Monday, January 20, 2014

"BELAJAR KENAL” DENGAN IDE-IDE ROSA LUXEMBURG (1)

Kolom IBRAHIM ISA
 Kemis, 16 Januari 2014
--------------------------------

"BELAJAR KENAL”  DENGAN
IDE-IDE ROSA LUXEMBURG (1)

* * *
Sering kedengaran, terutama dari kalangan aktivis dan simpatisan gerakan Sosialis dan gerakan menunut hak-sama kaum perempuan dengan kaum priya: SIAPA TIDAK KENAL ROSA LUXEMBURG, Mantan Presiden Sukarno, Bapak Bangsa Indonesia, mengagumi dan sering mengutip Rosa Luxemberg.

Belakangan muncul beberapa tulisan tentang ROSA LUXEMBURG, dalam rangka mengenangnya sebagai seorang pejuang revolusioner Marxis. Tanggal 15 Januari kemarin, adalah ultah ke-94 meninggalnya (15 Januari 1919), ROSA LUXEMBURG, tokoh pimpinan revolusioner Marxis Jerman, salah seorang pendiri Partai Komunis Jerman. Ia ditangkap dan diteror oleh penguasa reaksioner Jerman ketika itu. Rosa Luxemburg berusia 49th ketika ia meninggal.

* * *

Dari kegiatannya sebagai seorang revolusioner Sosialis-Marxis, dan tulisan-tulisannya, Rosa Luxemburg menjadi terkenal dan menjadi salah satu sumber inspirasi dan semangat juang kaum Sosialis dan Marxis di banyak negeri.

Setelah membaca Kolom MENGENANG PEJUANG REVOLUSIONER ROSA LUXEMBURG, seorang sahabat tertarik dan ingin tahu lebih banyak tentang Rosa Luxemberg. Diajukannya pertanyaan: Apa persamaan dan beda, antara Rosa Luxemberg dan V.I. Lenin, pemimpin Revolusi Oktober Rusia, yang menghasilkan berdirinya Uni Sovyet (Oktober 1917).

Suatu pertanyaan yang menarik! Bagi yang menaruh perhatian pada perjuangan kaum Marxis periode itu. Ada juga yang tertarik karena perhatiannya terhadap sejarah perjuangan kaum Kiri. Ada yang karena hasrat ingin belajar dari pengalaman perjuangan kaum Kiri, kaum Marxis di waktu lalu.

* * *

Betul, di Indonesia ada satu ketetapan MPRS, TAP MPRS No XXV, 1966, yang melarang kehadiran apalagi mempelajari Marxisme. TAP tsb belum dicabut, meskipun banyak tuntutan untuk menghapuskan TAP tsb. Namun, karena TAP tsb bertentangan dengn hak azasi manusia, bertentangan dengan Pancasila, maka TAP MPRS tsb tidak punya legitim, tidak digubris masyarakat, Nyatanya setelah jatuhnya Presiden Suharto entah berapa ratus  tulisan dan buku mengenai Marxisne yang telah diterbitkan di Indonesia. Dan Kejaksaan Agung tidak punya nyali untuk melarangnya.

* * *

Kedua tokoh revolusioner Marxis tsb: Rosa Luxemburg dan Vladimir I .Lenin, hidup dalam periode menjelang dan sesudah Perang Dunia I di Eropah.

Kedua pemimpin gerakan Marxis di Eropah ketika itu, Rosa Luxemburg (Jerman) dan Ilyitch Lenin (Rusia), pertama kali bertemu dalam tahun 1901. Mereka lebih saling mengenal pada periode ketika berkobarnya pemberontakan revolusioner di Rusia dan Eropah Timur (1905-1906).


Dalam perjuangan aktuil, Luxemburg dan Lenin menjalin setiakawan, dan saling mendengar pendapat masing-masing. Dalam proses selanjutnya ternyata pandangan mereka tidak sepenuhnya sama mengenai pemahaman dan penerapan teori Marxis, mengenai strategi dan taktik perjuangan. Demikian juga mengenai masalah kongkrit pembangunan partai revolusioner dan masalah kongkrit demokrasi dalam masyarakt dan demokrasi dalam organisasi revolusioner.


Ketidak-samaan pandangan dan pantrapan Marxisme dan masalah-masalah kongktit situasi dan perjuangan, sedemikian mendalamnya sehingga mereka terlibat dalam polemik yang sengit. Namun demikian mereka tetap saling simpati.


* * *
Sebagai misal, mengeni masalah nasionalisme, khususnya di negeri-negeri jajahan. Luxemburg memperingatkan Lenin, bahwa nasionalisme burjuis yang terdapat di negeri-negeri jajahan punya pengaruh negatif (perpecahan) di kalangan gerakan buruh setempat. Sedangkan Lenin menarik garis perbedaan yang jelas antara nasionalisme di negeri penindas dengan nasionalisme di negeri-negeri terjajah. Lenin berpendapat bahwa, Nasionalisme kaum penindas, termasuk imperialisme, harus dilawan. Sedangkan Nasionalisme di negeri-negeri terjajah yang berjuan demi hak menentukan nasib sendiri, untuk merdeka, --- harus disokong.


Soal lainnya. Mengenai IMPERIALISME.
Meskipun dalam karya mereka masing-masing, Luxemburg dalam “Akumulasi Kapital”, dan Lenin dalam “Imperialisme Tingkat Tertinggi Kapitalisme”, mereka menilai sama, bahwa sistim imperialisme inheren dengan politik dan tindakan imperialis dan kekerasan, Namun, bertentangan dengan Lenin, Luxemburg tidak melihat imperialisme sebagai tingkat tertinggi kapitalisme, atau sebagai sesuatu yang muncul pada akhir abad ke-19, yang disebabkan oleh konsolidasi korporasi-korporasi multinasional di bawah pengaruh kapital finans.
Karena hal itu telah ada sebagai suatu bagian yang integral dari kapitalisme sejak semula.( Lihat Paul Blanc)


* * *
Masalah Organisasi:
Perbedaan besar lainnya adalah masalah organisasi revolusioner. Luxemburg tidak sependapat dengan orientasi organisai Lenin tentang masalah organisasi. Luxemburg mengeritik karya Lenin “Selangkah Maju, Dua Langkah Mundur', yang menjelaskan perpecahan yang terjadi antara kaum Bolsjewik dan Mensjewik di dalam Partai Buruh Sosial Dempokrat Rusia (PBSDR). Luxemburg menunjuk pada orientasi ultra-sentralis dan otoriter, yang berusaha untuk menjamin “kemurnian revolusioner”. Halmana akan mengarah berubahnya organisasi revolusioner menjadi suatu sekte yang tidak relevan.


Namun pada tahun-tahun 1905-1906, berhubung perubahan situasi dengan meletusnya pergolakan dan pemberontakan revolusioner di Rusia, Rosa Luxemburg mengubah pandangannya. Ia malah membela kaum Bolsjewik terhadap kritik-kritik yang diajukan oleh kaum Mensjewik, Kritik kaum Mensjewik tsb serupa dengan kritik-kritik yang diajukan oleh Luxemburg terhadap Lenin. Tetapi Luxemburg tetap menentang perpecahan yang terjadi di dalam PBSDR. Dan menganjurkan persatuan kembali.

Meletusnya Perang Dunia I serta kemenangn Revolusi Rusia di bawah pimpinan Partai Bolsjewik (yang dengan bersemangat dibela mati-matian oleh Luxemburg), -- telah membuka fase baru dalam pemikiran Luxemburg. Ini termanifesasi dalam sikapnya ambil bagian dalam didirikannya Patai Komunis Jerman pada awal 1919.

* * *

Analisis dan pandangan Rosa Luxemburg megnenai situasi kongkrit perjuangan dan selanjutnya, dapat ditelusuri dalam salah satu tulisannya, dimana a.l ia menyatakan, sbb:

Di satu fihak kita memiliki massa, di fihak lain, tujuan historisnya, yang terletak di luar masyrakat yang ada sekarang ini. Di satu fihak kita ada di tengah-tengah perjuangan aktual sehari-hari. Di segi lainnya, revolusi sosial. Demikian syarat-syarat dialektika pertentangan, melalui fase mana gerakan sosialis merintis jalannya.

Artinya gerakan ini bisa maju dengan baik dengan secara tepat bersikap terhadap dua bahaya, yang selalu dihadapinya. Satunya, ialah, hilangnya sifat massa luas; di segi lainnya, ditinggalkannya tujuan cita-cita yang hendak dicapainya. Satunya, ialah bahaya tenggelam kembali menjadi suatu sekte; lainnya, ialah bahaya menjadikannya suatu gerakan “reform sosial burjuis.

Menelaah situasi gerakan sosialis di pelbagai negeri dewawa ini, serta perkmbangannya, perbedaan-perbedaan strategi dan taktiknya serta keadaan kongkrit gerakan, dukungan masyarakat dan kemungkinan perkembangannya. . .. ANALISIS DAN PANDANGAN KE DEPAN ROSA LUXEMBURG mengenai GERAKAN SOSIALIS DUNIA .. . . MERUPAKAN SUATU RAMALAN YANG MENDEKATI KEBENARAN .

raian Paul Le Blanc, di Universitas Wuhan, 20-22 Okober, 2012).



No comments: