Kemis,
16 Januari 2014
--------------------------------
raian
Paul Le Blanc, di Universitas Wuhan, 20-22 Okober, 2012).
--------------------------------
"BELAJAR
KENAL” DENGAN
IDE-IDE
ROSA
LUXEMBURG (1)
*
* *
Sering
kedengaran, terutama dari kalangan aktivis dan simpatisan
gerakan
Sosialis dan gerakan menunut hak-sama kaum perempuan dengan kaum
priya: SIAPA TIDAK KENAL ROSA LUXEMBURG, Mantan Presiden
Sukarno,
Bapak Bangsa Indonesia, mengagumi dan sering mengutip Rosa
Luxemberg.
Belakangan
muncul beberapa tulisan tentang ROSA LUXEMBURG, dalam rangka
mengenangnya sebagai seorang pejuang revolusioner Marxis.
Tanggal 15
Januari kemarin, adalah ultah ke-94 meninggalnya (15 Januari
1919), ROSA LUXEMBURG, tokoh pimpinan revolusioner Marxis
Jerman, salah
seorang pendiri Partai Komunis Jerman. Ia ditangkap dan diteror
oleh
penguasa reaksioner Jerman ketika itu. Rosa Luxemburg berusia 49th
ketika ia meninggal.
* * *
Dari
kegiatannya sebagai seorang revolusioner Sosialis-Marxis, dan
tulisan-tulisannya, Rosa Luxemburg menjadi terkenal dan menjadi
salah
satu sumber inspirasi dan semangat juang kaum Sosialis dan
Marxis di
banyak negeri.
Setelah
membaca Kolom MENGENANG PEJUANG REVOLUSIONER ROSA LUXEMBURG,
seorang sahabat tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang
Rosa
Luxemberg. Diajukannya pertanyaan: Apa persamaan dan beda,
antara
Rosa Luxemberg dan V.I. Lenin, pemimpin Revolusi Oktober Rusia,
yang
menghasilkan berdirinya Uni Sovyet (Oktober 1917).
Suatu
pertanyaan yang menarik! Bagi yang menaruh perhatian pada
perjuangan
kaum Marxis periode itu. Ada juga yang tertarik karena
perhatiannya
terhadap sejarah perjuangan kaum Kiri. Ada yang karena hasrat
ingin
belajar dari pengalaman perjuangan kaum Kiri, kaum Marxis di
waktu
lalu.
* * *
Betul,
di Indonesia ada satu ketetapan MPRS, TAP MPRS No XXV, 1966,
yang
melarang kehadiran apalagi mempelajari Marxisme. TAP tsb belum
dicabut, meskipun banyak tuntutan untuk menghapuskan TAP tsb.
Namun,
karena TAP tsb bertentangan dengn hak azasi manusia,
bertentangan
dengan Pancasila, maka TAP MPRS tsb tidak punya legitim, tidak
digubris masyarakat, Nyatanya setelah jatuhnya Presiden Suharto
entah
berapa ratus tulisan dan buku mengenai Marxisne yang telah
diterbitkan di Indonesia. Dan Kejaksaan Agung tidak punya nyali
untuk
melarangnya.
* * *
Kedua
tokoh revolusioner Marxis tsb: Rosa Luxemburg dan Vladimir I
.Lenin,
hidup dalam periode menjelang dan sesudah Perang Dunia I di
Eropah.
Kedua
pemimpin gerakan Marxis di Eropah ketika itu, Rosa Luxemburg
(Jerman) dan Ilyitch Lenin (Rusia), pertama kali bertemu dalam
tahun
1901. Mereka lebih saling mengenal pada periode ketika
berkobarnya
pemberontakan revolusioner di Rusia dan Eropah Timur
(1905-1906).
Dalam
perjuangan aktuil, Luxemburg dan Lenin menjalin setiakawan, dan
saling mendengar pendapat masing-masing. Dalam proses
selanjutnya
ternyata pandangan mereka tidak sepenuhnya sama mengenai
pemahaman
dan penerapan teori Marxis, mengenai strategi dan taktik
perjuangan.
Demikian juga mengenai masalah kongkrit pembangunan partai
revolusioner dan masalah kongkrit demokrasi dalam masyarakt dan
demokrasi dalam organisasi revolusioner.
Ketidak-samaan
pandangan dan pantrapan Marxisme dan masalah-masalah kongktit
situasi
dan perjuangan, sedemikian mendalamnya sehingga mereka terlibat
dalam
polemik yang sengit. Namun demikian mereka tetap saling simpati.
* * *
Sebagai
misal, mengeni masalah nasionalisme, khususnya di negeri-negeri
jajahan. Luxemburg memperingatkan Lenin, bahwa nasionalisme
burjuis
yang terdapat di negeri-negeri jajahan punya pengaruh negatif
(perpecahan) di kalangan gerakan buruh setempat. Sedangkan Lenin
menarik garis perbedaan yang jelas antara nasionalisme di negeri
penindas dengan nasionalisme di negeri-negeri terjajah. Lenin
berpendapat bahwa, Nasionalisme kaum penindas, termasuk
imperialisme,
harus dilawan. Sedangkan Nasionalisme di negeri-negeri terjajah
yang
berjuan demi hak menentukan nasib sendiri, untuk merdeka, ---
harus
disokong.
Soal
lainnya. Mengenai IMPERIALISME.
Meskipun
dalam karya mereka masing-masing, Luxemburg dalam “Akumulasi
Kapital”, dan Lenin dalam “Imperialisme Tingkat Tertinggi
Kapitalisme”, mereka menilai sama, bahwa sistim imperialisme
inheren dengan politik dan tindakan imperialis dan kekerasan,
Namun,
bertentangan dengan Lenin, Luxemburg tidak melihat imperialisme
sebagai tingkat tertinggi kapitalisme, atau sebagai sesuatu yang
muncul pada akhir abad ke-19, yang disebabkan oleh konsolidasi
korporasi-korporasi multinasional di bawah pengaruh kapital
finans.
Karena
hal itu telah ada sebagai suatu bagian yang integral dari
kapitalisme
sejak semula.( Lihat Paul Blanc)
* * *
Masalah
Organisasi:
Perbedaan
besar lainnya adalah masalah organisasi revolusioner. Luxemburg
tidak sependapat dengan orientasi organisai Lenin tentang
masalah
organisasi. Luxemburg mengeritik karya Lenin “Selangkah Maju,
Dua
Langkah Mundur', yang menjelaskan perpecahan yang terjadi antara
kaum
Bolsjewik dan Mensjewik di dalam Partai Buruh Sosial Dempokrat
Rusia
(PBSDR). Luxemburg menunjuk pada orientasi ultra-sentralis dan
otoriter, yang berusaha untuk menjamin “kemurnian revolusioner”.
Halmana akan mengarah berubahnya organisasi revolusioner menjadi
suatu sekte yang tidak relevan.
Namun
pada tahun-tahun 1905-1906, berhubung perubahan situasi dengan
meletusnya pergolakan dan pemberontakan revolusioner di Rusia,
Rosa
Luxemburg mengubah pandangannya. Ia malah membela kaum Bolsjewik
terhadap kritik-kritik yang diajukan oleh kaum Mensjewik, Kritik
kaum Mensjewik tsb serupa dengan kritik-kritik yang diajukan
oleh
Luxemburg terhadap Lenin. Tetapi Luxemburg tetap menentang
perpecahan yang terjadi di dalam PBSDR. Dan menganjurkan
persatuan
kembali.
Meletusnya
Perang Dunia I serta kemenangn Revolusi Rusia di bawah pimpinan
Partai Bolsjewik (yang dengan bersemangat dibela mati-matian
oleh
Luxemburg), -- telah membuka fase baru dalam pemikiran
Luxemburg. Ini
termanifesasi dalam sikapnya ambil bagian dalam didirikannya
Patai
Komunis Jerman pada awal 1919.
* * *
Analisis
dan pandangan Rosa Luxemburg megnenai situasi kongkrit
perjuangan dan
selanjutnya, dapat ditelusuri dalam salah satu tulisannya,
dimana a.l ia menyatakan, sbb:
“Di
satu fihak kita memiliki massa, di fihak lain, tujuan
historisnya,
yang terletak di luar masyrakat yang ada sekarang ini. Di satu
fihak
kita ada di tengah-tengah perjuangan aktual sehari-hari. Di segi
lainnya, revolusi sosial. Demikian syarat-syarat dialektika
pertentangan, melalui fase mana gerakan sosialis merintis
jalannya.
“Artinya
gerakan ini bisa maju dengan baik dengan secara tepat bersikap
terhadap dua bahaya, yang selalu dihadapinya. Satunya, ialah,
hilangnya sifat massa luas; di segi lainnya, ditinggalkannya
tujuan
cita-cita yang hendak dicapainya. Satunya, ialah bahaya
tenggelam
kembali menjadi suatu sekte; lainnya, ialah bahaya menjadikannya
suatu gerakan “reform sosial burjuis.
Menelaah
situasi gerakan sosialis di pelbagai negeri dewawa ini, serta
perkmbangannya, perbedaan-perbedaan strategi dan taktiknya serta
keadaan kongkrit gerakan, dukungan masyarakat dan kemungkinan
perkembangannya. . .. ANALISIS DAN PANDANGAN KE DEPAN ROSA
LUXEMBURG mengenai GERAKAN SOSIALIS DUNIA .. . . MERUPAKAN SUATU
RAMALAN YANG
MENDEKATI KEBENARAN .
No comments:
Post a Comment