Kolom IBRAHIM ISA 
Jum'at, 09 Desember 2011 
--------------------------- 
APARAT KEKUASAAN ADALAH PELANGGAR-UTAMA HAK-HAK AZASI MANUSIA INDONESIA 
* * *
Menjelang HARI DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK AZASI MANUSIA (PBB, 10  Desember 1948), kita catat beberapa kegiatan penting berkenaan dengan  perjuangan pemberlakuan HAM di Indonesia:
Pertama: KASUS PEMBUNUHAN TERHADAP PEJUANG HAM, MUNIR SAID THALIB
Kemis y.l. Suciwati, istri mendiang Munir, menyampaikan imbawan di  Facebook, sbb: *Munir memorial testimony di Perpusnas jakpus Kamis 8 Des  2011 pk. 19.00. Datang ya!
Suciwati, atas pertanyaan, sebelumnya menyampaikan bahwa: *Kasus Mas  Munir masih terus kita dorong (agar) Jaksa Agung melakukan PK atas  terdakwa Muchdi. Sementara ini kita ajukan ke KIP (Komisi Informasi  Pusat) meminta BIN memberikan dokumen yang telah disahkan pengadilan  atas pengangkatan Pollycarpus oleh BIN dan surat tugas Muchdi pada  tanggal 6-12 September ke Malaysia. Masih terus kita dorong agar  terungkap.*/
/Sedangkan Amnesty International (London), dalam suratnya kepada Jaksa  Agung, dalam rangka peringatan tujuh tahun dibunuhnya Munir, //menuntut  pengusutan baru terhadap kematian Munir Said Thalib (2004). Enambelas  orang 'country directors' Amnesty International yang bermarkas di London  itu, menulis surat kepada Jaksa Agung Basrief Arief. Di situ Jaksa Agung  didesak agar memprioritaskan investigasi sekitar pembunuhan terhadap  Munir. Ditegaskan bahwa meskipun dua orang sudah divonis melakukan  pembunuhan terhadap Munir, namun, terdapat petunjuk yang bisa dipercaya  bahwa mereka-mereka yang bertanggung-jawab di tingkat paling atas, itu  belum diadili.
Selanjutnya kalangan aktivis HAM mengecam dibebaskannya *Muchdi*  Purwoprandjono, mantan wakil kepala BIN, di sidang pengadilan dalam  tahun 2008 dalam kasus pembunuhan terhadap Munir.
Kita masih ingat bahwa pada bulan Februari, 2010, Tim Majelis Eksaminasi  Kasus Munir*meminta kepolisian melakukan penyelidikan kembali kasus  Munir dengan melakukan penyelidikan yang berpihak kepada rasa keadilan  masyarakat dan korban yaitu keluarga Munir.
/** * **/
/*
*Baik nasional maupun secara internsional kasus dibunuhnya Munir tetap  menjadi fokus perjuangan HAM. Terpulang pada pengadilan dan pemerintah  SBY, yang sudah pada waktunya harus dengan sungguh-sungguh menangani  kasus Munir tsb. Suatu perkara yang sudah berlangsung bertele-tele  selama tujuh tahun. Tanpa mengungkap siapa sesungguhnya dalangnya, dan  memberikan hukuman setimpal terhadap dalang pembunuh pejuang dan hak-hak  demokrasi Indonesia, Munir./
/Menggencarkan tuntutan keadilan sekitar kasus dibunuhnya Munir, dimana  jelas terungkapnya keterlibatan aparat keamanan negara BIN, adalah salah  satu kegiatan fokus dalam rangka MEMPERINGATI HARI DEKLARASI UNIVERSAL  HAK-HAK AZASI MANUSIA (PBB, 10 Desember 1948)./
* * *
Yang juga menuntut perhatian dan kegiatan para aktivis HAM Indonesia,  khususnya IKOHI, adalah kasus ORANG HILANG. Sampai saat ini sedikitpun  tak ada berita yang memberikan petunjuk sekitar hilangnya aktivis  pro-demokrasi dan seniman WIJI THUKUL yang 'hilang' sekitar bergeloranya  aksi-aksi massa terhadap Orba (1998), Bersamaan waktunya dengan  'hilangnya' beberapa anggota PRD (Partai Rakyat Demokratik) yang menurut  petunjuk kuat itu dilakukan oleh Tim Mawar dari Kopasus (Komando Pasukan  Khusus rezim Orba). Masih amat banyak sekali 'orang hilang' yang masih  belum terungkap.
Dalam rangka peristiwa tsb disiarkan kasus hilangnya aktivis PRD, Bima,  yang juga telah menjudi korban tangan-tangan biadab Tim Mawar Kopasus,  Orangtua Bima tak jemu-jemunya menghubungi Komnasham, pulang-pergi dari  Malang, Jawa Timur ke Jakarta, untuk memperoleh kejelasan sekitar nasib  putranya yang 'hilang' tak tahu rimbanya. Bima diculik karena aparat  keamanan menduga Bima mengetahui sekitar kegiatan PRD pada periode  pergolakan waktu itu.
Hingga dewasa ini, sampai disiarkannya kisah orangtua Bima sekitar  'hilangnya' putranya dalam sebuah cerita berjudul "*Tak Merasakan  Kemerdekaan di Negeri Ini" (Kompas, 17 Nov 2011), masih belum ada  petunjuk sekitar nasib Bima.
*    *    *
Kedua, adalah KASUS "PEMBANTAIAN MASAL 1965"
Adalah menarik sekali bahwa dalam rangka HARI DEKLARASI UNIVERSAL  HAK-HAK AZASI MANUSIA (PBB, 10 Desember 1948)), kita saksikan kegiatan  di Gedung "Erasmus Huis", di Jakarta, dan pemutaran film PLANTUNGAN di  Universitas Hamburg, Jerman (berita disiarkan oleh dosen Universitas  Hamburg, YANTI DAMAYANTI.
FILM PENJARA WANITA DI PLANTUNGAN
Film yang ditayangkan di Universitas Hamburg adalah film mengenai  penjara khusus untuk wanita, PLANTUNGAN, tentang Testimoni Eks Tapol  Gerwani/'PKI. Dalam siaran Asien-Afrikan Institut Universitas Hamvburg,  dinyatakan a.l."Banyak orang di Indonesia barangkali tidak 'ngeh' bahwa  ada sebuah film bertitel sama dengan nama tempatnya yakni PLANTUNGAN.  Sebuah daerah sekitar Sukoredjo, Waleri Selatan, Kabupaten Kendal, Jawa  Tengah.
Film PLANTUNGAN menjadi menarik dibicarakan, lantaran film ini bertutur  kata mengenai testimoni para mantan tapol perempuan yang pernah disekap  dipenjara PLANTUNGAN, tak lama setelah G30S meletus di Jakarta pada  tahun 1965.
Film Plantungan besutan penyair Putu Oka Sukanta dan Fadillah Vamp Saleh  ini seakan menjadi "juru bicara" atas kebisuan para mantan tahanan  politik itu atas kejamnya kehidupan di balik jeruji besi di Plantungan.  Melalui media film, maka berbicaralah sejumlah pelaku peristiwa di  Plantungan. Mereka itu adalah Suci Danarti, Siti Duratih, Pujiwati,  Mujiati dan Sp, Tican yang pernah mendiami bilik-bilik kecil Plantungan  tanpa pernah tahu apa kesalahan mereka hingga harus meringkuk di balik  jeruji besi. Putu Oka Sukanta sendiri merupakan alumnus tahanan politik  di Pulau Buru kurun waktu 1986-1976.
Di GEDUNG "ERASMUS HUIS", JAKARTA
Berkenaan dengan Hari Ham PBB, KB Belanda, dng bekerjasama dengan  Institut Maarif, akan ditayangkan film 'EYES CLOSED", atau "MATA  TERTUTUP". Ini adalah film terakhir yang dibuat oleh sutradara Garin  Nugroho.
Dubes Belanda Tjeerd de Zwaan akan membuka malam itu di Pusat Kultur  Belanda, pada hari Kemis , 08 Desember, jam 07.00 malam.Menurut  sutradara Garin Nugroho, film "Mata Tertutup", dimaksudkan agar, melalui  film ini mendidik kaum muda dan para orangtua, untuk melawan seruan  kekerasan kaum fundamentalis religius dan lain-lain budaya kekerasan.  Diskusi yang berlangsung akan mendiskusikan masalah pluralisme religi  dan posisi kaum minorita.
/Penting artinya kehadiran dalam diskusi itu, Rektor Universitas Islam  Negeri (UIN), Prof Syarief Hidayatullah, Pendeta Dr. A.A. Yewanggu,  Ketua Komuni Gereja-gereja Indonesia, dan Usman Hamid, mantan  Ko-ordinator KONTRAS./
* * *
UNTUK MEREBUT KEKUASAAN NEGARA DARI PEMRINTAH PRESIDEN SUKARNO
SUHARTO TERLEBIH DAHULU MELIKWIDASI PKI DAN KIRI LAINNYA
Pada 'Peristiwa tragedi nasional 1965' -- ketika Jendral Suharto memulai  kampanye peresekusi besar-besaran terhadap kaum Kiri -- anggota dan yang  diduga anggota atau simpatisan PKI, pendukung Presiden Sukarno, dan kaum  demokrat lainnya ----- Sejak saat itulah, tercatat dalam sejarah bangsa  kita, suatu PELANGGARAN TERBESAR Hak-Hak Azasi Manusia, yang dilakukan  oleh aparat militer negara terhadap warga yang tidak bersalah.  Korban-korban persekusi 1965 itu dijebloskan dalam penjara, disiksa,  dibunuh, menjadi 'orang hilang', dibuang ke P. Buru, tanpa proses  pengadilan apapun. Keluarga korban yang berjumlah sekitar 20 juta --,  difitnah, dimarginalisasikan, didiskiriminasi dan dijadikan 'orang-orang  bermasalah'. Mereka menjadi 'klas pariah' di masyarakat Indonesia selama  puluhan tahun sampai dewasa ini.
Semua itu dilakukan diluar hukum. ekstra-judisial. Kesewenang-wenangan  terhadap warga yang tak bersalah itu, dilakukan dengan tujuan  melikwidasi kekuatan politik Kiri, faham Komunisme dan faham demokratis,  serta kiri lainnya. Sasaran utamanya adalah menggulingkan Presiden  Sukarno. Selanjutnya direbutnya kekuasaan negara oleh militer.
Sebabnya pemerintahan Presiden Sukarno digulingkan, tak lain dan tak  bukan, karena di dalam negeri pemerintah Presiden Sukarno berrencana  membangun SOSIALISME INDONESIA. Sedangkan politik luarnegerinya, sesuai  dengan Prinsip-prinsip Konferensi Bandung, memberlakukan politik  luarnegeri yang berdikari membangun dunia baru yang bebas dari  penindasan dan kekuasaan kolonialisme serta imperialisme.
Kampanye melikiwidasi kekuatan kaum Kiri dilakukan, karena kenyataannya  ketika itu pendukung konsep pembangunan bangsa dan negara Indonesia,  sesuai dengan Pancasila, terutama adalah kekuatan politik Kiri khususnya  PKI dan KIRI lainnya. Jadi, strategi Suharto bersama CIA- adalah --  hancurkan dan likwidasi PKI dan Kiri lainnya, selanjutnya gulingkan  pemerintahan Presiden Sukarno.
/*Bukan, --- * seperti dikatakan oleh sementara pendukung Orba, bahwa  mereka MENGGULINGKAN PRESIDEN SUKARNO untuk mencegah Indonesia dikuasai  Komunis. Mereka terlebih dulu menghancurkan dan melikiwidasi PKI secara  politik dan fisik, karena, tujuan akhir dan yang terutama mereka itu,  adalah menggulingkan Presiden Sukarno dan merebut kekuasaan negara di  tangannya sendiri. Ini sepenuhnya adalah strategi dan taktik Perang  Dingin AS dan sekutu-sekutunya terhadap Indonesia ketika itu./
Demikianlah, Presiden Sukarno. digulingkan, kemudian dijadikan 'tahanan  rumah' yang diperlakukan lebih buruk ketimbang tahanan kriminil biasa,  sampai beliau meninggal dunia.
* * *
Apa yang sebaiknya dilakukan dalam rangka memperingati HARI DEKLARASI  UNIVRERSAL HAK-HAK AZASI MANUSIA, (10 Desember 1948)?
Kiranya jelas,
JELAS! MENERUSKAN PERJUANGAN PEMBERLAKUAN HAM DI INDONESIA, yang saat  ini pelanggaran-pelanggaram terhadap HAM masih terus berlangsung.  Sedangkan pelanggaran yang lama, khususnya pelanggaran HAM terbesar,  yaitu persekusi dan pembantaian terhadap warga tak bersalah sekitar  'Peristiwa Tragedi Nasional 1965' masih belum dijamah dan diurus!
Korban-korbannya sampai dewasa ini masih belum direhabilitasi nama baik,  hak-hak politik dan hak-hak kemanusiannya!
* * *
Friday, December 16, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)

No comments:
Post a Comment