenai masalah kolonial Indonesia, memuji karya ilmiah Breman sebagai - Pernyataan kuat dan berargumentasi mengenai politik kolonial yang berlangsung dan éféknya, yang menunjukkan bagaimana penduduk 'inlander' dipaksa kerja untuk menciptakan hasil-surplus yang telah menjadikan mereka miskin-papa, di lain fihak menjadikan penguasa kaya-raya, sehingga memberikan syarat bagi negeri penjajah untuk mengadakan modernisasi.

Marcel van de Linden dari ISSG Amsterdam, menyatakan a.l: Buku yang merupakan perintis dari seorang sosiolog-pertumbuhan Nederland terpenting menunjukkan bagaimana suatu rezim kolonial di Hindia-Belanda 'menangani kerja-paksa' sebagai dasar pelaksanaan pertanian yang berorientasi ekspor. Tak pernah sebelumnya, -- berfungsinya kerja-paksa dikonstruksi sedemikian gablangnya.

S.M.P. Tjondronegoro, gurubesar emeritus IPB dan wakil ketua Akademi Pengetahuan Indonesia, menyatakan bahwa buku Breman merupakan laporan mengesankan mengenai penderitaan dan ketidak-adilan masa-lampau yang tak boleh dilupakan. Suatu edisi Indonesia dari buku ini akan sangat disambut.

Heather Sutherland, gurubesar emeritus sejarah bukan-barat, Vrije Universiteit Amstedam (VU) menandaskan a.l.: Studi yang baik ditunjang ini mempersoalkan muncul dan kerjanya suatu sistim pemerasan luarbiasa, yang telah mengubah suatu daerah 'frontir' menjadi leveransir utama kopi untuk pasar dunia. Membaca buku ini merupakan sesuatu yang memuaskan, menguntungkan bagi pakar sejarah Indonesia dan bagi siapa saja yang peduli perubahan agraria, kerja dan pembentukan negara di periode kolonial.

* * *

Demikianlah malam peluncuran buku Prof Jan Breman telah berlangsung dengan lancar dan sukes. Aku sempat membeli buku Breman itu. Sambil mengucapkan selamat kepada Prof Breman, aku minta ia menandatangi bukunya yang baru kumiliki itu.

Breman tersenyum. Diambilnya sebuah ballpoint dan menuliskan di buku baru itu, kalimat berikut ini: 'Voor Isa, die volhoudt!' -- Breman, 22/09/2010. Membaca tulisan-tangan Breman itu, aku senyum dan mengucapkan terima kasih kepada beliau.


* * *

No comments: