Friday, March 2, 2012

IN MEMORIAM RONDANG ERLINA MARPAUNG

IBRAHIM ISA

Jum'at, 02 Maret 2012

---------------------------


IN MEMORIAM

SAHABAT KAMI RONDANG ERLINA MARPAUNG


Hari ini, Jum'at, 02 Maret sahabat kami, RONDANG ERLINA MARPAUNG, lahir 24 Desember 1939, di Pare-Pare, Sulawesi, Indonesia, dimakamkan, di S:t Botvids kyrkograd, Huddinge, Swedia. Acara singkat diselengarakan di kapel besar S:t Borvids jam 10.00 a.m.. Rondang, demikian teman-teman menyapanya, telah berpulang ke Rakhmatullah dengan tenang, pada tanggal 07 Februari 2012, di rumah perawatan ASIH Alvasjo, Swedia. Demikian berita duka yang kami terima dari penyampaian oleh NYALA BACEH, putri tunggal Rondang dan Afif.


Terkejut dan sedih kami ketika mendengar berita meninggalnya Rondang. Samasekali tidak menduga. Zainul Afif, suaminya, sahabat lama kami telah mendahuluinya. Doa kami panjatkan semoga arwah Rondang Erlina Marpaung diterima Tuhan Yang Maha Kuasa. Amien! Kepada Nyala kami sampaikan belasungkawa kami serta mengharapkan agar Nyala tabah menghadapi masa-masa duka ini.


* * *


Teringat kembali . . . . . saat-saat awal mula berkenalan dengan Rondag. Itu terjadi di Beijing, pada tahun 1966. Ketika itu Rondang masih 'single'. Masih remaja, tapi tabah menghadapi situasi Indonesia yang berubah drastis dengan dimulainya kampanye persekusi Jendral Suharto terhadap Presiden Sukarno dan golongan Kiri atau yang dianggap demikian.


Rondang tergabung dalam rombongan wartawan Indonesia yang diundang oleh organisasi wartawan Tiongkok menghadiri perayaan Hari Ultah berdirinya Republik Rakyat Tiongkok. Tiongkok mengundang ratusan delegasi untuk menghadiri hari ultah RRT tsb. Begitu banyak yang diundang karena hubungan antara Indonesia dan Tiongkok merupakan puncak hubungan-baik dua negeri di sepanjang masa kedua negeri menggalang hubungan diplomatik. Halmana bisa dijelaskan dari awal mula sikap Indonesia yang termasuk pada masa awal berdirinya RRT menjalin hubungan diplomatik dengan Tiongkiok. Dengan diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika di Bandung (1955) dan solidaritas dan dukungan RRT dalam perjuangan membela kedaulatan Republik Indonesi, teristimewa dalam menghadapi subversi imperialisme dan perjuangan poembebasan Irian Barat, hubungan semakin erat.


* * *


Suasana di Beijing sibuk berhubung dengan diselenggarakannya Sidang Istimewa Biro Pengarang Asia-Afrika. Rondang, sastrawan muda yang terkenal dengan suara altonya itu tergabung dalam delegasi pengarang Indonesia yang hadir diundang oleh penyelenggara Konferensi Biro Pengarang AA tsb. Selain sajak-sajaknya yang sering dimuat di media Indonesia, Rondang adalah seorang deklamatris, pembaca sajak di Radio Republik Indonesia. Suaranya yang ALTO itu menjadi ciri yang banyak dikenal publik Indonesia. Jarang terdengar seorang deklamatris wanita yang bersuara alto seperti Rondang. Sungguh langka dan menarik sekali. Sedap dan nyaman mendengar Rondang yang berdeklamasi dengan suara ALTO-nya itu.


Kunjungan peninjauan yang diselanggarakan oleh Tiongkok untuk para anggota delegasi ke Sidang Istimewa Biro Pengarang AA memberikan kepada delegasi pengarang Indonesia untuk ambil bagian di dalamnya, dan mengenal dari dekat Tiongkok dan rakyatnya. Rondang dan Afif juga ambil bagian delam delegasi peninjauan itu. Dalam proses kunjuungan itulah, agaknya, Afif semakin tertarik pada Rondang, yang juga menyambutnya. Mereka mengikat tali percintaan dan kemudian memasuki masa hidup sebagai sepasang suami-istri yang rukun dan bahagia. Kebahagiaan mereka itu dimahkotai dengan lahirnya putri pertama dan tunggal: NYALA BACEH.


Pengalaman selama peninjauan punya arti khusus pula bagi delegasi Indonesia. Suatu hari dalam perjalanan peninjuaan itu, Rondang diserang penyakit perut yang amat menyerikan. Dokter-doker Tiongkok amat serius mengurus Rondah. Mereka mendiagnose bahwa Rondah terkena sernagan radang usus buntu yang harus segera dioperasi. Kebetulan padaku dimita oleh fihak Tiongkok untuk menyetujui dan menandatangani pernyataan Rondang harus dioperasi segera.


Operasi berlangsung lancar dan sukses. Kami semua lega dan gembira. Terutama Rondang sendiri yang mulai pulih itu. Tak terikira rasa terimakasih Rondang dan kami semua atas sikap fihak Tiongkok yang segera memberikan perawatan palaing baik bagi Rondang. Kejadian ini akan selalu terkenang!


* * *


Beberapa tahun kemudian kami berpisah. Zainul Afif diminta mengajar di Akademi Bahasa Asing di Canton. Sekeluarga mereka boyong ke ibukota Guangdong. Baru beberapa tahun kemudian kami jumpa lagi dengan Zainul Afif dan Rondang ketika mereka datang dari Stockholm, melayat seorang kawan yang meninggal dunia di Amsterdam.


Ketika Zainul Afif meninggal dunia, kami, Murti dan aku, tak sempat pergi ke Stockholm. Ketika aku bertemu dengan Rondang di Stockholm beberapa tahun yang lalu. Dengan serius Rondang berkata padaku: `Bung Isa, -- Mengapa tidak datang ketika Afif meninggal dunia`. Maaf Rondang, kataku, ketika itu kami sedang di Indonesia. Tapi kami selalu mengenang Afif sebagai kawan seperjuangan demi suatu Indonesia yang benar-benar bebas, adil dan makmur. Rondang mengangguk-angguk setuju!


Rondang Erlina Marpaung adalah seorang wartawan, penulis, dan deklamatris yang patriotik, progresif dan gairah serta bersemangat berjuang untuk kebenaran dan keadilan. Ketika kami menyelenggarakan penerbitan dalam bahasa Indonesia di luarnegeri, dalam kegiatan perjuangan melawan rezim Orde Baru, Afif dan Rondang sepasang suami-istri dan sahabat ini, telah memberikan sumbangan mereka dalam kegiatan tersebut. Dengan sepenuh hati dan tenaganya.


Keadaan mereka sekeluarga yang menjadi orang-orang Eksil disebabkan oleh kesewenang-wenangan rezim Orba, tak sedikitpun mengendorkan semangat dan jiwa patriotisme progresif yang dimanifestasikannya dalam pelbagai kegiatan demi tanah air dan babngsa, INDONESIA TERCINTA.


* * *



No comments: