Ibrahim Isa
Jum'at, 25 November 2011
---------------------------------
IN MEMORIAM SAHABAT-LAMA Jan AVÉ
* * *
<Sajak Toon Hermans (1916-2000), kabareterir Belanda, pelukis, penyanyi dan penyair, di bawah ini dikutip oleh keluarga Jan B. Avé, dalam berita-duka meninggalnya J.B. Avé, yang disampaikannya kepada teman-teman>:
KALAU AKU SUDH TAK ADA LAGI
Kalau aku sudah tak ada lagi
jangan berduka sandiwara
Makanlah keju perancis
roti-batang dan minum anggur
Aku juga tidak mau
dipajang di dalam guci
Aku hanya ingin
menjadi bagian dari Commeyras
(gubahan sajak Toon Hermans)
* * *
Sudah agak lama juga kami tidak berkomunikasi, antara lain disebabkan kesehatannya. Biasanya sesekali Jan Avé, menilpun ke rumah. Kami selalu cakap-cakap mengenai banyak hal. Teristimewa mengenai tanah air tercinta, Indonesia. Dan 'diskusi' kami itu paling sedikit makan waktu setengah sampai satu jam. Jan Avé tak pernah luput mengikuti terus perkembangan tanah air.
Jan Avé yang tinggal di sebuah desa di Perancis itu, sekali tempo mengundang kami, Murti dan aku, untuk 'jalan-jalan' ke 'pondoknya' di Commeyras, sebuah desa di Perancis. Jan Avé cerita bahwa Bung Cip (A.S. Munandar) dan Zus Ciska (Fanggidaej) pernah juga berlibur di kediamannya di Commeyras. Datanglah, katanya. Nanti akan saya jemput kalian di stasiun. Kami gembira dan berrencana akan mengunjungi dan bermalam di rumah keluarga Jan Avé. Sayang, rencana ini tak sampai terlaksana.
Kami, dari Stichting Wertheim punya hubungan khusus dengan Jan Avé. Ketika Jan Avé meninggalkan Indonesia menuju Eropah, ia dititipi sebuah lukisan Hendra Goenawan (Lukisannya yang terkenal “GERILYA”). Maksudnya agar lukisan tsb dijual dan dana digunakan untuk keperluan keluarga-keluarga korban. Ketika itu pelukis terkenal Indonesia Hendra Goenawan sudah dijebloskan dalam penjara Orba.
Go Gien Tjwan, Wakil Ketua Stichting Wertheim, yang mengetahui titipan Luikisan Hendra Goenawan itu, menghubungi Jan Avé. Jan Avé kemudian menyerahkan lukisan Hendra Goenawan kepada Goe Gien Tjwan. Atas nama masyarakat Indonesia di Belanda, lukisan itu diserahkan kepada Prof Wertheim berkenaan dengan ultah ke-80 Prof Wertheim. Sebagai kelanjutan pembicaraan Go Gien Tjwan dengan Prof Wertheim, lukisan itu diserahkan sebagai sumbangan, dalam perjuangn melawan Orba, kepada Stichting Wertheim.
Lukisan Hendra Goenawan yang dibawa oleh Jan Avé, itulah yang menjadi dana pertama Stichting Wertheim dalam kegiatan selanjutnya. Stichting Wertheim dengan resmi menyatakan terimakasihnya kepada Jan Avé dengan penyerahan lukisan Hendra Goenawan kepada Stichting Wertheim. Selanjutnya Jan Avé selalu menyumbangkan bantuannya kepada Stichting Wertheim.
* * *
Jan Avé kukenal sejak akhir tahun limapuluhan abad lalu di Indonesia. Ketika itu Jan Avé aktif sebagai anggota HSI (Himpunan Sarjana Indonesia). Selain itu beliau juga aktif dalam sementara lembaga persahabatan Indonesia dengan negeri-negeri Sosialis ketika itu. Jan Avé adalah dosen antropologi di Universitas Indonesia, Jakarta.
Orangnya ramah, gembira dan antusias dalam kegiatan sosial-budaya. Yang khas dari Jan Avé, ialah kehangatannya dengan kawan seperjuangan. Beliau selalu kritis terhadap segala sesuatu. Selalu memberikan pertimbangan-pertimbangan yang jarang difikirkan teman-teman lainnya.
Jan Avé sudah tiada.
Kenang-kenangan mengenai sahabat lama Jan Avé akan selalu teringat, sebagai kawan-lama, pejuang lama, yang kecintaan dan pengabdiannya pada tanah air dan bangsa tak pernah terlupakan sepanjang masa.
Semoga putra-putri dan cucu-cu yang ditinggalkan, serta sanak keluarga, tabah menghadapi kepergian Jan Avé.
Doa kami panjatkan agar arwahnya diterima di sisi Tuhan Y.M.E.
Amsterdam, 25 November 2011.
* * *
No comments:
Post a Comment