Tuesday, January 8, 2008

IBRAHIM ISA - BERBAGI CERITA - INTERMEZO (4) -

IBRAHIM ISA - BERBAGI CERITA
----------------------------
Senin, 07 Januari 2008.



INTERMEZO (4)



Hari ini aku menerima dua tulisan dari dua orang sahabatku di Jakarta. Tulisan yang satu adalah dari Tri Ramidjo. Yang satu lagi dari Harsutedjo. Nama dua kawan ini, tak asing lagi bagi pembaca yang rajin membuka dan meng-akses internet. Mereka menulis secara reguler. Tulisannya berisi, analitis dan tajam sekali.


Mereka, -- jelas sekali, adalah korban pelanggaran HAM terbesar yang dilakukan oleh rezim Orba terhadap jutaan warganegara yang tak bersalah. Suatu rezim otoriter anti-demokratis yang ditegakkan dan dikepalai oleh Jendral Suharto. Orba sempat bercokol di singgasana kekuasaan selama 32 tahun lamanya sampai (formalnya) terguling akibat gerakan massa meluas yang menuntut Reformasi dan Demokratisasi.

Maka, mereka itu - Tri Ramidjo dan Harsutedjo, bukan orang yang termasuk orang-orang 'golongan pertama'. Yang menurut tulisan sejarawan Dr Aswi Adam beberapa hari yl, adalah orang-orang yang, karena latar belakang mereka memperoleh keuntungan besar selama periode Orba dan sampai kini, menilai mantan presiden RI Suharto, adalah: 'PAHLAWAN'. Menurut orang-orang termasuk golongan tsb Suharto 'BERJASA BESAR' pada tanah air dan bangsa. (Baca tulisn Aswi Adam).



Tri Ramidjo dan Harsutedjo, tergolong yang 'KRITIS' terhadap Suharto. Mereka adalah KORBAN dari tindakan ekstra-judisial, adalah korban pelanggaran hukum dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Orba yang dikepalai oleh mantan Presiden Suharto.



Tanggapan Tri Ramidjo mengingatkan pembaca agar jangan mimpi. Jangan bermimpi, bahwa tanpa berbuat apa-apa, tanpa melakukan perjuangan, akan memperoleh keadilan bagi para korban dan seluruh rakyat yang menderita. Maka tulisan Tri Ramidjo menganjurkan dan mendorong agar perjuangan untuk Reformasi, Demokratisasi dan Keadilan bagi rakyat yang tertindas diteruskan. Meskipun Tri Ramidjo sudah mencapai usia 82 th, namun semangat-juangnya tetap menyala-nyala.



Sedangkan tanggapan Harsutjedo, yang tidak berbeda dengan Tri Ramidjo, dijiwai oleh semangat juang demi kebenaran dan keadilan, menyatakan bahwa, ia 'bermimpi' tentang 'Diadilinya Suharto'. Maka, Harsutedjo BERDOA agar Suharto lekas sembuh, agar bisa diadili. Sangat tajam, Harsutedjo menulis pula bahwa ia bermimpi (justru) karena ingin membuang segala macam ilusi.

Bisalah diduga bahwa Harsutedjo sebagaimana halnya banyak kaum Reformis dan Demokrat lainnya, sesungguhnya tidak bermimpi. Ia yakin, bahwa pada suatu ketika, melalui suatu perjuangan yang terus-menerus, akhirnya, Suharto, meskipun nantinya sudah tiada, pasti akan bisa digugat (lagi, sebagaimana halnya pada periode ketika sedang marak-marak dan bergeloranya gerakan Reformasi - 1998 - ) dan diadili.



Ini adalah suatu keyakinan yang sesuai dengan apa yang terjadi dalam sejarah. Ingat pengalaman kaum demokrat dan progresif di masing-masing negerinya, yang akhirnya berhasil menggugat kembali mantan diktator Chili Pinnochet, menggugat kembali mantan diktator Spanyol, Jendral Franco.


Perhatikan juga, hari-hari ini, di Den Haag dimulai lagi sidang pengadilan internasional (International Tribunal) mengadili mantan diktator Liberia, Charles Taylor, atas tuduhan melakukan pelanggaran HAM, melakukan kejahatan perang. Itulah sejarah.



* * *



Pembaca ---- Silakan baca sendiri tanggapan TRI RAMIDJO dan HARSUTEDJO.


* * *

Tanggapan kakek Jompo:

Tentang Do'a untuk mantan Presiden Suharto.

JANGAN MIMPI DI SIANG BOLONG
----------------------------

Di siang hari bolong begini masih mau enak-enak tidur nyenyak dan bermimpi?

Hmhmhm, bangun sudah siang, dan bangunkan juga teman- teman yang lain, bikin terompet sangkakala, tiup keras-keras dan bangunkan semua orang di seluruh kota dan desa.

Tidak bisa mem- Pinochetkan Suharto hanya dengan tidur nyenyak dan mimpi. Mimpi memang indah. Masih ingat bukan, mimpi indah tetapi ketika bangun berada di sel tahanan seluruh badan berasa remuk redam habis disiksa di siang hari? Masih ingat bukan siapa-siapa penyikanya seperti Datong, Hardjito, Acep dan entah siapa lagi. Begitu banyak orang yang mau menjadi pengkhianat.

Di umurku yang sebulan lagi sudah akan mencapai 82 tahun ini, aku memang sudah tidak sabar lagi menginginkan perubahan. Tapi nasib sesuatu kaum tidak akan berubah kalau kaum itu sendiri tidak berniat untuk merubahnya. Dan merubah nasib diperlukan suatu tindakan, bukan bermimpi.

Suharto orang pintar dan bukan pemimpi. Dia mampu merubah Indonesia yang ketika itu sangat revolosioner dan menjadi mercu suar memimpin Asia Afrika dan bahkan gemanya sampai ke Latin Amerika, begitu mudahnya kekuasaan bung Karno dipunggel hanya dengan peristiwa satu malam yang namanya G30S. Hebat 'kan Suharto itu yang sangat pintar lempar batu sembunyi tangan?

Karena apa? Karena Suharto bukan pemimpi. Dia bukan hanya pintar mengatur taktik dan strategi tapi dia memang disiplin dan gesit dalam bertindak. Dia betul-betul belajar dari KNIL, Jepang, PETA dan menanamkan tekad dan rasa dendam ke dalam lubuk hatinya yang paling dalam.

Itulah sebabnya Suharto bisa berkuasa paling lama di Republik ini dan bahkan sisa-sisa kekuasaannya masih berakar dalam sampai sekarang.

Coba renungkan baik-baik. Kenapa ada DI, TII, PRRI, PERMESTA dll.? Bukankah itu semua adalah usaha laten untuk memecah Negara Kesatuan Republik indonesia ini.

Jelas sekali bukan, PRRI berusaha melepaskan Sumatra dari Jawa dan menguasai tambang-tambang minyak dan gas serta menguasai Selat Malaka yang begitu penting, PERMESTA akan memisahkan Sulawesi, dll. Usaha ini masih akan terus berlangsung sebab pusat atau otak pemikirnya masih segar mengotak-atik terus bagaimana memecah NKRI.

Coba renungkan baik-baik, hakim mana di negeri ini yang berani atau mampu mengadili pemimpin Orba Suharto?

*Penegak hukum yang mana dan siapa yang bisa dan berani mengusut hilangnya atau matiny Aidit, Lukman dan Nyoto pemimpin PKI, yang sudah jelas jemelas dan sudah dibaca rakyat banyak di koran, majalah TEMPO, tabloid dll. bahwa pembunuh Aidit adalah kolonel Yasir Hadibroto?*

Apakah ada penegak hukum atau polisi yang memanggil atau menginterogasi kolonel itu?

JAUH, JAUH PANGGANG DARI API.

Tak ada gunanya bermimpi lagi. Bangun dan bertindaklah. Tiuplah terompet bangun, bangun, bangun. Bangunlah kaum yag terhina, bangunlah kaum yang lapar.

Koran, koran, koran baru. Ini koran rakyat. Berita hangat dan aktual. Koran, koran, koran.

Koran yang mengajak rakyat merubah nasibnya. Mengatasi banjir, mengatasi derita lumpur LAPINDO dan mengatasi derita rakyat. koran, koran, koran................

Suara kakek jompo sudah serak, Tak bisa teriak lagi. Teriaklah hai orang-orang muda. Teruskan tongkat perjuangan estafet ini. Nyanyikan keras Darah Rakyat masih berjalan, menderita sakit dan miskin Pada datangnya pembalasan rakyat yang menjadi hakim, Hayo-hayo bersiap sekarang..........................

Tri Ramidjo.



* * *



H A R S U T E J O
-----------------
06 Januari, 2008



DOA UNTUK MANTAN PRESIDEN SUHARTO

Saya berdoa agar mantan presiden Jenderal Besar (Purn) Suharto segera sembuh dari sakitnya. Ketika ia menjadi sehat semoga dapat dituntut oleh pengadilan untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya dalam hal pelanggaran berat kemanusiaan, utamanya pembantaian jutaan orang Indonesia pada 1965-1966 serta pelanggaran lainnya seperti pemalsuan sejarah dan pengebirian Supersemar, kudeta terhadap Presiden Sukarno, pembunuhan Bung Karno secara perlahan, juga perbuatannya dalam menjarah kekayaan negara dan rakyat beserta para begundalnya selama 32 tahun.

Saya sadar, harapan saya tentang diadilinya Suharto itu suatu mimpi belaka. Tiap orang boleh mimpi bukan, sebelum mimpi pun dilarang oleh anak buah Suharto. Mimpi juga dapat menghibur dan rileks sejenak, saya bermimpi karena ingin membuang segala macam ilusi.

Bekasi, 5 Januari 2008

Harsutejo, salah seorang korban rezim militer Orba yang bertahan hidup.

* * *




No comments: