Kolom IBRAHIM ISA
Rabu, 17 Agustus 2011
-----------------------------
APAKAH NEGARA INDONESIA Itu Sebuah NEGARA TOLERAN?
* * *
Menjelang Hari Proklamasi 17 Agustus, Selasa kemarin, Lieke Junita, wartawan Radio Nederland, menanyakan reaksiku atas pernyataan Presiden SBY bahwa INDONESIA ADALAH NEGARA TOLERAN.
Aku jawab segera, singkat dan jelas: TIDAK!
Wartawan Radio Nederland bertanya: Mengapa Pak Isa bilang Negara Indonesia tidak toleran, Pak?
Berikut ini transkrip wawancara dengan Junita dari Radio Nederland, pada tanggal 16 Agustus, 2011 kemarin.
* * *
Wartawan Ranesi (RNS):
Presiden Bambang Yudhoyono hari ini (16 Agustus) dalam pidatonya mengatakan, bahwa, Indonesia adalah negara toleran. Anda sepakat tidak dengan pernyataan Presiden RI ini?
Isa:
Tidak!
RNS:
Mengapa tidak, Pak?
Isa:
Kalau dilihat negara Indonesia, terutama sejak zaman Orba, periode ketika Indonesia diperintah atau dipimpin oleh Presiden Suharto, itu negara yang paling tidak toleran. (Negara) Melakukan pelanggaran hak azasi menusia yang paling berat. Anda tahu kan ceritanya itu? (Korban yang jatuh) Tahun 1965 itu, macam-macam jumlah angkanya. Tetapi, sekitar 1 jutalah yang terbunuh, ya. Bukan terbunuh, tetapi DIBUNUH itu. Dari penilitian dan dari fakta-fakta bisa diusut, dalang (pembantaian) itu adalah penguasa. Militer adalah dalangnya pembunuhan besar-besaran itu.
Kemudian sesudah Suharto digulingkan oleh gerakan massa yang luas, Negara itu tetap tidak berubah sikapnya terhadap pelanggaran hak azasi manusia yang terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Jadi sampai sekarang, tidak diurus itu pembunuhan begitu besar. Dan pelanggaran hak azasi manusia begitu besar . Puluhan ribu dipenjarakan, tanpa proses pengadilan. Kemudian dilepaskan tanpa komentar apa-apa. Diberlakukan (kebijakan) 'bersih lingkungan' dsb. Lalu dilakukan lagi diskriminasi terhadap orang-orang yang tidak jelas kesalahannya apa. Ini pelanggaran (terhadap hak-hak manusia) yang luar biasa.
NEGARA MACAM INI TIDAK BISA DIBILANG NEGARA TOLERAN. Ini adalah negara yang paling buruk.
RNS:
Bagaimana dengan keadaannya sekarang?
Isa:
Nah, sesudah Reformasi memang ada perubahan-perubahan. Yang cukup besar. Dan perubahan itu perlu disambut. Terutama pemberlakuan hak-hak demokrasi. Seperti kebebasan menyatakan pendapat. Pers yang terbuka dan transparan, dsb. Tetapi mengenai hal paling besar tadi, yang paling serius itu. Itu samasekali tidak diurus (oleh Negara). Kemudian terjadi pelanggaran-peloanggaran selanjutnya. Kita lihat misalnya di Sulawesi. Lalu di Maluku. Lalu sampai sekarang juga di Papua masih terjadi.
Dan yang terakhir, yang Anda sebut itu, terhadap Ahmadiyah. Itu sangat menonjol. Karena ini terhadap sesama yang beragama Islam. (Ahmadiyah) memang punya aliran lain. Yang menindas (Ahmadiyuah) memang bukan negara. Tetapi pemerintah tidak mengambil tindakan yang seharusnya. Yaitu, tindakan-tindakan teror yang dilakukan oleh segolongan Islam terhadap golongan Islam lainnya.
Itulah sebabnya saya katakan, sulit untuk dikatakan negara ini toleran. Tetapi, kita juga tidak melihat, bahwa, semua gelapl. Mengenai hal-hal tertentu itu, sangat tidak toleran.
RNS:
Pandangan Bapak, cukup negatif ya, mengenai Indonesia.
Isa:
Kalau maksudnya negara, itu, ya. Tetapi juga lihat-lihat kongkrit masalahnya, ya!
Rakyatnya, bangsa Indonesia itu adalah bangsa yang toleran sekali. Bangsa yang sangat bisa hidup bersama dengan suku-buku bangsa lainnya. Dan aliran (kepercayaan) lainnya. Dan itu sudah terbukti di dalam sejarahnya.
RNS:
Harus dibedakan antara negara dan bangsa. Begitu, ya?
Isa:
Ya. Harus dibedakan antara negara dan bangsa. Dan harus dibedakan antara penguasa satu dengan penguasa lainnya. Saya perlu tegaskan juga, bahwa, sesudah Reformasi, sesudah jatuhnya Presiden Suharto, situasi jauh lebih baik dibanding dengan periode Orba. Tetapi, mengenai masalah paling serius, yang saya sebut tadi, itu masih belum ada perubahaan yang berarti, lah!
RNS:
Presiden Amerika Barack Obama dalam kunjungannya ke Indonesia tahun lalu, masih memuji tradisi toleransi beragama Indonesia. Apakah Anda optimis, Indonesia mampu hidup dalam pluralisme?
Isa:
Ya, Optimis! (Saya) tetap optimis! Sebab, kalau nanti diadakan pemilu, Anda lihat partai-partai Islam, apalagi yang condong-condong ke fundamentalisme, yang hendak melaksanakan syariah, pasti suara (yang diperolehnya dari pemilih) tidak akan lebih dari sepuluh persen. Dari pemilih yang ikut memilih. Itu akan terbukti. Jadi, yang kelihatannya itu seperti menakutkan, mencemaskan, tetapi, keadaan kongkritnya, --- saya optimis!
RNS:
Masih ada satu pertanyaan lagi, nih. Anda sendiri tinggal di negeri Belanda. Bagaimana Anda menilai toleransi beragama di negeri Kincir Angin ini.
Isa:
Kalau pemerintahnya, resminya, undang-undangnya juga baik. Pemerintah yang lalu dalam memperlakukan perbedaan beragama juga baik. Tetapi, pemerintah yang sekarang, saya kira, yang paling jelek.
Dia itu (pemerintah) membiarkan pernyataan-pernyataan, atau juga tindakan politik segolongan orang yang sangat merusak toleransi bangsa Belanda. Jelasnya, mereka itu, adalah golongan yang (suaranya) diwakili oleh GEERT WILDERS. Itulah pendapat saya.
RNS:
Terimakasih banyak Pak Ibrahim.
Isa:
Sekali lagi: Nama Anda siapa?
RNS:
Lieke atau Junita.
Isa:
OK. Selamat pagi.
Junita:
Selamat pagi! Daag!
Isa:
Daag!
* * *
No comments:
Post a Comment