Sunday, March 16, 2008

Kolom IBRAHIM ISA - In Memoriam JOESOEF RONODIPOERO


Kolom IBRAHIM ISA
------------------------
Selasa, 29 januari 2008


In Memoriam JOESOEF RONODIPOERO

Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Rajiuun


Minggu malam, dari Jakarta kuterima berita dari sahabatku Husein.
Husein menyampaikan bahwa Pak JOESOF RONODIPOERO (84), Jakarta,
telah berpulang ke Rakhmatullah, pada hari Minggu , tanggal 27
Januari 2008, jam 08.00 WIB, setelah menderita sakit beberapa lamanya.
Joesoef Ronodipoero bersama kawan-kawannya adalah yang pertama
memancarkan teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia ke seluruh dunia .
Joesoef Ronodipoero adalah salah seorang pendiri dan pemimpin Radio
Republik Indonesia yang didirikan pada tanggal 11 September 1945.

Tak lama kemudian kuterima lagi berita dari Joesoef Isak, pemimpin
Penerbit Hasta Mitra, berita tentang telah berpulangnya Joesoef
Ronodipuro. Dan bahwa Joesoef Isak pergi melayat ke rumah mendiang
Joesoef Ronodipuro. Baru saat itu kuketahui dari berita Joesoef Isak
itu bahwa, istri mendiang Joesoef Ronodipuro adalah éték (tante)
Joesoef Isak. Jadi mereka itu ada hubungan kekeluargaan.
Dari kenyataan hadirnya Joesoef Ronodipoero, mantan pejabat tinggi
pemerintah, di Kedubesan Perancis di Jakarta dalam kesempatan
pemberian penghargaan pemerintah Perancis kepada Joesoef Isak,
Editor Hasta Mitra, atas perjuagannya demi kebebasan menyatakan
pendapat dan hak-hak demokrasi --- orang sudah dapat melihat sikap
Joesoef Ronodipoero terhadap masalah demokrasi umumnya dan terhadap
Joesoef Isak, mantan tahanan politik Orba.

* * *

Inna Lillaahi Wa Inna Ilaihi Radjiuun.Semoga arwah Joesoef
Ronodipoero diterima oleh Allah SWT di sisi beliau.
Siapa Joesoef Ronodipoero? Beliau adalah seorang pahlawan nasional
Indonesia, yang telah meriskir nyawanya, menembus penjagaan
Kenpeitai Jepang, untuk menyiarkan teks PROKLAMASI KEMERDEKAAN
INDOENSIA. Kemudian dalam periode perang kemerdekaan melawan Inggris
dan Nica, Joesoef Ronodipoero, sepenuhnya mengabdikan fikiran dan
tenaganya demi perjuangan kemerdekaan Indonesia, demi mempertahankan
Republik Indonesia Merdeka!

* * *

Mengenai sakitnya Joesoef Ronodipoero, pertama kuketahui setelah
membaca berita sekitar imbauan mantan Presiden Republik Indonesia
Megawati Sukarnoputri. Mega menyerukan untuk memberikan perhatian
kepada para pejuang dan pahlawan bangsa, agar jangan melupakan
mereka, dalam hal ini Joesoef Ronodipoero. Mega melihat betapa
tiadanya perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap keadaan Josoef
Ronodipoero. Ada masalah kongkrit, yaitu keadaan Josoef Ronodipuro
yang menderita sakit keras dan keluarganya dalam kesulitan berkenaan
pembiayaan pengobatan dan perawatan di rumah sakit yang amat tinggi
di Jakarta.
Mega sendiri telah memberikan perhatian dan sumbangannya. Dalam pada
itu Mega mengimbau masyarakat untuk menaruh perhatian dan membantu
Joesoef Ronodiuro. Mega menilai Joesoef Ronoipoero sebagai salah
seorang pahlawan nasional Indonesia.

Kemudian kuterima lagi berita dari salah seorang putra Joesoef
Ronodipoero memberitakan bahwa memang betul ayahnya telah diopname
di rumah sakit. Beliau ditunggui terus oleh keluarganya karena
menurut dokter yang merawat, kecil harapan Joesoef Ronoipoero bisa
pulih. Meskpun demikian keadaan kesehatan Joesoef Ronodipoero, aku
sampaikan harapan dan doa agar Joesoef Ronodipoero bisa pulih kembali.

* * *

Membaca imbauan Mega tsb aku teringat kembali pada nama itu: JOESOEF
RONODIPOERO. Pertama kudengar nama tsb (September 1945) dari
kakakku, Roekayah Syaaf. Kakakku itu sehari-harinya melakukan
pekerjaan di RRI, Jakarta, sebagai pembaca (penyiar) berita, pada
periode awal perang kemerdekaan Indonesia. Joesoef Ronodipuro adalah
mantan Direktur Radio Republik Indonesia periode awal perang
kemerdekaan Indonesia, di saat Jakarta berada di bawah kekuasaan
militer Inggris dan Belanda (NICA).
Aku sungguh heran! Amat heran! Atau mungkin juga karena aku begitu
awam, maka sulit mengerti. Soalnya --- aku tidak mengetahui
bagaimana situasi kongkrit di Radio Republik Indonesi dewasa ini,
teristimewa sikap yang mengelola website Radio Repulbik Indonesia
sebagai 'ORANG BERMASALAH'.
Mudah-mudahan aku keliru!

Mungkin aku benar! Alasan? Belum lama kutemui sebuah berita lama
yang mengungkapkan bahwa, ketika masih berkuasanya mantan Presiden
Soeharto, Joesoef Ronodipoero, yang mantan Sekdjen Departemen
Penerangan dan kemudian mantan Dubes RI di Argentina, -------- suatu
ketika 'dipanggil dan diperiksa' oleh Kejaksaaan Agung, bersama Bang
Ali, alias Ali Sadikin, mantan Jendral KKO, mantan menteri dan
mantan Gubernur DKJ.
Pasalnya - - - :

Mereka berdua dituduh telah ikut menyebarkan buku Soebadio
Sastrosatomo, mantan anggota DPR dan mantan pemimpin PSI, Partai
Sosialis Indonesia. Joesoef Ronodipoero dan Ali Sadikin dipanggil
berkaitan dengan beredarnya buku *"Era Baru Pemimpin Baru, Badio
Menolak Rekayasa Rezim Orde Baru"*, karangan Soebadio Sastrosatomo.
Tulisan Soebadio lainnya, adalah a.l 'Politik Dosomuko Rezim Orde
Baru Rapuh dan Sengsarakan Rakyat --- Renungan Gunung Lawu'. Dua
tulisan Soebadio tsb sangat tajam mengeritik Orba.

Kedekatan Joesoef Ronodiporo dengan Ali Sadikin yang merupakan salah
seorang tokoh 'PETISI 50' -- suatu forum (boleh dibilang) para
'sesepuh' Indonesia yang vokal dan berani mengajukan pendapat dan
kritik terhadap Orba, disaat Presiden Suharto masih kuasa,
menjadikan Joesoef Ronodipoero di mata Orba sebagai 'ORANG YANG
BERMASALAH'.
Itulah jawaban yang amat mungkin, yang bisa kutemukan, atas
pertanyaan mengapa nama Joesoef Ronodipoero yang begitu tenar di
periode permulaan perang kemerdekaan, sebagai pemberani bersama
kawan-kawannya menembus penjagaan Polisi Militer Jepang, Kenpetai,
demi menyiarkan berita PROKALAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA ke seluruh
dunia. Dan kemdian mendirikan stasiun Radio Republik Indonesia yang
pertama di Jakarta.

Jawban ini pulalah yang bisa diberikan terhadap kenyataan tidak
adanya perhatian dari fihak pemerintah terhadap situasi kesehatan
Joesoef Ronodipoero, ketika beliau menderita sakit, sehingga
meninggal pada malam hari Minggu, tanggal 27 Januari 2008.

Bagiku, sikap pemerintah yang di satu fihak 'melupakan' salah
seorang pejuang dan pahlawan nasional seperti JOESOEF RONODIPOERO,
dan di lain fihak begitu royal dengan limpahan pujian,
pengagung-agungan terhadap 'jasa-jasa' mantan Presiden Soeharto',
dengan paduan suara heibat mengimbau masyarkat supaya mantan
Presiden Suharto dimaafkan dan dibebaskan dari segala tuntutan hukum
-- Itu semua merupakan tambahan lagi terhadap sekian
banyak fakta, -- bahwa kultur politik dan kekuasaan Orba, masih
berjalan terus, masih kuat dan masih diteruskan dengan pelbagai
macam selubung yang menipu rakyat.

Sikap pemerintah dan para pendukungnya terhadap sakitnya dan
kemudian meninggalnya Joesoef Ronodipoero --- menunjukkan pula bahwa
rezim Orba dan kekuasaan sekarang ini masih saja meneruskan
kebijakan 'pemelintiran' dan 'pemulasan' fakta-fakta sejarah.

* * *

JOESOEF RONODIPOERO telah tiada.

Namun, akan selalu dikenang tindakan kepahlawanan beliau sebagai
pejuang kemerdekaan dan tokoh pemberani yang tak takut mengahdapi
bahaya yang paling besar sekalipun terhadap jiwanya, demi
kemerdekaan bangsa. Beliau akan selalu dikenanag sebagai orang yang
berani punya pendapat sendiri, yang lain dari fikiran penguasa,
berani berpegang teguh pada pendirian yang benar.

Oleh karena itu, betapapun, Joesoef Ronodipoero, selalu merupakan
suri teladan bagi kaum muda, bagi generasi baru Indonesia yang
sedang tumbuh di tengah pergolakan perjuangan dewasa ini untuk
demokrasi, kebenaran dan keadilan.

* * *









No comments: