Sunday, March 16, 2008

Kolom IBRAHIM ISA - Mulai Dulu Dengan 'Bedah Diri Sendiri'

Kolom IBRAHIM ISA
----------------------
Selasa, 19 Februari 2008


Mulai Dulu Dengan 'Bedah Diri Sendiri'


Jurus Pertama, Kiprahnya SUSNO DUADJI:

Apa yang dinyatakan dan dilakukan oleh Kapolda Jabar *Drs SUSNO DUADJI,* memang merupakan tabuhan 'genderang perang' terhadap korupsi. Juga suatu 'breaking news'. Beberapa reaksi maupun tanggapan sudah bisa dibaca di media. Ada yang positif, ada yang negatif. Ada yang mengambil sikap 'wait and see'. Tanggapan-tanggapan tsb wajar-wajar saja. Masuk akal!


Dibilang 'breaking news', karena, menurut berita dari Indonesia, Kapolda Jabar Susno Duadji, pada tanggal 31 Januari 2008 y.l., telah mengumumkan suatu langkah yang sudah lama sering diomongkan dan dijanjikan oleh pejabat-pejabat negara mulai dari Presiden sampai ke menteri-menteri, dan bawahan mereka. Kalimat yang sering diucapkan itu adalah : -- Akan MENANGANI Masalah KORUPSI.


Gebrakan Kapolda Jabar Susno Duadji, bisa diperkirakan, akan menimbulkan kerutan kening pada mereka-mereka yang selama puluhan tahun belakangan ini, hidup bermewah-mewah, asyik bergelimang dalam kultur korupsi, kolusi dan nepotisme Orba. Siapa mereka itu, kalau bukan para petinggi pejabat dan elite Orba serta kroni-kroni mereka, para pengusaha yang berkubang bersama dalam lumpur KKN dinasti penguasa Orba. Mereka itu berada di tingkat paling atas, terus menjalar ke bawah. Mereka itulah yang sedikit banyak tersentak. Bisa diduga tersirat dalam fikiran mereka-mereka itu: Mau apa Kapolda Jabar ini?


* * *


Mengikuti gebrakan Kapolda Jabar Irjen Drs Susno Duadji langsung aku teringat pada pembicaraanku dengan mendiang Ruslan Abdulgani ketika berkunjung ke kantor beliau di Pejambon, Jakarta beberapa tahun yang lalu. Begitu kami bertemu dan bersalaman, Cak Ruslan dengan wajah puas, membanggakan gedung kantornya. Dulunya bekas gedung 'Volksraad' zaman Hindia Belanda, kata Cak Rus. 'Ini adalah pemberian Gus Dur yang amat berharga ', katanya memuji Abdurrahman Wahid, yang ketika itu menjabat Presiden RI. Aku bertanya pada Cak Rus, apa saja hal-hal baik dan penting yang dilakukan oleh Gus Dur sejak beliau jadi presiden. Dalam suasana santai tapi serius, Cak Ruslan menyatakan bahwa: 'Salah satu kebijakan Gus Dur yang teramat penting ialah bahwa Gus Dur secara nyata melepaskan Kepolisian dari TNI. Kepolisian tidak lagi merupakan bagian ari TNI. Sekarang ini, polisilah yang bertanggungjawab atas keamanan dalam negeri. Mereka bisa bertindak tanpa harus tanya dulu kepada TNI. Ini punya arti penting sekali', demikian Cak Ruslan menekankan lagi. Pernyataan Cak Ruslan itu memang benar! Rupanya baru beberapa tahun kemudian, -- sayang sesudah Gus Dur tidak presiden lagi, tampil Kapolda Jabar, dengan 'gebrakan anti-korupsi kedalam'. Suatu tindakan berani tapi tidak mudah!


* * *


Bagiku yang menarik perhatian dan menimbulkan rasa simpati ialah, cara yang ditempuh oleh Susno Duadji. Cara yang tidak gampang, kalau tidak hendak dikatakan yang paling sulit. Yaitu dengan operasi penanganan korupsi -- Dengan memulainya di KALANGAN SENDIRI. Kapolda Jabar mulai dengan melakukan 'Bedah Diri'. Halmana berarti melakukan 'Pembersihan' di 'Kalangan Sendiri' terlebih dulu..


Sebelum menjabat Kapolda Jabar, Susno Duadji, memang tugasnya a.l. dalam rangka pemberantasan korupsi. Dalam kata-katanya sendiri: ' . . . Terpatri di benak saya, ada yang tidak benar di negara ini dengan kemakmuran yang dimiliki oleh para pejabat. Maka, saya sangat bersyukur bisa berperan memberantas korupsi saat mengabdi di PPATK (Pusat Pelaporan Analisis dan Transaksi Keuangan). Itulah tugas saya yang paling berkesan selama ini karena bisa menjebloskan menteri, mantan menteri, dan direktur BUMN, yang memakan uang rakyat. Ada kepuasan batin'.


Perhatikan kata-kata Susno Duadji: 'Itulah tugas saya yang paling berkesan selama ini karena bisa menjebloskan menteri, mantan menteri, dan direktur BUMN, yang memakan uang rakyat. Ada kepuasan batin'. Coba lihat, -- suatu kepuasan batin bagi seorang Kapolda Jabar, bisa menjebloskan menteri, atau pejabat tinggi lainnya yang korup tentunya, dan menjebloskannya ke dalam penjara dengan sendirinya sesudah melalui proses pengadilan yang wajar. Semoga tokoh generasi muda ini, bicara dengan segala kesungguhan dan akan benar-benar melakukannya dalam tindakan nyata apa yang dijanjikan dan dinyatakan dalam tekad untuk MEMBERANTAS KORUPSI.


Perhatikan pula sesuatu yang lebih penting lagi yang dijelaskan oleh Susno Duadji. Yaitu suatu cara berfikir, suatu logika yang benar dan praktis. Juga merupakan suatu cara kerja dalam suatu kampanye, dalam hal ini melakukan pemberantasan korupsi. Susno menjelaskan 'pungli' itu apa, yang sering dilakukan oleh anggota kepolisian yang bertugas di jalan maupun yang dikantor, seperti menerima uang ketika mengurus SIM, surat ini atau surat itu, atau, berbagai 'setoran' lainnya. Lagi dalam kata-kata Kapolda Jabar itu sendiri:


'Pungli adalah korupsi. Mengapa korupsi yang saya usung? Karena sejak zaman Majapahit dulu, korupsi itu salah. Apalagi, jika aparat hukum yang korup'. 'Bagaimana kita, sebagai aparat hukum, bisa memberantas korupsi kalau kitanya sendiri korupsi.Oleh karena itu, sebagai tahap awal, saya "bersihkan" dulu di dalam, baru membersihkan yang di luar. Bagaimana saya mau menangkap bupati, direktur, dan lain-lain kalau di dalamnya belum bersih dari korupsi. Kalau aparatnya korupsi, tamatlah republik ini.'


'BERSIHKANLAH' dulu di dalam, baru membersihkan yang di luar. Aku ingat kata-kata yang pernah diucapkan oleh mantan Presiden Megawati Sukarnoputri, tapi lupa apakah ketika mengucapkan itu, beliau masih menjabat atau tidak. Ketika itu pernah Megawati menyatakan bahwa, Kejaksaan Agung harus 'membenahi diri' terlebih dulu. Karena di situlah berlangsung praktek korupsi. Pernyataan Mega sedikit ada samanya dengan logika Susno Duadji. Bersihkan dulu aparat sendiri, baru bertindak terhadap yang diluar.


Sayang, rupanya Kejaksaan Agung belum sampai ke situ. Mungkin 'ciutnya semangat' serta 'macetnya' rancana Kejagung untuk ikut melakukan pemberantsan korupsi, disebabkan kadung menjadi kecut, hilang semangatnya, oleh peristiwa ditembak matinya pada tg 26 Juli 2001, di tengah jalan, Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita. Kartasasmita juga menjabat Ketua Muda Bidang Mahkamah Agung RI. Pembunuhnya adalah empat orang asasin berkendaraan sepeda motor.


Tanggapan umum ialah bahwa Hakim Agung Kartasasmita dibunuh karena berani menjatuhkan vonis hukuman 18 bulan penjara terhadap Tommy Suharto yang tersangkut kasus tukar guling tanah milik Bulog dng PT Goro Batara Sakti. Kemudian ternyata memang Tommy Suharto yang terlibat (dalang) kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita. Karena Hakim Agung Kartasasmita berani bertindak tarhadap kasus korupsi keluarga Cendana. Untuk pembunuhan terhadap seorang Hakim Agung RI itu Tommy dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Sungguh ajaib, empat tahun kemudian Tommy Suharto bebas.


* * *


Maksudku di sini sekadar mengingatkan Kapolda Jabar Irjen Susno Duadji, agar berhati-hati dan waspada. Karena apa yang ia sedang lakukan itu adalah seperti memasuki 'sarang harimau'. Namun, seperti juga yang diyakininya sendiri, suatu tindakan yang dilakukan demi kepentingan rakyat, pasti akan dapat dukungan rakyat.


Jadi, jangan takut, jangan kecil hati, MAJU TERUS PANTANG MUNDUR.


Bagaimana seyogianya sikap yang harus diambil oleh pemerintah pusat di JAKARTA. Apa yang harus dilakukan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Wapres Jusuf Kalla? Pasti masyrakat dan semua orang yang peduli dengan pemberantasan korupsi yang sudah membudaya di negeri kita, berharap agar SBY dan JK memberikan sambutan positif terhadap inisiatif Kapolda Jabar dalam usahanya membersihkan barisan sendiri terlebih dahulu, dan kemudian bertindak keluar.


Tidak ada jalan lain yang lebih baik, selain, memberikan dukungan, dan bantuan sepenuhnya di segala bidang kepada Kapolda Jabar. Agar usaha mereka, yang sejalan dengan semangat Reformasi, yaitu dimulai pemberantasan korupsi dengan pembersihan 'kedalam', kemudian melakukan 'operasi keluar'. Selain itu mensosialisasikan cara Kapolda Jabar, yaitu 'memberishkan diri terlebih dulu', kepada lembaga-lembaga kenegaraan lainnya.


Di segi lain, patut diingat dan diperhatikan, nasib para anggota kepolisian, terutama di lapisan bawahan, yang hidup pas-pasan. Gaji mereka di lapisan bawah umumnya masih belum mencukupi untuk menghidupi keluarga sendiri. Maka terjadilah praktek anggota-anggota kepolisian selama ini. yang demi bisa menyalanya api di dapur masing-masing, yah, terlibatlah mereka dengan berbagai praktek 'pungli' dan tindakan korupsi lainnya.


* * *

.


* * *

No comments: