Jum'at, 13 Mei 2011
-------------------
SEKITAR BUKU HERMAN BURGERS -- “DE GAROEDA EN DE OOIEVAAR”
Sahabatku Hans Beynon, jurnalis senior Belanda, menyampaikan kepadaku
(24/11/2010), bahwa KITLV Leiden belum lama menerbitkan dua buah buku
yang menarik perhatian, yaitu,
1.
Sutan Syahrir, Demokrat Sejati, Pejuang Kemanusiaan (1909-1966)
(Rosihan Anwar).
2.
“De Garoeda en de Ooievaar”.
*Hans Beynon menganggap buku sejarah Indonesia yang ditulis oleh
sejarawan Herman Burgers, sebagai salah satu penelitian terpenting
mengenai hubungan Indonesia-Belanda.* Hans menyarankan agar membuat
resensi mengenai buku-buku tsb.
Aku tak lupa apa yang disampaikan Hans Beynon tsb. Maka sekarang ini
dimulai menulis sedikit SEKITAR BUKU HERMAN BURGERS – “DE GAROEDA EN DE
OOIEVAAR”. Tulisanku ini bukanlah sebuah resensi atas buku H. Burgers.
Sekadar kesan. Untuk menggugah. Menarik perhatian pembaca mengenai buku
sejarah Indonesia yang ditulis oleh seorang sejarawan Belanda.
* * *
Kemarin kuhubungi KITLV. Untuk memesan buku Herman Burgers. Bagi yang
berdompet tipis, harganya lumayan mahal. Sudah kubaca beberapa halaman
buku ts. Juga membaca bagian-bagian tertentu yang kiranya penting. Maka
kupedsnlsh buku penting terbaru yang ditulis oleh sejarawan Belanda,
mengenai Indonesia.
* * *
Bulan April yang lalu, sebelum memiliki sendiri buku itu, aku beruntung
bisa meminjam dari Openbare Bibliotheek Bijlmer, buku 'bagus' tsb :
“INDONESIË Van Kolonie Tot NATIONALE STAAT”. Judul besar buku sejarah
ini “DE GAROEDA En De OOIEVAAR”.
Tebalnya lumayan - 807 halaman. Di toko harganya paling tidak Euro
49,90. Sebagai anggota perpustakaan umum bisa meminjam untuk tiga minggu
lamanya. Boleh diperpanjang 3 minggu lagi. Sudah itu masih boleh
memperpanjangnya tiga minggu lagi. Kecuali bila ada anggota lainnya yang
menyatakan ingin membacanya. Maka sesudah dua kali 3 minggu meminjam,
harus mengembalikannya.
* * *
Baik dijelaskan sedikit mengapa penulis Herman Burgers mengambil
'Garoeda' untuk melambangkan Indonesia. Dan mengambil 'bangau', sebagai
lambang Nederland. Mengenai ´Garuda´ sebagai lambang Indonesia, tak
perlu penjelasan. Anggap saja semua warga Indonesia yang peduli tanah
air, bangsa dan sejarahnya, sudah mengetahuinya.
Tulis H. Burgers: -- Bagi Nederland bangau itu adalah burung terbesar.
Sejak zaman dulu bangau itu punya peranan mistik dalam mitologi Belanda.
Ratusan tahun lamanya burung bangau menjadi lambang kota Den Haag.
Bangau bukan simbol Nederland. Tapi simbol Den Haag. Sedangkan untuk
melambangkan kekuasaan Nederland, biasa orang menyebutnya pemerintah Den
Haag. Jadi Nederland dianggp identik dengan Den Haag dan sebaliknya. Ini
sederhananya saja.
J. Herman Burgers (75th) sejak semula mengikuti dengan penuh perhatian
konflik antara Belanda dan Indonesia, terutama yang menyangkut
tahun-tahun 1948-1950. Ketika itu Burgers anggota KL (Koninklijke Leger)
– (dinas wajib militer) dan berada di Indonesia. Burgers kemudian
bekerja di Kementerian Luar Negeri Belanda. Jadi tergolong 'orang dalam'.
* * *
Membaca buku ini menyegarkan. Karena ditulis dengan jelas dan baik.
Fakta-faktanya cukup. Literatur yang digunakan juga cukupan. Namun yang
khusus patut dihargai ialah SIKAP DAN PENDIRIAN penulisnya. Boleh
dikatakan bertolak belakang dengan pandangan dan sikap banyak penulis
Belanda lainnya mengenai Indonesia.
Satu contoh: Tulis H. Burgers dalam Kata Pengantarnya, a.l: – Oleh
karena pergerakan nasional Indonesia, berjuang melawan kekuasaan
Belanda, maka, orang baru bisa memahaminya dengan baik, bila mengetahui
bagaimana terjadinya penguasaan tsb. Suatu cara berfikir Burgers yang
logis dan wajar!
* * *
Juga menarik ialah analisis Burgers, bahwa berdirinya negara Indonesia
bukan saja berkat gerakan kemerdekaan nasional, -- tetapi juga karena
adanya faktor dan peranan kekuasaan Belanda, yang dilawan oleh gerakan
kemerdekaan Indonesia. Dari pandangan ini Burgers memasuki masalahnya.
Pertama-tama dengan menelaah perkembangan pokok kebijakan Hindia-Belanda
terhadap Indonesia. Kemudian melanjutkannya dengan gerakan kemerdekaan
nasional, menyerahnya Hindia-Belanda dan pendudukan Jepang (1942-1945).
Penting pula analisis Burgers, bahwa periode pendudukan Balatentera
Jepang di Indonesia, (punya peranan) melapangkan jalan bagi kemerdekaan
Indonesia serta diprokalamasikannya Republik Indonesia, 17 Agustus 1945.
Burgers tampak kritis terhadap sikap Belanda yang hendak terus menguasai
Irian Barat. Tulis Burgers: Konflik Belanda-Indonesia berakhir dengan
Persetujuan KMB. Namun, menyisakan masalah Irian Barat. Belanda terus
saja menduduki Irian Barat. Analisis Burgers mengenai faktor pendudukan
Jepang di Indonesia yang dikatakannya punya peranan 'melapangkan jalan'
bagi kemerdekaan Indonesia, pernah juga ku-utarakan dalam salah satu
seminar. Tidak banyak yang bersedia menerimanya.
Sikap Belanda, yang menolak menyerahkan Irian Barat, mengakibatkan 13
tahun lamanya Belanda bersengketa dengan Indonesia mengenai masalah tsb.
Sampai Indonesia akhirnya memutuskan samasekali hubungan dengan Belanda.
Demikian Burgers.
Penuturan mengenai sengketa Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat,
mengambil tempat hampir separuh dari buku Burgers.
* * *
Menulis tentang berbagai periode dalam sejarah hubungan kedua negeri,
Burgers menunjukkan bahwa antara pelbagai periode itu terdapat saling
hubungan yang erat sekali. Kesinambungan tahap-tahap perkembangan tsb
tercermin pada kehidupan SOEKARNO, HATTA, dan banyak/tokoh dramatis/
lainnya, seperti Soewardi Soerjaningrat, Agoes Salim, Sam Ratulangi,
Jonkman dan Van Mook.
* * *
Penting untuk menjadi pengetahuan kita semua, khususnya para pemeduli
sejarah di Indonesia, apa yang dikemukakan oleh Herman Burgers dalam
bukunya, a.l sbb:
Sehubungan dengan terjadinya penguasaan Nederland (atas Indonesia), --
Bagi kebanyakan orang Belanda dari periode sebelum Perang Dunia II, hal
itu sederhana sekali. Mereka menganggap bahwa seluruh “Hindia” sejak
abad ke-XVII sudah ada di bawah kekuasaan Nederland. Anggapan keliru
demikian itu juga masih terdapat pada banyak kaum nasionalis Indonesia.
Mereka bicara tentang 'tiga ratus tahun', bahkan 'tigaratus limapuluh
tahun' penindasan Belanda terhadap Indonesia.
Sesungguhnya, perluasaan kekuasaan Nederland atas Indonesia, terjadi
selangkah demi selangkah, berangsur-angsur. Itu terjadi dalam jangka
waktu 350 tahun itu.
* * *
Herman Burgers mengungkapkan bahwa penguasaan Belanda atas Indonesia, --
kongkritnya dilakukan oleh VOC, berlangsung selangkah demi selangkah.
Pada tahap permulaan VOC harus berhadapan lebih-dulu dengan Portugis,
Spanyol dan Inggris. Karena tiga negeri itu, sudah lebih dulu usahanya
mencaplok sumber rempah-rempah di Asia. Belanda terpaksa lebih-dulu
mengalahkan saingan-saingannya. Mereka berkali-kali terlibat dalam
peperangan sampai Belanda akhirnya berhasil mengusir Portugis, Spanyol
dan Inggris. VOC mulai menjadikan sebagian kecil terlebih dahulu dari
Indonesia, yaitu kepulauan Maluku dan sekitarnya, -- yang merupakan
penghasil utama rempah-rempah ketika itu, menjadi jajahannya langsung.
Herman Burgers juga mengungkapkan betapa luarbiasa kejamnya VOC, di
bawah Gubernur VOC Jan Pieterszoon Coen (1587-1629). Ketika menaklukkan
perlawanan rakyat Maluku, Banda, Ternaté,Tidoré dan sekitarnya. VOC
menggunakan serdadu-serdadu sewaanlangsung dari Eropah, lalu ditambah
dengan serdadu sewaan setempat. Selain itu, Belanda, khusus mendatangkan
'pendekar-pendekar maut' dari Jepang, untuk menteror dan membantai
rakyat Maluku, Banda, Ternate, Tidore dst.
Sejak digulingkannya Presiden Sukarno, sering disebut telah terjadinya
'genocide' terhadap rakyat di Indonesia (sehubungan dengan Peristiwa
Pembanrtaian Masal 1965 oleh tentara di bawah Jendral Suharto). --
Tetapi sesungguhnya, apa yang dilakukan oleh Gubernur Jendral VOC Jan
Pieterszoon Coen, terhadap rakyat Maluku dan Banda dalam abad ke-XVII
itu, ---- adalah GENOCIDE PERTAMA yang terjadi di Indonesia.
Dalam proses memaksakan monopoli perdagangan rempah-rempah, serta
penguasaan wilayah, VOC, disatu fihak, melarang penanaman rempah-rempah
di tempar lain yang tak bisa sepenuhnya dia kuasai. Di lain fihak dengan
sewenang-wenang membakar tanaman rempah-rempah di tempat-tempat lainnya,
dan akhirnya membantai rakyat setempat. Peristiwa-peristiwa tsb, seperti
a.l pengiriman ekspedisi militer, dalam sejarah penjajahan Belanda atas
Indonesia dikenal a.l. sebagai 'Hongi tochten' di kepulauan Maluku,
Banda dan sekitarnya.
* * *
Studi sejarah Indonesia, seperti yang dilakukan oleh sejarawan Herman
Burgers, banyak mengungkap hal-hal yang rinci dalam hubungan
Indonesia-Belanda. Ini perlu jadi pengetahuan pemeduli sejarah
Indonesia, lebih-lebih para historikus, politisi dan generasi muda
Indonesia umumnya.
Tanggapan atas buku Herman Burgers diatas, --- adalah secuplik saja dari
apa yang bisa dikemukakan mengenai karyanya itu. Sementara sampai di
sini dulu. Lain kali masih bisa ditanggapi bagian-bagian lainnya dari
buku Herman Burgers.
* * *
Buku Herman Burgers tsb ditulis dalam bahasa Belanda.
Mudah-mudahan sudah terkandung niat pada KITLV, Leiden, dengan fihak
manapun partnernya di Indonesia, untuk menerbitkan *EDISI INDONESIA,
buku “DE GAROEDA EN DE OOIEVAAR”, “INDONESIË Van Kolonie Tot NATIONALE
STAAT”.*
* * *
No comments:
Post a Comment