Kolom IBRAHIM ISA
Kemis, 18 Agustus 2011
------------------------------
SEKITAR TERORIS-KANAN ANDREAS BREIVIK
Setelah kejadian aksi-teror Andreas Breivik, seorang Kristen fundamentalis Norwegia, yang minta korban 76 orang tewas, dunia khususnya Eropah gempar.
Ini, kemungkinan besar, karena pelakunya adalah 'orang sendiri'. Warganegara Norwegia, berkulit putih dan beragama Kristen. Sasaran teror adalah kaum Sosial Demokrat Norwegia, yang, menurut ukuran Eropah Barat sekarang termasuk kaum Kiri.
Singkatnya fundamentalis Kristen Kanan menteror golongan politik Kiri. Yang dituduhnya bertanggung-jawab atas 'membanjirnya' orang-orang Muslim dari Timur Tengah dan Afrika ke Norwegia dan Eropah. Sehingga menimbulkan 'bahaya Islamisasi', Eropah termasuk Norwegia.
Padahal di Eropah selama ini, bila terjadi teror, biasanya otomatis saja, pelakunya dianggap adalah golongan Islam fundamentalis.
* * *
Di bawah ini adalah transkrip (diusahakan selengkapnya dan diedit untuk membikin pembaca lancar mambacanya, I.I.), wawancara wartawan Radio Nederland Seksi Indonesia – RANESI- yang dilakukannya pada akhir pekan pertama Agustus, 2011, lewat tilpun dengan Ibrahim Isa, Publisis, Sekretaris St Wertheim, Nederland.
* * *
Wartawan Radio Nederland Seksi Indonesia -- (RNS):
Kita mulai. Pak Ibrahim Isa tentu tahu. Mengikuti berita tentang aksi Breivik. Penembakan di Norwegia. Sampai kira-kira delapan puluhan orang tewas. Dia mengaku menyebut dirinya sebagai ekstremis Kanan. Beberapa orang menjulukinya sebagai fundamentalis Kristen. Ada di posisi ekstrim Kanan.
Nah, saya ingin tanya kepada Anda: Ekstrim Kanan ini buat publik Indonesia, mungkin masih di awang-awang. Karena, tidak semua faham. Apa yang dimaksud dengan ekstrim Kanan ini?
Isa:
Itu tentu ada hubungan dengan ideologi. Ada hubungan dengan politik. Kalau dalam hubungan dengan ideologi, yang menyangkut agama, bisa kita bilang lawannya dari ideologi Islam yang Kanan adalah ideologi Islam yang liberal.
Yang Kanan ini yang digolongkan pada golongan Islam yang menggunakan cara kekerasan atau paksaan. Untuk mencapai tujuannya. Itu sudah kita kenal misalnya Darul Islam, TII (Tentara Islam Indonesia), ya. Kemudian berikutnya kita saksikan aksi-aksi yang menggunakan nama jihad, atau mensalahgunakan arti jihad. Menjadi suatu aksi kekerasan. Melakukan pembunuhan. Terhadap lawan keyakinan, begitu.
RNS:
Jadi kalau kita bicara ekstrim Kanan ini setara dengan kelompok-kelompok di Indonesia seperti FPI, Lasykar Jihad, seperti itu ya. Tapi kalau di Barat, Wilders pun disebut ekstrim Kanan. Kan tidak cenderung pro-agama, gitu?
Isa:
Kalau Geert Wilders, banyak dijuluki oleh kaum politisi di sini, bukan sebagai ekstremis, tetapi sebagai 'radikalis'. Dia bukan ekstremis, tetapi radikalis. Jadi radikal dan ekstrim, tidak sama (pengertiannya) di sini. Begitulah.
RNS:
OK. Jadi Kanan itu pengertiannya seperti itu. Soal kekerasan. Di satu sisi Anda paham sekali tentang paham Kiri, kelompok-kelompok Kiri, gitu. Mana yang lebih ganas, kalau bicara soal kekerasan. Antara ekstremis Kanan dan ekstremis Kiri.
Isa:
Kalau kita melihat sejarah, sebetulnya yang teramat besar korbannya itu, yaitu Perang Salib yang terjadi pada sebelum abad pertengahan itu. Di dua-duanya terdapat ekstrimnya.
RNS:
Yang paling banyak makan korban, begitu?
Isa;
Waktu itu, zaman itu, tidak ada istilah ekstrim Kiri. Kalau kita lihat semasa Perang Dunia II, yang dilakukan oleh kaum Nazi di bawah Hitler, itu juga, digolongkan kaum ekstrim Kanan.
Kalau kita lihat aksi-aksi teror, banyak yang sependapat. Yang dilakukan kaum Ikhwanul Islam di Mesir, itu juga Kanan.
RNS:
Kalau begitu, yang Kiri itu seperti apa, ya? Apa yang di Jerman itu?
Isa:
Yah, betul! Itu yang disebut kelompok Bader Meinhoff. Pokoknya yang terdiri dari anak-anakmuda. Mereka melakukan pembunuhan terhadap kapitalis-kapitalis. Atau orang-orang kaya. Terhadap kaum politisi yang dianggap Kanan. Mereka ini bisa digolongkan sebagai teroris ekstrim Kiri.
Pada tahun 1972, ketika terjadi aksi-aksi teror terhadap olahragawan Israel, di Olympiade Musim Panas di Munchen, Jerman. Olaharagawan Israel, kan pada dibunuhi itu.
Mereka yang melakukan pembantaian itu tidak digolongkan Kanan. Karena mereka adalah kaum pejuang Palestina. Tuntutannya itu adalah kemerdekaan bagi Palestina. Tetapi dia menggunakan cara-cara kekerasan. Dan ekstrim. Ada yang mengatakan mereka itu sebetulnya termasuk Kiri
Kemudian kalau kita lihat sejarah yang dekat di belakang ini. Yang dilakukan oleh Khmer Merah. Teror yang dilakukan secara masal itu, adalah yang dilakukan oleh Khmer Merah. Itu termasuk ekstrim Kiri. Begitu menurut pandangan ketika itu. Sekarang juga begitu saya kira.
RNS:
Kalau ekstrim Kiri di Indonesia, apakah yang terjadi pada waktu peristiwa 1965 itu, apa itu?
Isa:
Peristiwa 1965 yang mana? Apa G30S? Kalau aksi militer (pada tanggal 1 Oktober) itu (yang dilakukan oleh sekelompok militer yang menamakan dirinya G30S itu) saya kira itu, radikal Kiri.
RNS:
Ya. Radikal Kiri.
Isa:
Tetapi pembantaian yang dilakukan kemudian (terhadap warga yang tidak bersalah). Itu dilakukan oleh kaum Kanan.
RNS:
Itu ekstrim Kanan.
Isa:
Ya, itu ekstrim Kanan.
RNS:
Sebenarya kalau dilihat dari situ. Yang berbahaya, mungkin adalah, baik yang Kanan maupun Kiri. Ideologi masing-masing ada ekstrimnya. Yang paling berbahaya itu yang harus diwaspadai.
Isa:
(Yang berbahaya bagi rakyat adalah) Cara perjuangan yang ditempuh itu. Caranya untuk mencapai cita-citanya. Karena cara itu, selalu menyeret, atau meminta korban dari orang-orang yang tidak bersalah. Dari rakyat. Dari orang-orang yang sebetulnya tak ada urusannya dengan soal itu.
RNS:
Kok bisa ya? Kalau dilihat sejarah. Berdarah-darah, yang namanya Perang Salib. Orang saling membunuh cuma karena ideologi agama. Sedangkan agama, pada waktu bersamaan, mengajarkan untuk menghormati manusia. Kok bisa, sampai seseorang masuk di sebuah ruang yang ekstrim begitu, ya?
Isa:
Itu karena ada indoktrinasi, kalau populernya. Ini peranan dari masing-masing fihak. Kalau di fihak Kristen, peranan itu dilakukan oleh Paus. Kemudian, di kalangan Islam juga ada. Imam, imam yang radikal. Yang membenarkan pembunuhan terhadap orang-orang 'kafir'. Hal itu kan dididikkan sejak muda ideologi yang demikian itu.
RNS:
Itu dulu. Tetapi pada saat sekarang ini, Pak Ibrahim Isa. Bagaimana orang masih bisa terjerumus ke dalam ideologi ekstrim?
Isa:
Ya, itu ada hubungannya dengan satu ideologi lainnya. Sebetulnya yang di Eropah ini, penyebabnya adalah ideologi 'anti-imigrasi' (anti-orang-orang pendatang). Itu sangat jelas dinyatakan oleh kaum nasionalis Kanan di Belgia. Mereka mengatakan: “Onze volk eerst” (Rakyat kita lebih dahulu). Karena mereka takut pada orang-orang pendatang yang dianggapnya merebut kesempatan kerja, kan? Dan juga mereka-mereka itu membikin suatu suasana, bahwa, yang dikatakan 'Islamisasi Eropah'. Dengan demikian ditimbulkan ketakutan seperti itu.
Untuk mempertahankan dirinya, lalu mereka melihat ke orang-orang seperti: Le Pain, di Perancis; Winters di Belgia. Dan seperti Geert Wilders (di Belanda) yang sedikit-banyak cocok (dengn fikiran mereka).
RNS:
Tapi kalau melihat itu nampaknya ada kemiripan, ya, dengan situasi menjelang Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Tampilnya kelompok-kelompok radikalis Kanan. Itu kan cukup kuat perannya?
Isa:
Ya, ya!
RNS:
Kita juga melihat gelagat yang sama. Maka, harus hati-hati, bisa terjerumus lagi nih.
Isa:
Tetapi kita juga melihat, bahwa di kalangan Islam, misalnya. Baru saja saya baca satu artikel di 'Time Magazine'. Yang nomor Agustus 2011. Di Mesir itu, ternyata terjadi perubahan di kalangan kaum radikal Islam. Yang terorganisasi di sekitar Ikhwanul Muslimin. Mereka, berangsur-angsur mau mengubah cara perjuangan mereka. Tidak lagi mau menggunakan cara kekerasan. Akan ambil bagian dalam gerakan, yang dinamakan, gerakan demokratis.
Ini adalah akibat, atau sebagai kelanjutan dari apa yang dinamakan 'The Arab Spring'. Yaitu menggeloranya satu gerakan massa untuk menumbangkan rezim yang otoriter. Juga punya dampak pada golongan Islam. Ini jelas sekali di Mesir. Kaum Ikhwanul Muslimin itu, misalnya, (sekarang) mereka (bisa) mentolerir teman seperjuangannya, misalnya, kalau kerja (bersama) di kantor, tidak usah pakai jilbab itu.
RNS:
OK! Itu baik buat Mesir.
Tapi di Eropah sendiri. Terutama sentimen anti-pendatang dan suasana semangat nasionalis Kanan, begitu sangat kuat. Apa itu, menurut Anda, tidak membahayakan Eropah sendiri?
Isa:
Sekarang ini, karena terjadi pembantaian yang dilakukan oleh justru yang menuduh Islam, kan? Terorisme itu, dulu kan, selalu disenyawakan dengan Islam.
Sekarang, (yang melakukan teror itu) ternyata orang bulé. Orang sendiri. Dan ternyata juga Kristen. Ini menggugah orang-orang di kalangan Barat ini. Sehingga bisa dikatakan orang orang seperti Geert Wilers, menjadi defensif dia. Golongan Kiri, katakanlah ofensif untuk melawan golongan Kanan itu.
RNS:
Terakkhir ini, Pak Ibrahim Isa.
Dunia ini, supaya jangan terjerumus lagi. Mungkin harus menganut ideologi JAWA, ya. Tidak Kanan, tidak Kiri. Tapi, ya, JAWA SAJALAH!
Isa:
Ideologi itu, sebetulnya TERMASUK IDEOLOGI BUNG KARNO JUGA. Jadi tidak Kiri, tidak Kanan. Tetapi MARHAEN, begitulah.
RNS:
Ide bagus itu. Kita harus memasarkannya.
Isa:
MARHAENISME ITU KAN SEBETULNYA, ADALAH,
MUSYAWARAH DAN MUFAKAT. GOTONG ROYONG.
Tidak ekstrim Kanan – Tidak ekstrim Kiri.
RNS:
Baik, Pak Ibrahim Isa.
Terima kasih atas bincang-bincang kita.
Isa:
Saya juga terima kasih bisa bincang-bincang dengan:
Ini Radio Nederland, ya?
Wartawan Ranesi, Radio Nederland Seksi Indonesia:
Ya, Selamat pagi.
Isa:
Selamat pagi!
* * *
No comments:
Post a Comment