Sunday, March 16, 2008

IBRAHIM ISA - Berbagi Cerita

-------------------------------

Selasa, 12 Februari 2008


INTERMEZO <>


Tjrék, tjrék, tjrék . . . . . Untuk 'Amnesty International'


'Tjrék, tjrék, tjrék . . . . Untuk Amnesty International', judul yang kupakai untuk 'Intermezo <16>, maskudnya ialah berbagi cerita-kecil mengenai kampanye pengumpulan dana yang dilakukan oleh Amnesty International Nederland. (10 - sampai dengan16 Feb 2008).


Ketika menulis ini kubaca e-mail yang baru masuk dari Amnesty International yang kuterima dari Mascha Spanjers, Manager Pengelola Pengumpulan Dana.

Di dalam www.youtube yang aku terima dari Mascha Spanyer, ditayangkan upacara resmi pembukaan kampanye pengumpulan dana Amnesty International Nederland. Hal itu dilakukan oleh salah seorang pimpinan AI Nederland, Lars v Troost dan Walikota Amsterdam Job Cohen. Tahun ini tidak kurang dari 23.000 sukarelawan ambil bagian dalam pengumpulan dana. Mereka dilengkapi tabung-tabung plastik bermerek AMNESTY INTERNATIONAL dengan slogan 'Berilah Demi Kebebasan'. Mulai tanggal 11 Februari 2008, puluhan ribu sukwan berkeliling di seluruh Nederland untuk kampanye pengumpulan dana.


Perhatian masyrakat Belanda terhadap kegiatan Amnesty International, tampak meningkat. Ini bisa dilihat dengan bertambahnya tidak kurang dari 5.000 jumlah sukarelawan yang ambil bagian dalam kampanye, terbanding tahun 2007.


Tahun ini, seperti tahun lalu, aku 'kiprah' lagi dengan para sukwan lainnya. Ambil bagian dalam kampanye pengumulan dana AI Nederland. Uang yang terkumpul selama dua hari berdiri di Winkelceentrum Amsterdamse Poort, mungkin tidak banyak. Meskipun tabung-Amnestyku jadi berat, karena banyaknya uang récéh yang dijebloskan ke dalamnya.


Tapi aku gembira melakukannya. Merasa senang beresempatan kontak, meskipun sedikit saja 'berdialog' dengan 'orang-oramg biasa' yang ada perhatian. Dengan senyum optimis mereka membuka koceknya, dan memberikan sumbangannya untuk kegiatan Amnesty International. Terasa bahwa publik Belanda, baik yang bulé maupun hitam, coklat, kuning, tua, muda, semua ada perhatian dan memperhatikan masalah Hak-Hak Azasi Manusia, dan kegiatan Amnesty International khususnya.


Seorang laki-laki bulé muda berperawakan tinggi datang menghampiriku. Ia menyemplungkan beberapa mata uang euro ke dalam tabung-Amnestyku. Sambil tersenyum mengatakan: 'Baik sekali bahwa Anda bersedia melakukan hal seperti ini'.


Ada lagi yang bilang. 'saya tau apa itu Amnesty International' dan kegiatan apa yang dilakukan 'Anda melakukan ini baik. Teruskan' . Kata-kata itu sederhana, tetapi bagiku apa yang diucapkan itu keluar dari hati sanubari mereka-mereka yang punya keyakinan bahwa hak-hak azasi menusia, hak-hak demokrasi tidak bisa datang sebagai hadiah. Hal-hal itu hanya terrealisasi melalui usaha, kegiatan dan perjuangan.

Hari itu kukunjungi juga kantor PTT. Kebetulan hendak mengirimkan surat ekspres ke Jakarta. Beberapa orang pegawai PTT memerlukan masuk ke dalam untuk mengambil uang untuk disumbangkan.


Ketika aku ke huisartsku Dr Sinke, untuk memeriksa tekanan darahku Senin pagi itu, kubawa tabung-Amnesty itu. Asisten Dr Sinke memerlukan untuk bicara dengan pasien yang menunggu di kamar tunggu bahwa di sini ada orang Amnesty yang mengumpulkan dana.


Apa yang menjadi tujuan gerakan Amnesty International, ialah berusaha melalui berbagai cara kampanye dan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran HAM dan Demokrasi. Untuk mensosialisasikan kepada seluruh dunia bahwa, di banyak negeri di dunia ini masih banyak sekali terjadi pelanggaran HAM dan Hak-hak Demokrasi. Bahwa terhadap pelanggaran-pelanggaran tsb harus dilakukan perjuangan yang terus menerus melawannya.


* * *


Senin siang, 11 Februari, dan Selasa sore, 12 Februari, aku berdiri lagi di Winkelcentrum di Amsterdamse Poort. Hari yang kedua aku bersama seorang sukarelawan AI yang paling tidak sama umurnya dengan aku. Diatas 75th. Senin dan Selasa minggu ini termasuk cuaca bagus dan indah. Menyegarkan dan menyenangkan. Meskipun masih terasa angin musim dingin yang bertiup sesekali. Ada yang bilang sekarang ini sudah musim semi di Belanda. Apakah masih musim dingin atau sudah masuk musim semi, bagiku yang terpenting ialah bahwa hatiku gembira, keadaan kesehatan masih memungkinkan untuk melakukan kegiatan seperti ini. Dua jam berdiri sambil minta perhatian orang terhadap Amnesty International, tujuan dan kegiatannya. Hati merasa nyaman juga karena hangatnya Sang Surya yang memancarkan cahayanya dengan penuh. Katanya, sayang, cuaca dingin masih akan kembali lagi. Mungkin minggu depan.


* * *


Hari Minggunya, 10 Februari, ketika beberapa teman bersama merayakan ala kadarnya Hari Imlek di rumah salah seorang teman di Amsterdam, cuacanya juga bagus, indah dan hangat. Berdua dengan istriku Murti, kami ikut juga merayakan Imlek di situ. Hangatnya musim dingin, hangatnya ber-Imlek, benar-benar terasa ke sanubari. Sehingga mengesankan. Pada kesempatan itu, kubawa juga tabung-Amnesty. Sementara kawan dengan gembira memberikan sumbangannya.

Ada kawan yang bertanya: Bagaimana sikap Amnesty International sekarang. Sampai dimana perhatian mereka terhadap para korban pembantaian masal 1965, yang sampai kini masih menderita diskriminasi.


Aku bilang, untuk minta perhatian Amnesty International terhadap para korban Peristiwa 1965 yang jumlahnya jutaan itu, tidaklah mudah. Karena di dalam gerakan Amnesty International terdapat pelbagai aliran dan kecenderungan. Secara umum dan formal AI memperjuangan HAM dan Hak-hak Demokrasi, tetapi dalam kenyataan kongkritnya, tidak sederhana. Kalau kita menghendaki sesuatu demi para korban Peristiwa 1965, maka itu harus dilakukan melalui usaha dan perjuangan. Baik dari luar, lebih-lebih lagi dari dalam.


Tapi yang ingin sedikit kuceritakan kali ini ialah yang berkenaan dengan kampanye pngumpulan dana oleh Amnesty International Nederland. Sebenarnya Amnesty International Belanda, cukup padat kasnya. Sebagai misal: Tanggal 04 Februari y.l. Nationale Postcode Loterij menghibahkan tidak kurang dari Euro 4.000.000 kepada Amnesty Interational Belanda. Dan itu bukan baru tahun ini saja. Tahun-tahun sebelumnya juga sudah pernah dapat dari Poscode Loterij. Pernah aku berkomentar: AI Nederland harus hati-hati. Karena kasnya boleh dibilang sudah terjamin, tambah lagi dengan direkrutnya tenaga-tenaga personil yang digaji, apalagi kalau personil itu menduduki jabatan-jabatan penting, maka kultur dan praktek birokrasi bisa terjadi di Amnesty International. Sehinga motivasi dan visi Amnesty International yang didasarkan pada kegiatan dan perjuangan untuk Hak-Hak Azasi Manusia, sedikit banyak terpengaruhi. Pernah juga kukemukakan kekhawatiranku bahwa dana-dana besar yang diterima, apakah tidak akan punya dampak negatip yang mempengaruhi kebijakan Amnesty International, sebagai lembaga non-politis yang bebas mandiri.


Aku bicara begini ini, bukan tanpa alasan dan bukan tanpa dasar.


Pada periode 'Perang Dingin' yang sudah lama berakhir itu, hal-hal seperti keberat-sebelahan, bukan tidak pernah terjadi. Pernah kukemukakan terus terang. Kenyatan yang tidak jarang terjadi adalah begini: Bila yang jadi korban itu orang-orang Kiri apalagi Komunis, maka kegairahan kegiatan Amnesty International, tampak hambar, malah 'orgah-ogahan' seperti ungkapan orang Jakarta. Alasan untuk suatu kampanye membela para korban yang Kiri atau yang dianggap Komunis itu ada-ada saja. Membela korban pelanggaran HAM . . . . OK, tapi lihat-lihat siapa korban pelanggaran HAM dan Hak-hak Demokrasi itu.


Seperti halnya menanggapi nasib lebih duapuluh juta korban Peristiwa 1965 di Indonesia. Suatu kenyataan kongkrit: Para korban dan keluarganya tsb, hingga kini, masih belum dipulihkan nama baiknya; masih belum direhabilitasi hak--hak politik dan kewarganegaraannya. Tapi mengapa fakta-fakta itu semua luput begitu saja dari perhatian Amnesty International. Baik yang dipusatnya di London, maupun yang di Nederland.


Tapi bila hal itu menyangkut korban-korban yang terjadi di sementara negeri lain, dimana pelaku pelanggaran HAM dinyatakan adalah penguasa Komunis atau kiri lainnya, maka tampak sekali kegairahan AI untuk melakukan kegiatan yang ditujukan terhadap penguasa Kiri atau yang dikatakan Komunis.


* * *


'Tjrék, tjrék, tjrék' adalah sekadar panamaanku saja terhadap kampanye pengumpulan dana yang dilakukan oleh Amnesty International setiap tahunnya. Aku berharap kampanye pengumpulan dana kali ini sukses lagi. Seperti halnya tahun lalu. Mungkin minggu depan kami para pengumpul dana akan rapat di rumah kordinator Ny Raffa dan akan menghitung berapa jumlah uang yang masuk.


Jumlah uang yang terkumpul bukanlah yang terutama dan yang terpenting. Yang pokok ialah melalui kampanye ini, lagi-lagi dibangkitkan perhatian publik terhadap misi dan tujuan serta kegiatan Amnesty International demi HAM dan Hak-Hak Demokrasi. * * *

No comments: